Guru baru (62)

497 40 0
                                    

****GUSTI POV****

Huffff.....
Pengambilan nilai Jasmani ini benar-benar melelahkan.

Push up..
Sit up...
Pull up...

Apa Kira-kira aku lulus?
Perasaan tadi aku hanya bisa sedikit.

"woy! Kenapa mikir begitu?"
Ivan tiba-tiba mengagetkanku.

"iya van, Kira-kira aku lulus tidak?"

"semoga saja, kita juga tidak tahu sistem penilaian pak Aditya itu bagaimana"

"tenang saja"
Tiba-tiba pak Aditya sudah berdiri di depan kami.
"kalian berdua lulus, semua di kelas ini lulus di Ulangan harian ini, minggu depan kita akan pengambilan nilai untuk renang, kalian bisa ke rumah saya, nanti saya akan kirimkan koordinat rumah saya pada ketua kelas, jadi kalian ke sana sama-sama, hari ini cukup sampai di sini saja, sudah jam 5 sore, sampai jumpa di pertemuan selanjutnya"
Lalu beliaupun pergi.

"pak Adit ramah ya"
Kata Ivan.

"benar juga, dia orangnya cepat akrab dengan kita"
Selain itu, dia terbilang masih cukup muda. Usianya bahkan setahun di bawah bang Ridwan mungkin.

"Gus, yok pulang"
Ajak Ivan.

"aku ambil tas di kelasku dulu ya, sekalian nunggu yang lain"
Kataku.

.
.

****ABRI POV****

"oke cukup sekian les sore kita hari ini, kalian boleh pulang"
Para murid yang dari tadi wajahnya sudah sangat jenuh langsung mengambil tas mereka dan segera keluar dari ruang kelas.

"langsung pulang nih?"

"iyalah bar, jam 5 begini mau kemana?, mau nongki?, kau tidak takut di culik parakang?"

"mana ada parakang kalau Magrib, paling di atas jam 10 malam baru mereka keluar"

"apakah, kenapa banyak sekali mu tahu? Parakang ko kapang?"

"ih bukanlah! Belajar Ilmu hitam itu tidak bagus"
Kata Akbar.

"Abri?"
Seseorang memanggil namaku.
Itu adalah pak Ashab.

"iya pak?"

"bisa minta tolong bantu bawa buku-buku ini ke ruang guru?"
Pinta pak Ashab.

"tentu pak, bar tunggu aku di gerbang ya"
Kataku sambil memakai tas dan bergegas menuju meja guru untuk mengambil buku yang pak Ashab tadi suruh bawa.
Akupun mengikuti pak Ashab ke ruang guru, saat ini ruang guru sudah sangat sepi. Hanya ada aku dan pak Guru.

"taruh saja di situ"
Pak Ashab menunjuk mejanya, akupun menaruh buku yang ku bawa di meja itu.

"sudah pak"

"oke, terima kasih Abri"

Akupun berbalik dan hendak berjalan keluar dari kantor.
Tapi....

Gep!

Dari belakang tiba-tiba ada yang mendekap tubuhku dengan erat.

"jangan buru-buru lah bri, temani bapak sebentar saja"
Pak Ashab?

"pak, saya mau pulang, tolong..... Lepaskan saya"

"udah sini saja dulu temani saya, mau kan?"

"maaf pak!"
Aku menggeliat dan aku berhasil lepas dari dekapannya.
"teman-temanku sudah menungguku, sekali lagi aku minta maaf pak"
Aku segera berlari keluar dari kantor itu.

Fyuhhhh
Hampir saja

****

3 Minggu kemudian....

Perpustakaan...
Jam Pulang (menunggu jam les).

Sudah 3 Minggu berlalu, dan 3 kali pula aku bertemu dengan pak Ashab dan dia masih terus melakukan hal yang sama padaku saat menyuruhku membawakan barang-barangnya ke kantor usai les.

Aku benar-benar sangat takut, untuk saat ini aku masih bisa menolaknya dan dia juga tidak marah. Tapi aku sangat takut, bila sewaktu-waktu dia jadi berbuat diluar batas.

Aku juga tidak berani mengatakan hal ini pada yang lain, apalagi Fahmi. Dia mungkin akan marah padaku.

"hei kok melamun?"
Kata Gusti mengagetkanku.

"eh? Hehehe maaf, tadi hanya mikir saja"

"huffff.... Aku pusing sekali!!!!!! Aku remedial Renang!!!!!!!!!"
Kata Rajab.

"bukannya kau sudah sering di ajari Gusti?"
Tanya Ivan.

"Sumpah! Kalau Renang Rajan tidak bisa di ajari!"
Kata Gusti.

"terus bagaimana?"
Tanya Akbar.

"aku masih menunggu informasi dari pak Adit"
Jawab Rajab.

"tapi pak Aditya itu baik, dia pasti tidak akan menyusahkan siswa yang remedi"
Jelas Gusti.

Pak Aditya memang sosok yang sangat baik.
Bahkan saat kelasku pengambilan nilai pertama dia sudah bisa langsung akrab dengan kami.
Berbeda dengan pak Ashab yang saat ini sangat aku hindari.

"bri!"
Fahmi tiba-tiba memanggil namaku.

"i...iya mi? Ada apa?"

"kenapa kau sepertinya banyak fikiran akhir-akhir ini?"

"iya bri, kau baik-baik saja kan?"
Tanya Akbar.

"kalau kau punya masalah bilang saja"
Kata Rajab.

"aku tidak apa-apa! Sudah! Aku mau ke kelas dulu!"
Aku meninggalkan mereka dan berjalan menuju kelas.

Saat di kelas, hanya ada pak Adit saja yang mana hari ini memang adalah jam mengajar lesnya di kelasku.

"Abri?, temanmu yang lain mana?"
Tanya pak Adit saat aku memasuki ruang kelas.

"mungkin di kantin pak, atau keliaran dulu, kan masih 30 menit lagi sebelum masuk"

"ah iya benar, kalau begini saya di sini saja menunggunya ya?"

"iya pak silahkan, aku juga mau langsung ganti baju olaharaga dulu, saya ke wc sebentar ya pak"
Aku pamit ganti baju dulu setelah mengambil pakaian olaharagaku di dalam tas.
Tapi ternyata Wc terkunci dan aku tidak tahu siapa yang memegang kuncinya.

Akupun kembali ke kelas.

"lho? Tidak jadi ganti bajunya bri?"
Tanya pak Adit saat aku kembali masih berseragam sekolah.

"wc terkunci pak, saya izin ganti baju di sini ya pak"
Kataku.

"oh iya silahkan"

Aku terpaksa mengganti seragam di dalam kelas.
Aku membuka seluruh seragamku hingga aku bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek saja.

"Abri?"
Pak Adit memanggilku, akupun segera berbalik.

"ya pak?"
Sahutku.

"ah tidak ada, saya hanya mau bilang kalau habis ganti baju kamu segera panggil yang lain ya"

"siap pak!"

Selesai mengenakan baju olahraga, akupun keluar untuk mencari para kawan-kawan sekelas yang entah pada kemana.

*****

Ashabkun no Hentai!

Jangan lupa untuk VOTE! :D

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang