Cup (105)

476 38 15
                                    

Di dalam kamarku....

"mhh..... Mi..... Ahhhhh mi pelan-pelan"

"tahan ya bri, bentar lagi masuk semua... Dikit lagi...... "

"mi...... Ahhh.... mi besar sekali...."

"tahan sayang.... "
Aku langsung melumat bibir Abri agar dia dapat menahan rasa sakit di pantatnya.
"owhhh bri.... Sempit banget sayang..."

"ahhh mi......, enak mi....."

"bentar lagi akan lebih enak sayang, aku genjot ya"

"uhh"
Abri mengangguk tanda setuju.
Perlahan aku mulai meng....

"mi bangun, makan siang sudah siap"
Ivan tiba-tiba masuk kedalam kamar.

Eh?

Aku langsung membuka mataku.

"kau kalau tidur seperti beruang, susah sekali di bangunkan"

Aku langsung menarik kerah baju Ivan dengan emosi.
"BERANINYA KAU MENGGANGGU MIMPI INDAHKU!!!!!!!!!!!!!!!"

"a...a....a...abri yang nyuruh......, ikannya sudah matang"
Kata Ivan terbata-bata.

"ikan?"
Aku ingat, kami masih di kapal.
Ahhh jadi itu semua benar-benar hanya mimpi.....

"kau mimpi apa?"
Tanya Ivan.

"uh?"
Aku melepaskan tanganku di kerah baju Ivan.
"bukan mimpi apa-apa, aku hanya barusan mimpi terima gaji bulanan"

"yang sabar ya, pertengahan bulan itu memang sangat pahit, yang penting kita makan dulu, aku sudah sangat lapar, om Arsun juga melarang kita makan sampai semuanya datang"

"astaga! Bapak mertua menungguku!"
Aku segera lari keluar dari anjungan kapal dan menuju dapur, tempat yang lain sudah berkumpul.

"tidur nyenyak ya Fahmi?, pasti mimpimu indah"
Ucap bapak Abri saat aku memasuki dapur.

"hehehe sayang harus berakhir om"

"terus saja berusaha, biar mimpimu itu jadi kenyataan"
Anak om saja yang belum siap....
Aku sudah ready to play sejak dulu om.

"ayo sini makan, Abri masaknya sampai tangannya terluka lho"

"hehehe iya om"

"itu lengan bajumu yang sebelah kiri mana?, kenapa robek begitu?"
Tanya om Arsun saat melihat lengan baju sebelah kiriku sudah tidak ada.

"di pake buat balut luka Abri om, baik sekali kan?"
Sahut Akbar.

"wah, terima kasih ya Fahmi, om jadi tidak enak"

"ahh tidak apa-apa om, tapi yang membalut luka Abri itu Akbar om, bukan aku"
Kataku Jujur.

"tapi kan kau menyuruhku melakukan itu, apalagi kain yang di gunakan dari bajumu"

"yahh.... Iya sih tapi..... "

"sudahlah, makan dulu"
Kata Abri yang sedang sibuk mengatur makanan di hadapan kami.

"aromanya enak bri, pasti rasanya juga"
Kataku.

"makan saja dulu, jangan banyak bicara, gus, kau sudah tidak mabuk?"
Tanya Abri pada Gusti.

"lumayan bri, tapi masih agak pusing sedikit"
Jawab Gusti dengan koyo yang menempel di dahinya.

"makan yang banyak, perutmu pasti kosong karena isinya sudah keluar semua"
Kata Abri.

"sayang, suapin"
Pintaku pada Abri.

Abri langsung mengambil sesendok nasi dan meletakkan sendok itu di tanganku.

"suapi dirimu sendiri ya mi, aku mau ke anjungan dulu"

"lho?! Tidak makan bri?!"

"Abri makan duluan tadi, om sudah bilang tunggu yang lain tapi kalian tahu kan Abri itu keras kepala"
Jelas Om Arsun.

"bapak........ "

"kenapa? Kan kamu memang begitu nak"

"uhh, aku mau ke Anjungan dulu"

"oke"
Kata om Arsun.

Abripun pergi, dan kami semua makan siang.

.
.
.
.

Setelah makan siang, aku masuk kedalam anjungan kapal untuk mencari Abriku. (untuk kalian yang tidak tahu, anjungan itu bisa di katakan ruang kendali dalam sebuah kapal, tempat kita bisa melihat dan memantau situasi di luar dari dalam kapal).

Aku melihat Abri tengah tertidur pulas di meja.
Uhhh sayangku.....
Ilernya bau ikan kuah kuning.

"keponakanku jangan di apa-apakan"
Irfan melintas di pintu.

"iya bawel!"
Kataku.

Uhhh bibirnya....
Buat di cium saja susah sekali.
Aku kangen bibir Abri yang empuk itu.....
Lidahnya yang lembut bagaikan tahu.

Ahh andaikan aku bisa.....
Tapi aku tidak mau mengganggu tidur yayang beb ku ini.
Dia pasti kelelahan di dapur, uh! Istri yang baik. Andaikan bisa sudah aku lamar dari dulu.

Aku lalu mengambil kursi dan duduk di dekat Abri.
Aku ikut merebahkan kepalaku di meja dan wajahku menatap wajah Abri.

Argghhhhhh bibirku gatal!!!!!
Cium tidak?!
Ahhh jangan.....
Jangan sampai aku membangunkan singa yang tidur.
Singa imutku.

Tapi....
Abri kayaknya tidak akan bangun kalau cuma di cup....
Pasti itu!

Aku lalu mendekatkan wajahku perlahan.
Semakin dekat dengan wajahnya.....
Uhhh sedikit lagi bibir kami akan bertemu....
Abriku....
Akupun memejamkan mata, dan akhirnya.....

Cup!

"Mi aku pinjam pancingmu, pancingku putus, eh? Kau sedang apa?"

"IIIIIIIIIIIIIIIIVAAAAAAAAAAAAN!!!!!"

"eh?! Aku salah apa?"

"uh? Ada apa?"
Abri terbangun.
"ada apa teriak-teriak mi?"

"eh? Sayangku sudah bangun, gimana sayang? Mimpinya Indah?"

"mimpi indah apaan aku baru tidur!"

"hehehe, Ivan bri ganggu"

"lha? Kenapa malah aku?! Dahlah aku pergi"
Ivanpun pergi.
"Mi pancingmu aku pinjam!"
Teriak Ivan.

"iyaaa!"
Balasku.

"kenapa sih?"
Tanya Abri heran.

"gapapa sayangku.... Udah bobo lagi"

"ahhh, aku sudah tidak bisa tidur!"

"ya sudah, kalau begitu kita..... "
Aku langsung melumat bibir Abri.
Bibir yang seminggu lebih sudah tidak ku jamah kini telah dapat aku rasakan kembali.

*****

Akhirnya.....

Jangan lupa Vote :D

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang