Zudy (71)

468 40 6
                                    

Cukup lama kami berciuman, Abri kemudian menyudahinya.

"sudah, jangan sampai keterusan"
Kata Abri.

"tidak takut lagi kan?"

"hehe tidak"

"nah begitu, Abriku tidak boleh jadi penakut, nanti kalau aku tidak ada siapa yang akan melindungimu?"

"kan ada Gusti, Akbar, Ivan, sama Rajab"

"dih malah ngeyel"

"hehehe maaf, iya mi, aku janji"

Kemudian listrik kembali nyala dan wahanapun kembali bergerak.

Saat tepat di bawah, kami segera turun dari wahan itu dan berjalan-jalan menyusuri area pasar malam ini.

"bagaimana? Senang?"
Tanyaku.

"m! Aku sangat senang mi"

"nah begitu, aku mengajakmu ke sini karena aku lihat kau terlalu serius belajar, nanti kau sakit aku tidak mau"

"kenapa?"

"nanti tidak ada bisa memarahiku di sekolah hahaha"

"ada-ada saja"
Kata Abri.

"eh! Itu Ivan"
Kami melihat Ivan sedang berbicara dengan seseorang.

"van!"
Abri memanggil Ivan dan dia langsung berbalik.

Namun wajah Abri yang tadinya senang langsung berubah menjadi marah saat melihat ternyata Ivan bersama Zudy.

"kau.... "
Ucap Abri.

"eh! Abri! Fahmi! Kalian juga kesini?, wahhhh bagaimana?! Apa kalian menikmatinya?"
Tanya Zudy.

"tadinya iya, tapi tidak sejak kau ada di depanku"
Kata Abri.

"ayolah Abri...., lupakan masa lalu kita! Kita mulai lembaran baru... Lupakan Zudy yang dulu suka menjahilimu"

"tadi siang kau masih melakukan itu!, harus kau tahu zud, aku tidak suka di jahili apalagi jika sampai berulang kali!"

"bri tenang, jangan emosi"

"tidak bisa mi!, ayo pergi dari sini"
Abri menarikku menjauh dari Zudy.

"eh? Tunggu aku! Zud, aku pergi duluan ya!"
Ivan menyusul kami.

.
.

Aku, Abri dan Ivan duduk di kursi di taman sambil menunggu Akbar, Gusti dan Rajab selesai bersenang-senang.

"bri, mau permen kapas?"
Abri menggelengkan kepalanya saat di tawari permen kapas oleh Ivan.
"kacang bri?"
Tawar Ivan lagi, Namun Abri tetap menolak.

"Mau aku cium lagi bri?"
Tawarku.

"mau... Eh! t...tidak...tidak mau"

"udah jangan malu begitu, cuma Ivan, sini sini.... "

"tidaaaaak! Aku serius mi!"

"jangan gitu bri, aku tadi senang melihatmu menikmati semuanya, jangan hanya karena Zudy kau jadi cemberut begitu"

"iya mi, tapi...... "

"yang berlalu biar saja berlalu, dengar..... Kau sekarang harus berbaikan dengan Zudy karena tanpa kerja sama dengannya, maka acara perpisahan kita nanti tidak akan berlangsung dengan mulus"

"aku akan coba.... "

"nah bagus, sekarang makan ini"

"Woy! Itu permen kapasku!"
Ivan emosi saat aku merebut permen kapasnya.

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang