Pasar Malam (70)

488 43 6
                                    

****FAHMI POV****

Abri sepertinya sangat marah karena Zudy, terlebih lagi.....

.
.

***Flashback....

"jadi di dalam kotak ini sudah ada kertas bertuliskan nama masing-masing calon, kertas yang nantinya terambil maka itulah yang akan menjadi ketua panitia"
Jelas Riswan.

"ini gawat! Perbandingannya 1 banding 5, satu persen kemungkinan aku tidak akan terpilih! Dan 5 sisanya kemungkinan kalau aku tidak akan terpilih, tapi tetap saja NAMAKU JUGA ADA DI DALAM SITU!!!!!!!!"
Abri benar-benar sedang dalam tekanan.

Lagi pula ini pemilihan ketua panitia apa undian berhadiah?
Pake sistem begini segala?!.

Riswan sudah memasukkan tangannya dan mengambil sebuah kertas di dalam kotak itu.
Perlahan dia membukanya dan....

"Oke! Yang jadi ketua Abri!"

"TIDAAAAAAAAAAAAK!!!!!!!!!!!!"
Teriak Abri.

Kemudian Riswan kembali memasukkan tangannua untuk mengambil kertas lagi untuk memilih wakil.

"tenang bri, aku usahakan aku akan menjadi wakilmu agar aku bisa membantumu"
Bisikku.

"Zudy"

"TIIIIIIIIIIIIIIIIIDAAAAAAAAAAK!!!!!!"

"Maaf bri... "

*****

Parkiran...

"sudahlah bri, tapi aku yang jadi bendahara, aku akan usahakan membantumu sebisaku"

"bukan itu mi, masalahnya aku mau fokus belajar sekarang! Jika aku jadi ketua panitia.........., itu akan buruk"

"tidak akan buruk bri! Kami berlima akan selalu membantumu"
Kata Akbar

"sungguh?"

"iya, tapi syukurlah bukan aku yang naik"
Ucap Rajab.

"tapi wakilku Zudy, AKU TIDAK MAU!!!!!!!!!"

"tenang tenang tenang, Zudy itu cuma manusia biasa, lupakan saja, sekarang ayo kita pulang"

Kami pun menaiki motor kami masing-masing dan segera pulang kerumah.

.
.
.

19:47 Malam...

"sehhhh, sudah rapi..."
Aku menyisir rambutku di depan cermin.
Tentu saja aku harus terlihat oke di hadapan Abriku yang aku cintai dan aku banggakan itu.

"kurang apa lagi ya?, hmmm.... Ah! Minyak wangi!"
Aku mengambil botol minyak wangi aroma Favorit Abri, Vanilla.
Aku menyemprotkan Minyak wangi itu ke seluruh tubuhku dari ujung kepala hingga ke ujung kaki, kaus kaki juga tidak ketinggalan (maklum 3 hari belum di cuci).

Kriiik...

"Fahmi? Hm! Wangi sekali.... Mau kemana?"
Ibuku masuk kedalam kamarku.

"eh ibu, mau keluar dulu sama teman-teman"

"hmm.... Teman-teman atau Abri..... "

"ah! Apaan sih bu, beneran kok sama teman-teman"

"tapi ada Abri juga kan?"

"hehehe iya bu, oh iya ada apa bu?, kok ke kamar Fahmi?"

"tidak apa-apa, cuma Faizal bilang kalau kamu dari tadi nyisir terus di depan cermin"

"anak ibu yang itu bisa di ajari buat tidak ngintipin orang tidak bu?"

"ah kamu itu, begitu-begitu dia juga adikmu"

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang