BAB 10: Cara Kerja

97 14 2
                                    

Lokasi berikutnya gak begitu jauh dari rumah sebelumnya. Seperti yang udah gue bilang, Alan ini hobi mengoleksi pacar dalam satu kawasan yang sama. Entah apa maksudnya. Di perjalanan, pedang gue yang di dalamnya ada Torgol sering banget bergetar. Gue khawatir Sulay nanti curiga. Gak lama, kami berhenti di depan rumah mewah yang terdapat dalam daftar pacar Alan berikutnya.

"Siapa namanya?" tanya Sulay.

"Nadia."

Sulay turun dari motor dan langsung menuju pintu depan yang dijaga seorang satpam. Pedang gue bergetar dan terdengar suara Torgol.

"Keluarkan saya, Mardo. Saya tidak bisa masuk ke rumah itu,"

"Kenapa gak bisa, Pak?"

"Rumah itu dijaga oleh pagar gaib."

Gue memandangi pagar rumah itu yang emang kelihatan mewah. Dari sini, gue gak bisa mendengar Sulay lagi ngobrol apa sama satpamnya. Tiba-tiba dia dibolehin masuk aja. Sakti. Sulay berpaling, dan memanggil gue untuk ikutan masuk. Tepat ketika melewati pos satpamnya, gue mendengar Torgol teriak.

"Stop, Mardo! Jangan masuk atau keluarkan saya dulu!"

Melihat gue yang tiba-tiba berhenti, si satpam menanyai gue:

"Kenapa, Mas?"

"Enggak ... G-gak apa-apa, Pak."

Pedang gue menjadi semakin berat dan Torgol terus aja teriak-teriak.

"Stop, Mardo!"

Sulay berpaling karena gue belum juga berjalan. Takut Sulay curiga, gue memutuskan buat nitipin pedang gue ke satpam. Beres, kan?

"Nitip, ya, Pak. Jangan dibuka sarungnya, tajam,"

"Oh, siap, Mas."

Gue melanjutkan berjalan menyusul Sulay dan berencana akan memberitahunya soal Torgol setelah ini. Sebelum itu, ada cewek bernama Nadia yang harus kami temui dulu.

"Lo punya rencana apa, Pak?" tanya gue.

"Lo diam aja. Ikutin aja gue."

Oke, gue paham.

Di ruang tamunya yang gede dan indah banget, gue dan Sulay disuruh menunggu dia yang kata asisten rumah tangganya lagi berenang di belakang. Gue gak punya kolam renang di rumah dan gue juga gak bisa berenang. Jadinya gue gak tahu kalau orang berenang itu bisa hampir 2 jam.

Berbeda dengan gue yang sabar menunggu, Sulay kelihatan gak betah dan ngomel-ngomel sendiri. Dan sebagai rekan kerja yang baik, gue ikutan ngomel-ngomel juga.

"Iya, nih, Pak ... Udah 2 jam kita di sini belum juga dikasih makan! Parah emang! Sabar, ya, Pak. Lo habis ini mau makan, gak? Traktir gue lagi, ya! Aduh kacau ... kacau!"

"Emang cuma makan, ya yang ada dalam kepala, lo!? Udah, gue gak bisa nunggu lagi. Gue mau ketemu dia sekarang!"

Sulay berjalan cepat ninggalin gue. Gue ikut aja.

Butuh 5 menit jalan cepat kayak Sulay buat sampai di kolam renangnya. Terlihatlah seorang cewek yang lagi ngambang di air pake kacamata hitam. Yang bikin gue langsung ngambil kacamata hitam gue juga adalah pakaian renang cewek itu. Gue gak biasa melihat cewek gak pake baju lengkap. Pemandangan ini bikin gue shock!

"Nadia!" panggil Sulay.

"Cappucino buatanmu....!" sahut gue, entah ngomong apa.

"Apaan, sih, Do! Lo diam aja!"

Cewek itu kaget dan langsung teriak! Gue juga kaget, dong! Untung gue gak teriak. Dia langsung menepi dan ngambil handuk. Gue ngambil hikmahnya aja. Dia melepas kacamatanya ketika Sulay mendekatinya.

Mardo & KuntilanaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang