Para Mizi kembali bangkit. Sekarang, pasukan monyet telah dikepung dari dua sisi. Mereka teriak-teriak karena Heshita bertombak pemimpin mereka belum juga bangkit. Dia masih terkapar di samping loket tiket, tepat di bawah gue berdiri sekarang.
Sekali lagi terdengar bunyi dengung yang bikin sakit telinga dari bola di atas. Tiba-tiba aja, Heshita itu mengangkat tombaknya yang memanjang sampai menyentuh bola aneh itu. Rambut dan asap hitam menjalar di tombak itu.
Tepat ketika bunyi itu hilang, Heshita itu kembali bangkit dengan tombaknya yang berambut hitam. Sekarang malah mirip sapu! Gue yang tadinya mau ketawa ngelihat tombak berambut, malahan menganga lebar waktu Heshita itu menaikinya kayak orang berselancar. Dan kayak orang berselancar beneran, dia melesat di atas tombak terbang!
Para Mizi memutarkan tombaknya, berada di garis depan untuk menghentikan laju dari Heshita itu. Semuanya terpental! Untungnya, mereka gak nabrak apapun karena langsung berubah jadi asap hitam.
“Sita! Sita!”
Pasukan monyet tampak kembali bersemangat. Gue harus segera ke sana dan mengusir monyet-monyet itu sebelum mereka memborong soto! Sedetik sebelum gue bertukar posisi dengan sampah botol di tanah, gue tiba-tiba gak bisa bergerak! Banyak rambut kusut yang melilit kaki dan tangan gue! Apaan, nih!?
Selain gak bisa gerak, anehnya gue juga gak bisa menggunakan sihir hijau! Bahkan buat jarak dekat. Gue menoleh, dan sepasang mata dari kuda hijau di belakang gue terasa bikin merinding. Apa semua rambut kampret ini dari dia?
Untunya gue masih bisa menggunakan sihir merah muda buat memperhatikan keadaan di bawah sana. Fokus gue masih pada Heshita bertombak yang sekarang udah berselancar di udara dan mengejar Torgol.
Karena kelincahan Torgol, Heshita itu berhenti mengejar. Sekarang dia melesat jauh ke atas seakan menutupi sinar bulan. Dia kemudian menukik kencang ke arah pintu masuk kantor! Kak Kila ikutan melesat lurus ke arahnya. Wah! Ini udah pasti tabrakan, sih!
Kak Kila yang cuma kepala serta organ tubuh doang itu mengeluarkan enam bola api seukuran buah apel yang mengelilinginya! Dia udah kayak roda becak yang menyala! Enam bola api itu meluncur satu persatu sebelum mereka berbenturan. Rambut kusut yang menjuntai di belakang tombak bergerak maju ke depan, membuat Heshita itu terlindungi dari ledakan bola api Kak Kila. Gokil!
Kak Kila kemudian mengembangkan rambut panjangnya, membuat dia kelihatan kayak landak lalu menghantam tubuh Heshita itu! Dia terdorong dan jatuh dari tombaknya. Saat itulah, Torgol meraih tombak itu lalu menusuknya tepat di wajah bertopengnya! Tembus!
Gak cuma pecah, topeng itu bolong seketika bersamaan wajahnya! Heshita itu jatuh ke tanah dalam bentuk asap putih lalu hilang terbawa angin. Kak Kila terbang di sebelah Torgol yang memegang tombak. Kenapa tombaknya gak ikutan hilang, ya?
Pasukan monyet kembali heboh dan siap mengamuk ketika menunggangi kuda mereka. Para Mizi segera muncul kembali dan menahan leher mereka dengan ujung tombak. Bentar! Karena keasyikan nonton, gue jadi gak sadar sama kondisi gue sendiri! Belenggu rambut di lengan dan kaki gue terasa mulai mengendor, tapi sialnya gue masih gak bisa lepas.
Bunyi berdengung kembali menyakiti telinga gue. Bola transparan di langit melepaskan akar rambutnya, lalu mengikatnya secara aneh. Sekarang, kami berasa ada di dalam kurungan ayam. Bola itu sekarang bisa bergerak bebas. Dia melayang ke atas pasukan monyet, dan di situlah hal aneh terjadi.
Pasukan monyet beserta kuda mereka terangkat naik dan terhisap ke dalam bola itu! Para Mizi segera mundur ke belakang Torgol yang tampak sekuat tenaga menahan tombak yang dipegangnya agar gak ikutan melayang. Angin dingin berembus di belakang gue ketika bola itu kembali ke atas kuda hijau lalu menelannya!
Ketika bola itu udah masuk ke tenggorokan Si Kuda, secara aneh dia melebur perlahan menjadi gumpalan asap hitam dan mulai berubah wujud. Rambut-rambut yang mengikat gue akhirnya lepas. Mereka menjalar naik ke arah gumpalan asap hitam yang tinggi banget.
Mulai tampak sepasang kaki yang tiga kali lebih panjang dari tubuh gue! Bentar! Di antara kedua kaki itu, ada sesuatu berbulu yang menjuntai panjang ke bawah! Buset apaan, tuh!? Asap biru tiba-tiba muncul di kedua pundak gue, memaksa gue menengadah ke atas dan melompat ke kanan sekuat tenaga ketika sebuah tinju jatuh begitu aja! Kampret!
Atap rumah hantu bolong! Gue mulai khawatir bangunan ini bakalan tergusur oleh sesosok makhluk yang berdiri di depan gue sekarang! Bentuknya aneh banget! Dia adalah monyet berbulu hijau yang cuma setengah perut! Maksud gue, dia adalah monyet dengan tubuh kuda di bagian bawahnya! Pantesan kakinya panjang banget.
Ketika dia berdiri tegak setelah mengangkat tinjunya yang meleset barusan, semakin jelaslah bentuk dari monyet campuran kuda di depan. Dia punya sepasang tanduk melengkung kayak domba di kepalanya! Dan … sesuatu berbulu yang menjuntai di antara kakinya, ternyata adalah ujung dari jenggotnya yang panjang banget! Sinting!
Dengan sihir biru yang sedang aktif, gue bisa ngerasain hawa takut dari orang-orang di bawah sana. Dan ketika gue mencoba ngerasain detak jantung dari makhluk di depan gue, dia langsung menoleh dan memberikan gue rasa … takut. Ya. Gue ketakutan. Dengan gemetar, gue melemparkan tebasan ke wajah monyet itu.
“Rumryaku!”
Gelombang kejut berwarna merah dan hijau melesat dengan cepat di bawah sinar bulan. Mungkin karena malam, jadinya serangan gue tampak berkilauan. Dan sesuatu yang berkilauan, ternyata gak menjamin ketajamannya. Serangan gue dihalau kayak nyamuk cuma pakai satu tangan doang! Monyet hijau itu berteriak, mengeluarkan bunyi yang sama kayak bola transparan sebelumnya. Selain bikin sakit telinga, taring-taringnya juga bikin sakit mata. Takut, bos!
Dia mengangkat tinju kanannya dan menyerang gue dengan cepat. Gue menahan tinju gila itu dengan pedang walau kaki gue mulai bikin lubang di permukaan genteng akibat tekanan yang kuat. Kacau, nih! Lama kelamaan gue bisa jadi paku!
“Rumryaku!”
Gue menebaskan gelombang kejut ketika tinju itu semakin menekan gue ke bawah. Ada ledakan yang bikin monyet hijau raksasa itu menarik pukulannya, dan gue punya waktu buat bertukar posisi ke belakangnya biar lebih aman. Aneh. Serangan yang bikin jatuh seorang Heshita dengan mudah, jadi berasa gak ada apa-apanya di hadapan monyet setinggi rumah dua lantai.
Gue berbalik badan, lalu menggunakan sihir merah muda buat nyari tahu keadaan di bawah sana. Karena para monyet udah gak ada, kayaknya semua pedagang udah bisa ngerapihin makanan mereka kembali. Di stand kopi, gue ngelihat Mery yang terpaku menatap monyet hijau raksasa. Dia mungkin gak ngeliat gue yang sedang ngelihatin dia.
Muncul ledakan asap hitam gak jauh dari Mery berdiri. Ternyata, itu adalah efek dari serangan Sulay yang dia beri nama Runsel ketika menghantam dan meleburkan Heshita bertangan kekar. Gokil! Terus, Dea gimana, ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mardo & Kuntilanaknya
Fantasy#1 PARANORMAL (15 JANUARI 2024) #1 KUNTILANAK (1 MEI 2024) #2 GHAIB (20 JULI 2024) #4 HUMOR (1 MARET 2024) Bersama Dea rekan gaibnya, Mardo yang tadinya hobi mancing sekarang harus mancing makhluk gaib untuk sebuah pekerjaan. Pekerjaan macam apa yan...