BAB 27: Kuyang dan Kekuatannya

67 9 0
                                    

Dea mengeluarkan asap merah di sekujur tubuhnya. Semua lampu yang dari tadi kedap-kedip akhirnya mati semua. Orang-orang yang ada di kantin berlarian menjauh. Ada aura intimidasi yang kuat banget dari tatapan matanya. Apakah ini berarti Dea akan menyerang kami semua!?

Sebuah gelombang angin melesat melewati gue dan menghantam Dea hingga asap merahnya meledak di udara! Walau tampak kaget, Dea sama sekali tidak bergeser dari pijakannya. Gelombang angin yang sangat cepat itu kemudian melayang di depan Dea dan menunjukkan wujudnya.

Sebuah kepala dengan organ dalam yang mengeluarkan asap hitam melayang di antara gue dan Dea. Walau dengan rambut mekar seperti itu, gue yakin kalau itu adalah kepala Kak Kila! Berbeda dari kali pertama gue melihatnya waktu menolong Sulay, kali ini dia tampak nyeremin!

"Oh ... sekarang tempat ini punya siluman Kuyang, ya? Boleh juga," kata Dea.

Dea berubah menjadi asap merah lalu memecah menjadi duri-duri kecil yang sangat banyak.

"Do! Kita harus apa!?" tanya Mery.

Jujur gue juga gak tahu harus ngapain! Masa iya gue melawan Dea!? Tapi masa iya juga gue nyerang Kak Kila!? Aduh pusing!

"Lo pergi dulu aja dari sini, Mer!"

Ketika Mery lari, duri-duri Dea meluncur berhamburan! Mengenai organ dalam Kak Kila dan beberapa mengenai Mery!

"Mer!"

Gue membantunya berdiri dan melindunginya sampai keluar kantin.

"Lo gak apa-apa!?"

Duri-duri itu menancap di kaki belakang Mery.

"Gak apa-apa, Do."

Gue yakin itu pasti sakit. Dari ujung lorong, Sulay lari kencang banget ke arah kami! Dia melewati gue dan Mery gitu aja dengan tangan terkepal. Sulay melompat dan menangkis duri-duri Dea. Di belakangnya, Kak Kila menyelimuti organ dalamnya dengan rambut mekarnya. Ini udah pasti perang, sih!

Gue melihat Mery meringis kesakitan waktu mencoba berdiri. Kakinya memerah ketika duri-duri itu masuk semakin dalam! Gue mencoba mencabutnya dengan tangan gue tapi gak berhasil! Gue gak bisa menyentuhnya karena itu sebenarnya cuma asap.

Dea kembali ke bentuk manusianya dengan asap merah menyelimuti seluruh tubuhnya. Dea dan Sulay kali ini benar-benar saling berbalas pukulan! Tangan kanan Sulay diselimuti asap hitam yang berputar kencang. Kak Kila yang tadi terbungkus rambut, kembali melayangkan hantaman ke arah Dea.

Kali ini, Kak Kila juga diselimuti asap merah! Gue bisa melihat dia tersenyum kepada Sulay sebelum menghantam Dea dengan kecepatan tinggi! Dea tampak kaget ketika hantaman gelombang angin itu membuatnya terpukul ke belakang.

"Dasar siluman!" kata Dea.

Kak Kila cuma ketawa. Sulay mengangkat tangan kanannya, dan Kak Kila menggigit tangan Sulay! Asap hitam yang tadi berputar di tangan kanannya berubah menjadi asap merah! Apa ini artinya Sulay dan Kak Kila sekarang bisa menggunakan kekuatan Dea!? Ketika Kak Kila berubah menjadi asap merah dan melesat dengan kecepatan tinggi menghantam Dea, Sulay langsung memukul Dea tepat di dahinya! Poni rapi Dea jadi berantakan!

Gue merasa kasihan sama Dea. Gue juga jadi merasa kesal sama Sulay! Walapun Dea bukan manusia, tapi dia, kan cewek juga!? Gue gak suka itu! Gue menggenggam gagang pedang dengan kuat. Gue berlari ke sana sambil menebas Sulay!

Gelombang kejutnya yang diiringi asap merah membelah dua pasang meja makan. Sulay dan Kak Kila berhasil menghindarinya. Gue berdiri di depan Dea, merasa kalau Dea adalah orang yang harusnya gak dikeroyok saat ini.

"Do! Lo harus dengerin penjelasan gue nanti! Sekarang lo jangan ikut campur dulu!" kata Sulay.

"Lo mukul dia, Pak! Lo mukul cewek! Gue gak suka!"

Pedang gue diselimuti asap merah dari ujung-ke ujung. Gue berlari menebas Sulay. Dia menangkisnya dengan tangan kanannya yang juga diselimuti asap merah. Karena benturannya, pedang gue terlepas dari genggaman. Sulay memukul perut gue! Sakit banget! Pandangan gue langsung gelap dan bergoyang. Gue pasti pingsan, nih!

Tubuh gue tiba-tiba berdiri sendiri dan gue merasa punya tenaga yang gila banget. Gue gak punya kendali dengan tubuh gue sendiri. Ini pasti gara-gara Dea masuk ke dalam tubuh gue! Gue merasa tubuh gue menjadi panas dan mengeluarkan asap merah. Gue berlari mengambil pedang yang tergeletak dan jadi gesit banget!

Gue mengayunkan pedang dengan sangat cepat dan terarah. Gue bergerak layaknya pendekar pedang beneran! Gak kayak biasanya yang cuma ngandalin gerakan memancing ikan. Gue yang saat ini dikendaliin Dea, benar-benar membuat Sulay dan Kak Kila terpojok.

"Do! Sadar, Do! Gue bukan musuh lo!" kata Sulay.

"Gue gak bisa gerak, Pak!"

Gue melompat tinggi banget ke arah Kak Kila yang melayang dengan asap merahnya. Gue mengarahkan ayunan pedang ke jantungnya yang berdenyut. Gawat! Kalau sampai kena ini pasti fatal banget! Bukannya memotong jantungnya, pedang gue terhalangi rambut mekarnya itu. Syukur aja!

Ketika mendarat, pandangan gue yang tadinya kabur dan gelap perlahan kembali normal. Saat itulah, gue merasa kalau gue bisa ngendaliin tubuh gue lagi yang dimulai dari pergelangan tangan kanan gue, di mana gelang pemberian Mery melingkar.

Aura panas di sekujur tubuh gue mereda diikuti asap merahnya yang berhenti keluar. Dea keluar dari tubuh gue, menatap gue dengan tampang kesal. Dia merebut pedang gue dengan cepat lalu berlari ke arah Kak Kila yang menjadi gumpalan rambut di udara.

Cara Dea mengayunkan pedang mengingatkan gue pada pria tinggi berkumis lebat yang katanya pemilik pedang ini. Apa jangan-jangan sebenarnya Dea ini pria!? Dan berkumis!? Semoga aja bukan! Dia menebas Kak Kila yang gue rasa dalam posisi bertahan dengan sangat brutal! Efek gelombang kejutnya menebas ke segala arah. Sulay berlari dan berusaha menghentikan Dea dengan tangan kanannya yang berasap hitam lagi. Ke mana asap merah yang tadi!?

Tiba-tiba, sebuah ledakan asap hitam pekat menyebabkan mereka bertiga terdiam. Di tengah-tengah mereka, asap hitam pekat itu membentuk sebuah wujud manusia tinggi yang gue kenal dengan nama Torgol! Itu Torgol!

Dia gak muncul sendirian. Di sebelah kiri dan kanannya, berdiri sosok gadis kecil dengan rambut panjang. Di sebelah kanan, gue yakin itu adalah gadis yang tadi terbaring lemah di ruang medis. Yang satunya lagi adalah gadis kecil kurus berambut panjang dari kuburan. Wajah mereka berdua sangat mirip!

"Kenapa lo ada di sini!? Pantesan pedang ini jadi tumpul!" kata Dea pada Torgol.

"Itu membuktikan, tanpa kekuatan saya dan Mardo, Anda hanyalah spirit lemah yang kesepian. Dan ... Mardo tanpa pedang itu dan kekuatan Anda, hanyalah pria yang tidak bisa apa-apa," kata Torgol.

Sakit juga kata-kata pria berparuh burung ini. Kak Kila melayang rendah di antara dua gadis kecil itu. Gadis kecil di sebelah kanan menyisir rambutnya, yang entah kenapa menyebabkan gadis kecil di sebelah kiri menjadi semakin kurus namun rambutnya bertambah panjang. Kak Kila menggigit leher gadis kecil yang sedang menyisir rambut itu, dan secara aneh menularkan asap merah ke dalam tubuhnya!

"Dasar siluman! Ngapain lo!?" kata Dea.

Ketika asap merah itu masuk ke dalam tubuhnya sepenuhnya, gadis kecil itu jadi tampak sehat dari sebelumnya. Dan, gadis kecil yang satunya lagi menguap menjadi asap putih kemudian lenyap. Torgol, Kak Kila, gadis kecil dan Sulay berdiri menghadap kami.

"Proses kloning selesai," kata Kak Kila sambil tersenyum.

Mardo & KuntilanaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang