BAB 125: Mengantar Rumput Goreng

15 5 0
                                    

Iklan dari Penulis!

"Mardo & Kuntilanaknya" mempunyai spin-off berjudul "Heshita: Prajurit Gaib".
Untuk kamu yang telah mengikuti perjalanan ini, tentunya gak asing dengan Heshita, kan? Nah ... dalam spin-off ini, kita akan mengikuti perjalanan salah satu anggotanya yang udah pernah berhadapan dengan Mardo sebelumnya. Kamu tahu dia siapa, kan?
Untuk itu, baca dan ikuti cerita "Heshita: Prajurit Gaib" yang akan menemanimu bertualang di alam gaib sebagai seorang prajurit!

***

Gadis berkerudung itu berdiri, menatap gue dengan senyuman yang tertahan. Sadar akan kecanggungan yang ada, Dea tiba-tiba menarik tangan kanan gue.

“Ini dia orangnya,” kata Dea seraya menatap gadis itu.

“I-ini d-dia orangnya? O-orang a-apa, Dea?”

“Halo, Kak,” ucap gadis itu.

Sementara gue dan gadis itu sibuk mencabut rumput, Dea berada di dalam rumah bersama suara minyak panas di dalam wajan. Gue yang masih gak bisa mencium aroma apapun cuma bisa menebak-nebak apa yang sedang dia masak.

“Eh. Emm … Menurut lo Dea masak apaan, ya?”

Gadis itu berhenti sejenak dan menoleh ke arah rumah.

“Dari baunya … kayaknya ayam goreng, deh, Kak,”

“Oh ayam, ya … hahaha. Ayam goreng. Nama lo siapa?”

Gara-gara lapar, gue jadi gak tahu cara yang baik dan benar buat nanya nama orang.

“Husna, Kak. Kak Mardo katanya suka mancing, ya?”

“I-iya … tapi itu dulu. Di sini ikannya banyak nggak?”

“Banyak, Kak. Tapi susah dipancing.”

“Oh, ya? Waduh … gue jadi merasa tertantang, nih. Nanti gue ke sungai, deh.”

Gue ngelihat rerumputan yang masih menumpuk. Kalau cuma mengandalkan tangan buat mencabut, yang ada gue malah mati kelaparan terus jadi pupuk. Gue butuh bantuan Roksi. Tapi sedang ada Husna! Gue khawatir dia kaget dan takut kalau ngelihat gue tiba-tiba memunculkan pedang dari asap merah.

“Husna~”

Dea berdiri di depan pintu sambil membawa cobek batu. Buset!

“Kamu bisa bikin sambel nggak?”

“Bisa, Kak,”

“Ajarin, dong … tinggalin aja itu tukang kebunnya. Hihi.”

Sialan Si Dea. Untung aja dia bawa cobek. Kalau enggak, udah langsung gue timpuk pakai rumput. Dea masih tertawa menatap gue ketika Husna masuk rumah. Ah! Jadi itu artinya … gue bisa memanggil Roksi dan gue bisa segera makan! Merdekaaaaa!

Mardo & KuntilanaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang