Petrikor (19)

1.3K 85 16
                                    

Keesokan harinya....
Rumah sakit.....

"fahmi? Belum pulang?"
Ayah abri memasuki kamar abri.

Yap, aku terus di sini semalaman menemani abri.

"t...tidak om, di sini saja, lagi pula kalau di rumah juga bosan, mumpung hari libur nasional"
Kataku

"ya sudah, tapi kamu sudah makan?"
Tanya tante Ani (ibu abri)

"belum tante....."

"keluar saja dulu, di luar ridwan, said dan akbar lagi sarapan, tadi juga ada rajab tapi katanya mau ke rumah gusti sama ivan dulu"
Kata tante ani

Akupun segera keluar dari kamar abri di rawat.
Memberikan waktu untuk orang tua abri.

"fahmi? Sini makan sama-sama"
Bang ridwan memanggilku.

Akupun mendekat dan duduk di antara mereka bertiga.

"makan dulu, kamu Dari kemarin sore di sini terus! Oh iya tadi rajab datang bawain kamu baju ganti dari rumahmu"
Kata bang said sambil menyerahkan sebuah kantong.
Akupun menerima kantong itu.

"sepertinya..... Abri itu spesial ya untukmu?"
Kata-kata bang said barusan entah kenapa sepertinya mengandung makna yang sangat dalam....

"maksud abang.......?"

"yah memang, anak seperti abri itu gampang di sukai, abang yakin kau juga sepemikiran"
Kata bang akbar

"kau menyukai abri, kami tidak bisa melarangmu, tapi jangan pernah menyakiti hati adik kami itu"
Kata bang ridwan sambil tersenyum padaku

"jadi..... Abang............. "

"selama abri bisa merasa bahagia, kami juga tidak keberatan"
Tambah bang akbar

Mataku berbinar
Rasanya aku baru saja di beri THR.
"terima kasih bang! Terima kasih banyak!"

.
.
.

Gerimis......
Sudah turun sejak pagi tadi.

"ayo dong bri...... Sadar..... Matamu buka.... Untukku ya... Ya...."
Aku menggenggam erat tangan abri yang tengah terbaring lemah.

Rasa sesal menyelimutiku
Jika saat itu aku tidak se ego itu maka abri tidak akan celaka begini.

"pasti berat sekali ya?"
Bang said masuk kedalam kamar dan menghampiriku

"begitulah bang....., abri kecelakaan karena mengejarku"

"jangan menyalahkan dirimu sendiri, abri itu keras kepala, tapi abang juga tahu betul, abri itu orang yang kuat"
Bang said memegang pundakku dan tersenyum
"jangan khawatir, dia pasti akan sadar"
Kata bang said sambil berbalik dan berjalan keluar dari kamar.

Baru saja bang said keluar, ivan, gusti dan rajab masuk.

"abri belum sadar?"
Tanya ivan

"belum van....."

"tapi kondisinya bagaimana?"
Tanya rajab

"dokter bilang kondisi abri peralahan mulai membaik, tapi masih agak lemah untuk sadar"
Jelasku

.
.
.
.

****ABRI POV****

Aku berada di sebuah pedalaman hutan.
Sangat sepi, dan sepertinya di sini tidak ada orang satupun.

Dor!
Dor!
Dor!
Dor!
Dor!

"apa itu?!"
Aku mendengar suara tembakan.
Aku segera berlari ke arah tembakan itu, dan aku sampai......
Ku lihat, seseorang dengan luka tembakan yang sangat banyak di tubuhnya tengah bersandar di balik batu besar.
Orang itu di kelilingi 5 orang bersenjata.

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang