Sekeliling kami udah terbakar tipis. Sungai di depan udah kehilangan banyak airnya oleh penguapan hawa panas. Dan jin penunggu sungai di depan gue ini bersiap ingin menyerang. Kalau digambarkan, bentuknya seperti ikan gabus namun punya tangan dan kaki manusia. Tubuhnya gempal dan kepalanya lebar. Kepalanya bersisik di mana setiap keping sisiknya seukuran telapak tangan orang dewasa. Giginya seperti gergaji, kecil, rapat, dan tajam.
Dan gue, hanyalah cowok berusia 23 tahun yang saat ini menghunuskan pedang ke arahnya. Dari ukuran tinggi badan aja, gue cuma setinggi ketiaknya. Dalam keadaan genting kayak sekarang, gue sejak tadi menyadari ada yang aneh dari asap-asap yang mencoba mengusai tangan gue.
Asap merah, yang gue yakin berasal dari kekuatan Dea membuat gue gak bisa ngendaliin tangan gue sendiri, dan selalu aja mau menebas apapun. Dan asap hitam yang gue rasa berasal dari kekuatan Torgol membuat tenaga gue jauh menggila ketika gue marah. Persamaan antara keduanya adalah: mereka ingin mengusai seluruh tubuh gue.
Nah yang gue bilang aneh tadi adalah: asap-asap itu gak bisa naik lebih tinggi dari pergelangan tangan kanan gue. Apakah ... sesuatu yang melingkari pergelangan gue saat ini menahan pergerakannya? Apakah ini gara-gara gelang hitam pemberian Mery?
"Mati!" jin itu melompat dan memukul gue.
Pipi kiri gue terkena sedikit kukunya dan membuat ada darah keluar dari sana.
"Mati!" katanya lagi, sambil menendang kepala gue.
Untungnya, hanya tangan gue yang gak bisa gue kendaliin. Jadinya gue masih bisa menghindar.
"Mati!" katanya sekali lagi, sambil mencoba menggigit leher gue.
Kali ini pedang gue membentur giginya. Kami masih saling kirim serangan. Beberapa bagian di seluruh tubuh gue terasa sakit karena pukulannya yang gak bisa gue hindari. Dia juga masih belum kelihatan capek. Benar-benar tenaga ikan gabus! Setelah keadaan warung dan semua orang di sana cukup aman, Sulay berlari cepat ke arah kami.
Sulay meninju kepala jin itu dengan sangat keras! Banyak sekali sisiknya yang berjatuhan, membuat kulit kepalanya terlihat. Jin itu berteriak kesakitan sambil memegangi dahinya. Sulay melompat dan kembali menghantam kepalanya!
Pukulan Sulay kali ini membuat kepalanya licin tanpa sisik. Dia terjatuh ke tanah dan berguling-guling kesakitan. Tiba-tiba, tangan gue bergerak sendiri dan menebas Sulay! Kacau! Sulay menahan gelombang api dari pedang gue dengan tangan kanannya.
"Apa-apan lo, Do!?"
"Mohon maaf, Pak! Gerak sendiri!"
Berulang kali gue menebas Sulay, yang untungnya selalu bisa dia tahan atau hindari.
"Gila lo! Gak ada cara lain lagi, gue harus mencabut ilmu hitam lo dulu, Do!"
"Lakuin aja, Pak! Yang penting gue bisa gerak lagi!"
Sulay menyepak kaki gue hingga gue terjatuh ke tanah! Dia mencengkram tangan kanan gue, dan asap hitam itu tersedot masuk ke tangannya. Gue merasa kesakitan dan mulai capek sendiri. Butuh waktu beberapa saat hingga seluruh asap hitam itu tersedot habis. Indikasinya adalah perubahan warna pedang gue, dari hitam kembali menjadi perak.
Setelah selesai, gue merasa capek dan amarah gue jauh berkurang. Tapi, hal terpenting berupa tangan gue gerak sendiri belum bisa diatasi! Iya juga! Itu, kan karena asap merah Dea! Kenapa asap hitam Torgol yang disedot!? Sulay memegangi tangan kanannya. Asap hitam beterbangan di sana. Kami berdua sama-sama terduduk di tanah. Dan, jin seperti ikan gabus itu hilang.
"Pak! Jinnya hilang, Pak!"
Sulay yang tampak kesakitan langsung berdiri dan mencari jin itu.
"Do! Biasanya ikan gabus ke mana waktu air sungai kering?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mardo & Kuntilanaknya
Fantasy#1 PARANORMAL (15 JANUARI 2024) #1 KUNTILANAK (1 MEI 2024) #2 GHAIB (20 JULI 2024) #4 HUMOR (1 MARET 2024) Bersama Dea rekan gaibnya, Mardo yang tadinya hobi mancing sekarang harus mancing makhluk gaib untuk sebuah pekerjaan. Pekerjaan macam apa yan...