BAB 78: Cerita Video itu

58 9 0
                                    

Emang paling benar kalau setelah makan sate terus lanjut ngopi. Walaupun sebelumnya gue udah bilang kalau biar gue aja yang beresin gelas di lantai, nyatanya tetap aja Mery yang ngelakuin itu. Dia gak mau gue bantuin. Sambil menikmati kopi americano, gue memandangi saldo rekening gue yang berkurang drastis.

Kalimat 'mudah datang, mudah pergi' itu emang beneran kejadian sama gue. Gue yang dulunya gak punya duit buat makan nasi bungkus tiga kali sehari, tiba-tiba digaji 120 juta rupiah dalam waktu kurang dari sebulan. Dan gara-gara kesalahan gue nebas spion mobil orang, gue kehilangan 100 juta buat ganti rugi.

"Kenapa, Do? Masih mikirin kejadian tadi, ya? Maaf, ya."

Mery duduk di depan gue sambil mengusap keringat di hidungnya dengan tissue.

"Enggak, enggak. Gue lagi ngelihatin sisa duit gue doang, kok,"

"Emang kenapa duit lo?"

Gue nyeritain kejadian Alip Topak sama Mery. Sambil dengerin gue cerita, sesekali dia ketawa sambil benerin kacamata bulatnya.

"Gimana, gimana tadi cara ngomongnya?" tanya Mery sambil ketawa.

"Jangan lupa subscribe dan tekan tombol like agar rekan-rekan tidak ketinggalan...."

Mery ketawa ngakak sampai-sampai matanya hilang mendengar gue niruin Alip Topak.

"Coba gue cari di YouTube, ah. Lumayan buat hiburan. Gimana tulisannya?"

Mery menyerahkan hp-nya pada gue buat ngetik.

Di kolom pencarian YouTube, baru aja gue ngetik huruf 'A' udah muncul 'recent keyword' yang pernah di tulis sebelumnya. Gue agak bingung dengan tulisan itu. Tertulis: 'Apakah dia juga jatuh cinta?' Gue mengabaikan keyword aneh itu dan lanjut nulis 'Alip Topak TV' sampai video-videonya bermunculan.

"Oh ini orangnya," kata Mery sambil ketawa.

"Mending jangan lo tonton lama-lama, deh, Mer,"

"Emangnya kenapa?"

"Entar ngomong lo jadi kayak dia."

Mery masih ketawa ngakak. Apalagi mendengar langsung Alip Topak ngomong.

"Eh! Ini pedang baru, ya!? Aduh maaf, maaf gue baru nyadar,"

"Yoi ... keren, kan? Cocok, kan sama gue?"

"Keren banget. Eh! Sarung pedangnya!? Emang lo bikin pedang yang sama atau gimana, sih?"

Gue melepas sarung pedang, dan tampaklah Roksi yang gak mantulin cahaya sedikitpun itu.

"Ini pedang apa, Do? Keren banget,"

"Emm ... gue gak begitu ngerti juga, sih. Katanya ini sejenis katana. Tapi kayaknya bukan juga, deh. Setahu gue katana samurai itu, kan bentuknya agak melengkung. Yang penting, sih nyaman waktu gue pake. Dan juga gue masih bisa pake sarung pedang pemberian lo,"

"Oh ... jadi sekarang gue penting buat lo, ya?"

"Y-ya ... maksud gue, kan ... g-gue gak p-perlu sarung b-baru ... gitu."

Mery menopang dagunya sambil senyum-senyum menatap gue.

"Kayaknya iya. Dia juga," katanya.

"H-hah!?"

Gue gak ngerti Mery ngomong apaan. Bukannya ngejelasin, dia malah pergi ke barnya buat bikinin kopi orang-orang. Sebenarnya gue pengin pulang ke rumah terus tidur. Tapi entah kenapa gue penasaran sama video-video Alip Topak TV. Mumpung kopi gue belum habis, kenapa gue gak coba tonton satu aja?

Gue lebih suka browsing internet daripada nonton. Tapi untuk kali ini, gue penasaran banget sama bapak-bapak gondrong berkalung merah muda itu. Bermainlah satu video Alip Topak yang sedang berada di sebuah gang pada malam hari. Tampak dia lagi ngomongin soal penampakan hantu yang sering muncul di gang itu.

"Nah ... di sini sering terlihat siluman kucing bermata 7 yang membuat warga ketar-ketir jungkat-jungkit merinding disko!"

Dia ngomong apaan, sih?

"Rekan-rekan ... kita coba untuk panggil siluman tersebut, ya."

Dia kemudian memejamkan mata dan berbaring di tanah! Gila!

"Hadir! Saya panggil ... hadir! Hadirlah hadirin!"

Gue perhatiin baik-baik, gak terjadi apa-apa.

"Oke! Sekarang kita panggil medium kita. Kita akan coba komunikasi. Tapi sebelum lanjut ... harap tekan tombol subscr...."

Lama! Skip!

"Masuk! Oke ... dengan mbah siapa di sini?"

Buset! Gara-gara gue skip tiba-tiba cowok lembut tadi udah berpose kayak kucing!

"Mbah Pujan ... arrggghhh"

Gokil! Dia jadi kayak kucing!

"Apakah Mbah Pujan ini adalah sosok kucing bermata 7 itu?"

Ternyata seru juga. Gue menonton dengan antusias! Sampai kopi gue habis, gue benar-benar takjub dan terkesima dengan pagelaran teater Alip Topak TV ini! Kenapa Levina benci banget sama dia, ya? Dia, kan cuma bapak-bapak yang jago akting? Pembuatan suasana seramnya juga lumayan bagus. Dan yang paling gue apresiasi adalah cowok lembut melambai yang jago berpose kucing itu. YouTube emang memukau!

"Tadi ngelarang gue nonton lama-lama ... tapi lo sendiri nonton."

Mery tiba-tiba kembali.

"Gue penasaran soalnya. Ternyata seru juga,"

"Kenapa lo gak bikin juga? Siapa tahu lo bisa terkenal,"

"Gue? Bikin video-video teater kayak gitu? Enggak, enggak. Gue gak bakat, Mer,"

"Ya jangan jadi kayak dia juga, Mardo ... gue juga gak mau dekat sama cowok modelan kayak gitu,"

"Hah? Maksudnya?"

"Sini sarung pedang lo. Mau gue pasangin penyangga biar lo gak capek nenteng pedang ke mana-mana."

Mery memasang semacam benda dengan tali yang kayaknya terbuat dari kulit sapi.

"Nah ... tinggal lo kaitkan di celana lo ... dan ... tadaaa ... lo udah kayak samurai!"

Pengait itu membuat pedang gue bisa nempel di samping kiri gue layaknya pendekar pedang!

"Wah! Gokil! Keren banget, Mer! Makasih, ya!"

Hari udah semakin malam dan kayaknya gue udah ngantuk. Sulay udah nungguin gue di dalam mobil buat ngantarin gue pulang dan ngembaliin mobil ini sama Pak Nang. Sebelum masuk, gue memperhatikan baik-baik mobil yang kami sewa buat mastiin gak ada yang rusak. Syukurnya aman gak ada kendala.

"Akhirnya kita bisa pulang ke rumah terus tidur sepuasnya, ya, Pak,"

"Tidur puas dari mana? Lo lupa kalau besok lo harus ngajak jalan-jalan cucu Si Bos seharian?"

"Hah!? B-besok!? Katanya lusa!?"

"Lusa, kan kita ada misi baru lagi! Gimana, sih lo?"

"M-misi? Misi apaan, Pak?"

Dengan pandangan fokus memperhatikan jalan, Sulay melihat layar hp-nya sebentar.

"Ini soal penjualan barang ilegal dari kantor kita, Do. Gue dapat info kalau ada karyawan kantor kita yang jual barang uji coba ke orang luar tanpa izin Si Bos,"

"Barang uji coba? M-maksudnya gimana, Pak?"

"Dia manfaatin kecerdasan sama jabatannya buat jual barang yang harusnya gak diketahui orang luar. Dan kabarnya ... ada orang sinting yang mukulin dia di kantin hari ini,"

"Hah!? Jangan-jangan cowok kampret yang tadi gangguin Mery!?"

Sulay memberhentikan mobil! Gue kaget!

"Jadi orang sinting itu!? Itu lo!? Sinting lo!"

"Dia kepala IT, kan!? Jelek banyak kumisnya gitu, kan!?"

"Lo kenapa ngatain orang jelek, sih!? Kayak lo ganteng aja!"

"I-iya maaf! T-terus ... kita mesti ngapain sama dia!?"

Sulay kembali menjalankan mobil sambil senyum jahat.

"Gue benci sama pengkhianat. Kita akan bikin dia tahu artinya 'terasingkan'. Lo bareng gue, kan?"

"Ya. Gue mau pastiin dia gak bakal berani ganggu Mery lagi."

Mardo & KuntilanaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang