Kobaran Api (58)

492 47 20
                                    

Aku segera melompat masuk kedalam air.
Dengan berbekal batang pohon pisang yang aku temukan di pinggir sungai, aku berpegangan dan berusaha berenang hingga ke seberang.

Dengan kondisi kepala yang masih terperban dan rasa sakit di seluruh tubuhku, aku berusaha melawan arus untuk sampai di seberang.

Akhirnya setelah cukup lama bergelut dengan arus sungai, aku berhasil sampai dan segera mencari Abri di gunung itu.

"bri! Abri! Kau dimana?!"

"Abri!!!!!!!! Jawab aku! Abri!"

"Abri!!!!!!!"

Aku berlari kesana-kemari sambil meneriakkan nama Abri.

.
.
.

****ABRI POV****

Aku berusaha melepaskan diri dari jeratan tali ini.
Tapi tali ini ikatannya terlalu kuat!

"uhhh"
Sementara itu Andi terlihat sudah sadar dan bangkit.
Kini dia terlihat marah padaku.

"h...haha..hahaha, kau akan menyesal menolakku bri!"
Tiba-tiba Andi berjalan ke sudut ruangan dan memgambil sebuah jerigen.

"hhhahah, jika aku tidak bisa memilikimu.... Maka tidak akan ku biarkan kau menjadi milik orang lain!"
Andi lalu menumpahkan sebuah cairan dari jerigen itu.

"apa yang kau lakukan?"

"diam!"

Aroma ini...
Itu minyak tanah!
Apakah dia berniat untuk membakar tempat ini?!
Dengan aku di dalamnya?!

"TO....TOLONG! TOLONG AKU!!!!!!!!!!!!"
Aku berteriak sekencang mungkin berharap ada yang bisa mendengarnya.

Andi terlihat menyiramkan minyak tanah itu ke seluruh sudut ruangan.

"selamat tinggal sayang"
Kata Andi sambil menyalakan korek dan melemparkannya ke dinding kayu gubuk itu.

Minyak tanah yang membasahi permukaan dinding langsung memicu api dari korek yang andi lemparkan menyebar dengan cepat.

Andipun berlari keluar dari gubuk yang terbakar ini, meninggalkanku sendiri dalam kondisi terikat.

"a....apa......ini akhirku......... "

Aku lalu memejamkan mataku.
Air mataku mulai mengalir, menyadari bahwa semua ini terjadi karena aku.
Fahmi....
Bang Ridwan....
Mereka harus mengorbankan diri mereka untukku.
Dua orang yang paling berharga dalam hidupku harus meninggalkanku.

.
.
.
.

****FAHMI POV****

Asap!
Aku melihat ada kepulan asap hitam perlahan muncul dari sisi lain Gunung.

"Abri! Abri pasti ada di sana!"
Aku segera berlari ke arah kepulan asap itu berasal.

.
.

****AKBAR POV****

"Gusti lihat..... "
Aku menunjukkan kepulan asap Hitam yang tiba-tiba muncul pada Gusti.

"dari mana asap itu?!"

"sepertinya ada kebakaran hutan, kita harus cepat membawa polisi turun"
Kata bang Said.

"Abri! Tunggu Abri! Aku datang!"

"AKBAR TUNGGU DULU!"
Gusti meneriakiku tapi aku tetap berlari ke arah kepulan Asap itu.

.
.
.

Sementara itu di kaki gunung....

****IVAN POV****

Rajab, Kak Adrian dan beberapa personel Polisi akhirnya datang.

"dimana Rahmat?!"
Tanya kak Adrian.

"kak Rahmat, Gusti dan Akbar naik ke gunung mencari Abri, bang Said juga tadi datang ke sini dan menyusul mereka"

Tak lama kemudian dari seberang sana terlihat Gusti dan Bang said yang sedang menggendong kak Rahmat di punggungnya.

"Kakak!!!!"
Adik kak Rahmat langsung berteriak saat melihat kondisi kakaknya yang tidak sadarkan diri dengan darah hampir di sekujur tubuhnya.

"bertahan! Kami akan segera kesana!"
Kata salah seorang anggota polisi itu.

"Akbar dimana? Kau bilang Akbar bersama Gusti!"
Tanya Rajab.

"semoga tidak terjadi apa-apa "

"van..... Itu asap apa?"
Rajab melihat kepulan asap yang muncul tiba-tiba dari sisi lain Gunung.

"entahlah.... Firasatku tidak enak jab"

.
.
.
.

****FAHMI POV****

Itu dia!
Sebuah gubuk dari kayu terlihat sudah terbakar kobaran api.

"t...tolong........."

Itu suara Abri!

"ABRI!!!!!!!!!!"
Teriakku panik saat tahu Abri ada di dalam situ.

Aku segera berlari ke gubuk itu lalu mendobraknya.

"sial!"
Pintunya tidak mau terbuka juga.
Sementara itu Apinya semakin menjalar.

"bri! bri! Kau dengar?!"
Aku terus menggedor pintu.

Penglihatanku menjadi buram, kepalaku rasanya semakin pusing.
Mungkin karena efek dari menghirup asap ini juga.

"bri.....b...ber...tahan....."

Akupun mendobrak pintu itu sekali lagi. Dan akhirnya pintunya terbuka namun tubuhku juga harus ikut ambruk karena sudah tidak menahan rasa sakitku lagi.

Samar-samar aku melihat seseorang terkapar di tengah ruangan.

"bri......bri...."
Aku merangkak mendekati Abri.

"bri......"
Aku memegang kepala Abri dan mengangkatnya.

Aku tersenyum bahagia saat bisa melihat wajahnya lagi.

"m..mi...... "
Abri membuka matanya dan memanggilku.

"bri.... "

"hiks... mi..... "
Abripun menangis.

"sudah, aku di sini bri...."

"maaf....kan aku mi...... Maafkan aku"

"t...tidak... Uhuk uhuk! Tidak apa-apa.. Sayang..... "

Brak!

Api semakin membesar, tiang-tiang yang telah termakan api perlahan roboh.

"mi..... Aku..... Bahagia..... "

"aku.... Juga....., kita.... Akan mati bersama"
Aku mencium bibirnya yang mungkin itu untuk yang terakhir kalinya.

"bri...."

Abri sudah menutup matanya.
Dia sudah tidak meresponku lagi.

"sampai jumpa.....bri........ "
Air mataku mengalir bersamaan dengan pandanganku yang menjadi gelap.

.
.
.
.
.

*****

Tamat...














































Tapi boong :v

Hehehe
Jangan lupa vote yak :D

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang