Kami (68)

457 43 13
                                    

Proses Evakuasi mobil pak Adit berjalan sangat lama.

Kira-kira pukul 2 Dini hari mobil itu baru bisa di angkat naik dengan bantuan alat berat.

"AKBAR!"
Kami ingin berlari ke arah mobil yang baru di turunkan dari mesin pengait, tapi kak Rahmat menyuruh kami untuk tetap menunggu.

Dari jauh kami bisa melihat kaca depan mobil itu hancur tak bersisa.

Dengan sedikit paksaan, tim pemadam berhasil membuka pintu mobil itu.
Tapi......

"Tersangka tidak ada di tempat!"
Teriak seorang anggota kepolisian yang ada di situ.

"p...pak Adit.... Kabur......!"
Ucap Rajab.

"bagaimana dengan Akbar?!"
Tanyaku.

Tak lama kemudian kami melihat dua petugas pemadam keluar dari mobil itu sambil membawa tubuh Akbar.

"kalian tetap di sana, biar aku yang mencaritahu kondisinya"
Kata kak Rahmat.
Kak Rahmatpun menghampiri kerumunan itu.

Sementara itu Tubuh Akbar di masukkan kedalam Ambulans yang sudah tiba dari tadi.

Tak lama kemudian kak Rahmat kembali dan mengatakan pada kami...
"Akbar masih hidup tapi kondisinya sangat kritis!"

Kami sedikit lega saat tahu Akbar masih hidup, tapi tetap saja, kondisinya kritis dan keadaan bisa berbalik kapan saja.

"dia akan di bawa ke Rumah sakit sekarang, kalian bisa ikuti ambulans itu"
Sesuai dengan kata kak Rahmat, kami akhirnya pergi mengikuti Ambulans yang membawa Akbar ke rumah sakit.

Orang tua Akbar belum tahu kejadian ini, jadi Fahmi segera mengabari Ayah Akbar.
Kami juga mengabari orang-orang di rumah kami, keluarga kami juga pasti khawatir jika kami jam segini belum pulang.

Sesaat kemudian kami hanya bisa duduk dan menunggu proses pengobatan pada Akbar selesai.

"bri, kau tidak mengantuk?"
Tanya Fahmi.
Aku menggelengkan kepala.

Ivan dan Gusti yang tadi pergi mencari makan kini sudah kembali.

"tidak ada warung makan yang buka"
Kata Gusti.

"tapi ada Indomirip di perempatan sana yang buka 24 jam, jadi kami beli mi cup saja"
Sambung Ivan.

"Ibuku akan kesini, aku akan memintanya untuk membawa air panas"
Kata Fahmi.

Kenapa Ibu Fahmi akan kesini?
Jadi kebetulan Ibu Fahmi adalah dokter dan bertugas di rumah sakit ini. (rumah sakit yang berbeda dengan tempat Fahmi dulu di rawat).

Kami kembali menunggu, hingga beberapa menit berlalu akhirnya dokter Risa (ibu Fahmi datang).

"bu!"
Fahmi menyapa Ibunya.

"Kalian tidak apa-apa kan?"
Tanya ibu Fahmi khawatir.

"tidak apa-apa tante"
Jawab kami.

"syukurlah, ini air panas yang kamu minta"

"terima kasih bu"
Fahmi menerima Termos yang Ibunya bawa.

"kalau begitu ibu periksa teman kalian dulu"
Ibu Fahmi segera masuk kedalam Ruang UGD itu.

.
.
.

Keesokan Harinya.......

Minggu pagi...
07:54

Aku terbangun dari tidurku.
Semalaman kami menginap di rumah sakit hanya untuk menunggu kepastian dari kondisi Akbar.

"mi, bangun mi"
Aku membangunkan Fahmi, dan yang lain.

"mmm kenapa bri?"

"mi! Akbar bagaimana?"
Tanyaku.

Kami benar-benar ketiduran semalam, Sampai-sampai tidak sadar kalau ruang UGD sudah kosong.

"akhirnya kalian bangun"
Ibu Fahmi ternyata masih ada di sini.
"teman kalian sudah di pindahkan ke kamar pasien, dia sudah sadar beberapa menit yang lalu"

Kami kini bisa bernafas lega.

"tapi...."

.
.
.

****AKBAR POV****

Aku meremas dengan kuat kertas hasil tes darahku.

"Akbar......"

"bu, pak, aku mau sendiri..... "
Aku menyuruh ibu dan bapak untuk keluar dari kamar.

.
.
.

****ABRI POV****

Baru saja kami tiba di kamar Akbar, ibu dan Ayahnya sudah keluar dari kamarnya.

"om, tante..... "

Mereka berdua melihat kami dan langsung menghampiri kami.

"terima kasih karena sudah menyelamatkan Akbar"
Ucap Ayahnya.

"Akbar sekarang sangat stres... Mungkin karena...... "

"kami sudah tahu tante"
Kata Fahmi.
Kedua orang tua Akbar nampak terkejut.

Kemudian ibunya menangis dan memeluk ayahnya.

"kami harap kalian tetap mau menerima Akbar apa adanya"
Kata Ayah Akbar.

"tentu om, dia teman kami, mana mungkin kami menjauhinya hanya karena masalah seperti itu"
Jelas Gusti.

"kalau begitu tolong hibur dia, tante tidak mau Akbar semakin stres karena kondisinya yang sekarang"

"iya tante"

Kamipun di persilahkan untuk memasuki kamar Akbar.

Kami melihat Akbar sedang duduk dan menatap ke arah jendela sambil menggenggam sebuah kertas.
Nampak sekali kalau dia benar-benar terpukul dengan kondisinya.

"bar..... "
Ucapku.

"pergi"
Ucap Akbar sabil tetap menatap keluar jendela.

Kami berjalan mendekati ranjangnya, Akbar pun berbalik, menunjukkan wajahnya yang berurai air mata.
"Jangan dekati aku!"
Teriaknya pada kami.

"bar, kami hanya ingin bicara denganmu"
Kata Ivan.

"kalian tidak akan mau!, jangan dekati aku! Atau....... "
Dia menunduk dan kembali menangis.
"kalian.....ka...kalian bisa...... Terkena HIV juga"

Fahmi maju dan langsung memeluk erat Akbar.
Begitupun dengan kami.
Kami semua memeluk Akbar untuk menenangkannya.

"bodoh!, aku belum pernah dengan orang tertulat HIV hanya karena bersentuhan"
Kata Fahmi.

Tangis Akbar semakin pecah, dan dia juga turut memeluk kami.

"maafkan aku...... Maafkan aku......... "
Ucap Akbar berulang-ulang.

.
.
.
.

Sementara itu.....

****AUTHOR POV****

Di sisi lain rumah sakit ada dua orang yang saling berbincang di sebuah ruangan tertutup.

"tetap awasi mereka"

"baiklah"

"itu tugasmu, saya ingin laporanmu setiap sore masuk"

"baik"

"apapun yang terjadi jangan sampai ketahuan, dan jangan sampai mereka tahu identitasmu juga kalau saya yang menyuruhmu"

"baik"

"ingat itu, sekarang pergi dan kembali awasi mereka"

"siap"
Orang inipun keluar dari ruangan itu.
Sementara itu di meja ada foto Abri, Fahmi, Gusti, Ivan Rajab dan Akbar.

*****

Wah wah wah
Ada apa ini?!!!!!!

Jangan lupa vote :D

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang