Dojo (72)

425 39 3
                                    

****ABRI POV****

"iya, kunci dojo ada padamu kan?"
Tanyaku pada Nima melalui telpon.

"iya, memangnya kenapa?"
Tanyanya balik.

"hehehe anu.... Aku ada turnamen beberapa hari lagi dan aku butuh tempat untuk latihan"

"hah? Turnamen?! BELAJAR! JANGAN IKUT TURNAMEN-TURNAMEN DULU! KAU MAU UJIAN!"

"hehehe iya maaf (aku juga tidak mau....), tapi sekolah sudah terlanjur memasukkan namaku"
Aku berbohong.

"huffff.... Ya sudah, kuncinya ada padaku, tapi kalau tidak salah Ridwan pegang kunci cadangannya dari bapak"

"benarkah?!, kok bang Ridwan tidak pernah bilang ya?"

"sudah, aku sibuk, kau mau apa lagi?"

"oy Ini Grebfoodnya sudah datang"
Suara teriakan perempuan terdengar.

"elleh sibuk, sibuk dengan teman-teman?"
Ledekku.

"ah, anak SMA sepertimu tidak akan mengerti tugas mahasiswa itu bagaimana, sudah ya, PIRINGNYA ADA DI LEMARI!, kalau kau memang mau ke Dojo jangan lupa bersihkan, dah"
Diapun mematikan telponnya.

"nih"
Bang Ridwan tiba-tiba sudah ada di belakangku sambil memperlihatkan sebuah kunci.
"sebagai abangmu yang paling peka, abang pasti akan selalu tahu apa yang paling kamu butuhkan"

"peka apa nguping?"

"hehehe, kebetulan Said sama Akbar sudah kesana duluan untuk bersih-bersih, mau langsung nyusul?"

"wah, bang Said dan bang Akbar sangat pengertian"

"tidak, Kebetulan memang Said mau membersihkannya saja, soalnya kemarin dia berkunjung ke situ dan tempatnya sekarang lebih mirip tempat uji nyali"

"hmm.... "

.
.
.

Beberapa menit kemudian....

Sebuah bangunan yang lumayan besar.
Nampak seperti rumah tradisional suku bugis dengan tiang-tiang kayu sebagai penyangganya, hanya saja lebih pendek.
Ada Anak tangga untuk naik dengan 4 anak tangga saja karena memang tingginya rendah.

Saat memasukinya, terlihat arsitektur yang di dominasi oleh kayu dari pohon jati dan beberapa ornamen jurus-jurus dalam bela diri.
Ada bagian kosong di tengah yang cukup luas, itu sebagai arena latihan dan beberapa kursi juga.

Tak lupa pula kamar mandi bila ingin bersih-bersih atau sekedar ingin menuntaskan panggilan alam.

Dan juga ada ULAR!!!!!!!!!!!!!!!

Aku langsung memeluk bang Ridwan saat melihat ular dengan ukuran cukup besar merayap di lantai.

"m..mungkin tempat ini sudah jadi sarangnya..... "
Kataku.

"Rosalinda?! Kau dimana?"
Ivan?
Ya, itu Ivan yang entah kapan dia ada di sini.

"eh! Halo bri, woy Abri sudah datang!"
Teriak Ivan.
Fahmi, Gusti, Rajab dan Akbarpun keluar dari sebuah ruangan yang seingatku gudang peralatan.

"eh! Sayang!!!!"
Fahmi yang melihatku baru tiba langsung menghampiriku dan memelukku.

"padahal baru satu jam yang lalu kita ketemu"

"hehehe, namanya juga sayang"

"bucin"

"biarin, hehehe"

"tapi maaf ya, kalian jadi repot"
Ucapku.

"tidak apa-apa bri, kami harus memastikan kau menang, jadi kami juga akan berusaha untuk membantumu berlatih"
Kata Akbar.

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang