Bang Ridwan (10)

1.8K 126 23
                                        

"HORE!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Teriakku kegirangan saat melihat namaki berada di bagian teratas daftar nilai ulangan.
"KAK WALDI! KAKAK LIHAT ITU?! ABRI ANAK PINTAR KAK!!!!!!!!"
Aku segera tersadar....
Siswa lain menatapku penuh keheranan.
"um...... Aku..... Maaf....... Maaf semua"
Aku segera pergi menjauh dari kerumunan itu.

Tak terasa kini aku sudah kelas 3 SMA.
Kira-kira akan ada kisah seperti apa yang terjadi di semester ini?

****

"wahaha...... Selamat bri..... Abangmu ini bangga"
Kata bang ridwan sambil memelukku.
Benar
Selain rajab, kini yang aku miliki disini hanyalah bang ridwan saja.

"et! Ingat ajakan abang?"
Bang ridwan tiba-tiba melepaskan pelukannya dan memegang pundakku dengan erat.

"megangnya ga sekeras ini juga bang, SAKIT!"
Teriakku

"hehehe, maaf, tapi kamu ingatkan, tidak lupa kan?"

"tentu bang, kapan lagi di teraktir sama abang, abang kan pelit"
Ejekku

"eh! Sampohi mulutmu anak muda!, kalau abang pelit, mana mungkin abang mau mengajakmu"
Balas bang ridwan

"oke abang tidak pelit, tapi gi'gili' (bahasa bugis pelit)"
Ejekku lagi sambil berlalu
"abri pulang ke rumah dulu ya bang mau ganti baju"

"oi! Sama ji itu!"
Teriak bang ridwan

****

Setelah mengganti pakaian...
Aku segera kembali ke pos untuk menemui bang ridwan.

"Assalamualaikum bang"

"Wa'alaikumussalam, lho? Sudah ganti bajunya?, cepat sekali"

"ya sudahlah bang, oh iya sekarang kan abri libur panjang jadi kalau abang lagi jaga...... Panggil abri saja ya"
Tawarku

"sip kalau begitu"
Bang ridwan mengangkat jempolnya.
"tapi kamu ingat kan janji abang itu?"
Bang ridwan kembali mengungkit janjinya padaku sekitar dua minggu yang lalu.

"iya abri ingat, memangnya abang mau ajak abri kemana?"
Tanyaku sambil duduk di samping bang ridwan.

"ya....... Terserah kamu, atau kita jalan-jalan saja bagaimana?!, besok abang cuti kok! Dua hari"
Tawar bang ridwan

"kan memang abang libur"
Ucapku

"hehehe, kalau begitu kamu mau kemana?"
Tanya bang ridwan

"hm..... Tunggu abri pikir...... Hm...... Bagaimana kalau kita....... Mendaki!"

"mendaki? Ahhh tidak! Abang tidak setuju"
Ujar bang ridwan tidak setuju dengan inisiatifku.

"kenapa?!, abang takut ya?"
Ledekku

"takut? Heh! Abang itu latihannya di gunung, jadi soal mendaki itu, cih! Kecil"
Bang ridwan dengan belagaknya meneceritakan kehebatannya padaku.
"hmm..... Iya iya, abang bukannya takut, tapi tidak berani"
Ledekku lagi dan bang ridwan langsung merangkulku dengan erat dan menggelitikku.

"ehhahahhaa ehhh bang! Bang jangan hahaha bang!!!!!!"
Aku tertawa geli karena gelitikannya.

"kamu itu hobimu meledek abang! Rasakan ini....."
Bang ridwan tidak mempedulikanku, dia semakin sigap menggelitikku.

"bang hahaha... Bang nanti tangan abri kena itunya abang lagi haha"

Sontak bang ridwan berhenti menggelitikku
Sepertinya dia teringat saat dimana aku tidak sengaja menyentuh area selangkangannya.

"m...maaf...."
Ujar bang ridwan

"t...tidak apa-apa bang"
Yah salah bicara akunya......

"jadi...... Besok pagi kita berangkat mendaki ya"
Ujar bang ridwan lagi dengan wajah yang masih di palingkan dariku.

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang