Bayangan itu (93)

336 31 6
                                    

"sembunyi!"
Aba-aba dari kak Rahmat.

Aku dan Wandi segera bersembunyi di balik dinding salah satu bangunan.

"Rahmat? Belum pulang?"
Seseorang berbicara dengan kak Rahmat.

"ahaha, tadinya aku sudah mau pulanh tapi aku melupakan sesuatu di kantor"

"ohh ya sudah kalau begitu"

"kau sendiri? Kenapa patroli jam segini?"

"ahh biasa, hanya mau memeriksa saja, barangkali ada siswa yang berkeliaran atau belum tidur, ya sudah aku lanjut ya"
Orang itupun pergi.

Cukup lama kami menunggu dia menjauh lalu kak Rahmat mengangkat tangannya untuk memberi sinyal kalau kami boleh keluar.
Kami segera menghampiri kak Rahmat dan kembali menelusuri area sekitar.

"kak, memangnya apa yang terjadi?"
Tanya Wandi penasaran.

"seseorang sedang melakukan kejahatan di sini, dia menculik beberapa siswa dan menyiksa mereka"
Jelas kak Rahmat.

"tapi..... Kenapa tadi teman sekamar Wandi hanya seorang diri di kamar mandi?"
Tanyaku.

"jika semua korbannya berkumpul, maka semua korbannya bisa saling mengenal dan melaporkan si pelaku karena banyaknya saksi, hanya itu saja alibiku saat ini"

"cukup masuk akal.... "

"tapi, apa kak Rahmat mengetahui siapa dalang dari semua ini?"
Tanya Wandi.

"aku tidak tahu, tapi yang pasti..... Dia salah satu dari pelatih atau senior di sini"

"Rahmat! Rahmat!!!"
Seseorang dari balik pohon melambaikan tangan kepada kak Rahmat.

Kak Rahmat langsung berlari kesana dan kami ikut di belakangnya.

"Hendra, bagaimana?"
Yap, itu kak Hendra.

"aku sudah mengikuti orang itu sejak tadi, dia mengenakan jaket hitam dan masker untuk menutupi wajahnya"
Jelas kak Hendra.

"bagus, jadi apa kau tahu dimana dia sekarang?"

"terakhir aku melihat dia bersama satu orang siswa memasuki gudang peralatan"

"bukannya sebelumnya dia bersama tiga orang?, aku sudah menemukan salah satu dari korbannya, mana yang satunya lagi?"

"aku juga tidak tahu kemana dia membawa satu orang lagi, kita harus cepat sebelum orang itu meninggalkan gudang!"

"kita juga di kejar waktu, jika terlalu lama maka Fahmi dan Wandi bisa ketahuan jika mereka keluar dari kamar, kita bagi tim, aku dan Wandi akan mencari satu orang itu, kau dan Fahmi segera amankan pelaku"

Kak Hendra mengangguk, dia menyetujui rencana kak Rahmat.
Kak Rahmat dan Wandipun pergi mencari satu orang korban lagi.
Sementara aku dan kak Hendra berjalan mendekati Gudang.

"dengar Fahmi, ini mungkin akan berbahaya, aku akan berjalan di belakangmu untuk mengawasi kalau sampai ada yang menangkapmu dari belakang"

Aku hanya mengiyakan ide dari kak Hendra.

Kak Hendra kemudian berpindah ke belakangku, kami lanjut berjalan hingga sampai tepat di depan pintu gudang.

"ini dia, kak.... Sebelum seseorang memergoki kita, kita harus..... "

"harus apa hmm.... "

Tangan kak Hendra....
Mengelus wajahku dengan lembut.

"kak?"
Aku berbalik dan melihat wajah kak Hendra tersenyum melihatku.

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang