Maafkan aku (119)

425 31 12
                                    

Rumah Sakit...
04:46 Pagi.

****FAHMI POV****

Aku menangis sambil memeluk Abri yang juga menangis saat ini.

"mereka... Mereka meninggal karena aku mi! Ini semua salahku! Aku tidak pantas hidup"

"jangan...bilang begitu bri, aku tidak mau kau mengatakan itu lagi....."

"tapi mi... Hiks.... Ivan..., Akbar....., Rajab....., Gusti....... Irfan dan kak Aryo, semuanya tewas mi...., kini tinggal kita saja! Teman-teman.... Mereka semua sudah tiada"

"aku tahu bri...."

.
.
.
.

Keesokan harinya....

****ABRI POV****

Setelah di autopsi, semua yang menjadi korban dalam insiden itupun di makamkan.
Di tengah hujan, aku dan Fahmi hanya berjongkok memandangi mereka yang sudah di makamkan beberapa saat yang lalu.

"bri... "
Fahmi menggenggam tanganku.

"mi....., aku rasa..... Hubungan kita ini salah"

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipiku.
"dasar bodoh!"

"m..mi......"

"bukan kau yang salah bodoh!, aku yang salah!, jika saja saat itu aku tidak menolak Ardi....., maka tidak akan ada hal seperti ini yang terjadi!"

"apa.... Maksudmu?"

"MAKSUDKU ADALAH AKU! AKU YANG MENYEBABKAN SEMUA INI TERJADI! "

"mi sadar! Sadarlah......"

"aku sangat waras bri, aku yang memulai ini semua, dan aku juga yang akan segera mengakhiri ini, bri, aku mau kau tahu kalau aku sangat menyayangimu"
Fahmi bangkit dan langsung berlari.

"mi?, FAHMI! FAHMI!"
Aku berusaha mengejar Fahmi.
"ugh..."
Namun aku terjatuh.

Saat aku menoleh, aku sudah tidak melihat Fahmi lagi.

"aku yang akan mengakhiri ini mi, aku akan membalaskan kematian yang lain!"
Aku segera bangkit dan meninggalkan area pemakaman ini.

.
.
.

Aku berjalan di tengah hujan untuk pulang ke rumah.
Aku sangat khawatir pada Fahmi.
Aku berniat untuk menemuinya tapi jelas sekali kalau tadi dia itu sangat stres.

"maafkan aku, kalian jadi sampai seperti ini.... "
Ucapku sambil memandangi langit.

Aku menggigit bibirku.
Rasanya aku sudah tidak ingin menangis, Namun.....

"Abri....."
"Abri....."
"Abri!"
"Abri!"
"Keponakanku"
"Dek!"

Aku terus mendengar suara mereka di telingaku.

"dek..... "

"uh.... "
Aku kembali menoleh ke langit.
Secercah cahaya matahari muncul, hujan perlahan berhenti.

"Abri!"
Aku berbalik.
Dan aku melihat, Ivan, Akbar, Rajab dan Gusti sedang memandangiku dengan senyuman di wajah mereka.

"kal...kalian..... Hiks.... Kalian jangan pergi.... "
Tangisku pecah.

"maaf bri"
Ucap Rajab.

"kami tidak bisa terus bersamamu dan Fahmi"
Kata Gusti.

"aku juga mau minta maaf, soal malam waktu pacaran pura-pura itu, semoga kau bisa memaafkanku"

"van! Aku tidak pernah marah soal itu, kumohon jangan tinggalkan aku dan Fahmi...., aku...., tidak bisa jika tidak ada kalian"

"Abri, kau pasti bisa melewati ini semua"
Ucap Akbar.

"hei! Keponakanku"
Irfan tiba-tiba muncul di merangkul leherku dari belakang.

"I...Irfan..... "

"hehehe, maaf ya, mungkin om suka membuatmu emosi"

"jangan panggil aku om! Eh......, kau..kau kan juga sudah..... "

"hehehe, maaf ya, padahal aku sangat ingin untuk bisa menggendongmu lagi di punggungku ini seperti dulu, aku akan menantikanmu di alam sana bri"

"Irfan... Hiks... Jangan bilang begitu..."

"Dek!"
Kak Aryo berlari dari belakangku dan berhenti tepat di sampingku.

"k..kak.... Aryo....... "

"haha, dek, maaf ya"
Kak Aryo memelukku.
"kakak tidak bisa melindungimu"

"apa yang kak Aryo bicarakan?!, kak Aryo! Irfan! Gusti, Rajab, Akbar dan Ivan sudah melindungiku! Harusnya aku yang minta maaf pada kalian!, karena aku.... Kalian sampai harus seperti ini!"

"tidak apa-apa dek, kakak juga senang..., kini...... "
Kak Aryo menatap ke langit.
Aku juga turut menatap ke langit dan melihat ada sepasang suami istri dan seorang anak kecil dari atas sana tengah melambai.
"Kini kakak tidak perlu khawatir soal keluarga lagi...., ini waktunya aku berkumpul kembali dengan mereka"

"mereka.... "

"Abri... "
Kak Aryo memegang pundakku.

"terima kasih, kamu sudah hadir saat kakak merasa kesepian...., kakak menyayangimu"

"Abri, sudah saatnya kami pergi"
Kata Gusti.

"apa?! Tidak! Jangan pergi!!!!!!!"

"Abri! Jaga Fahmi!!!!!"
Teriak Rajab.

Mereka semua perlahan bagaikan melayang ke atas langit.

"jangan tinggalkan aku sendiri!!!!, GUSTI!!! KAK ARYO!, IVAN!!!! RAJAB!!!, IRFAN!!! AKBAR!!!!!!!!!!"

.
.
.
.

****FAHMI POV****

Terima kasih banyak pak Rahmat.
Berkat kak Rahmat aku bisa menemukan data terakhir mengenai keberadaan wanita itu.

Kini aku ada di pelabuhan, tempat dimana para saksi pagi ini melihat wanita dengan ciri-ciri berpakaian hitam dengan helm merah berkeliaran dengan motornya.

Aku sengaja tidak mengenakan penutup wajah seperti helm ataupun masker karena aku ingin memancingnya keluar.

Cukup lama aku dan motorku berkeliling area pelabuhan, aku kemudian menemukan motor yang sama persis dengan yang para saksi katakan tengah terparkir di tepi laut.

Aku segera menepikan motorku dan berjalan di area ini.

"dimana kau?! Keluar! Ini aku! Fahmi!, orang yang membuat kakakmu meregang nyawa, keluar kau!!!!"

"berani juga kau"
Dia muncul di belakangku.

"aku bersumpah akan melepas tangan kotormu itu dari tempatnya! Lihat saja!"

"dan akan aku pastikan kalau aku bisa mengirimmu ke tempat yang sama dengan kakakku!"

*****

Komedi Romantis malah jadi menegangkan begini...
Hehehe maaf ya.
Episode terakhirnya up beberapa saat lagi ya :D

Dan....

Author minta pendapatnya yak

"Antara"
"Gibahan Hati"
"Secercah"
"Dalam diam"
"Ungkapan"

Menurut kalian mana judul yang tepat untuk cerita Author selanjutnya?
Jadi Sinopsinya seorang remaja terbangun dari mimpinya yang mana di dalam mimpinya dia bertemu dengan seseorang yang belum pernah ia kenal sebelumnya.
Kemudian ia bertemu dengan orang itu di dunia nyata dan jatuh cinta padanya, sementara orang itu pada awalnya menjauhinya namun lama kelamaan akhirnya dia luluh.

Oh iya jangan lupa vote :D

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang