Pinjam (111)

346 31 9
                                    

Drrrrt drrrrrt....

"halo?"
Aku mengangkat telpon yang masuk di hpku.

"Abri, kau dimana?"
Tanya Ivan dari telpon.

"van?, aku masih di Kodam, ada yang harus aku urus di sini, ada apa?"

"pulang jam berapa? Aku mau bicara sesuatu denganmu"

"hmm.... Mungkin jam 8 malam nanti"

"oke, ketemunya di pecel lele langgananmu dan Fahmi ya"

"iya, eh sudah dulu ya, aku mau cari tanda tangan dulu"

.
.
.
.

Jam 8 malamnya, di warung pecel lele.

"jadi ada apa?"
Tanyaku ke Ivan.

"aku mau minta tolong bri"

"ada apa?"

"aku..... Bisa pacaran denganmu?"

"UHUK UHUK UHUK UHUK!!!! Aer!!! Aer!!!!"
Aku tersedak makananku.

"ehhh nih nih minum dulu"
Ivan langsung memberikan segelas air minum padaku.

"ahhh lega......, tadi apa?! Pacaran?! Van, tidak! Apa kata Fahmi jika mendengar ini?!"

"dengar dulu bri, sebenarnya...... Baru-baru ini aku gabung komunitas Gay"

"komunitas macam apa itu?!!!!!!!!, hei?! Kau ingat statusmukan?!"

"aku rahasiakan kok, tidak ada yang tahu kalau aku ini orang dari kesatuan, terus..... Malam minggu nanti bakal ada semacam pertemuan antar sesama anggota komunitas, aku ingin....... Kau bersedia menjadi pacarku selama malam itu saja, kumohon agar aku tidak terlihat ngenes.......... "

"van.... Maaf, tapi aku tidak..... "

"kumohon bri.... Aku tidak punya orang lain lagi, kemarin aku meminta bantuan Rajab dan dia langsung mengadu ke Gusti, Gusti sampai memarahiku"

"itu salahmu, kau memilih orang yang sudah punya pasangan, Akbar belum punya pasangan, kenapa kau tidak mengajaknya saja?"

"Akbar kan lagi jadi relawan Damkar Di Daerah banjir, kumohon bri kau satu-satunya yang bisa membantuku sekarang"

"tapi..... Bagaimana ya...... Aku harus izin dulu sama Fahmi"

"silahkan, setidaknya kau mau menemaniku"

****

"MANA SI KONYOL ITU?!!!!!!!!!!!"

"ett jangan emosi dulu mi"
Aku menceritakan pada Fahmi soal masalah Ivan.

"Satu kata bri, TIDAK!, siapa tahu kau pacaran semalam dengannya dan kemudian kau jadi nyaman!"

"bisa begitu ya?"

"ya tentu!"

"tapi mi, kasihan Ivan"

"Kasihan aku bri....... "

"mi, ingatlah, Dulu Ivan pernah apa untukmu?"

"perasaan dia tidak pernah melakukan apapun untukku.... "

"ayolah mi, hanya sebagai teman saja, aku berjanji akan menjaga diriku"

"huffff baiklah....... Tapi awas saja jika kau sampai kenapa-napa.... Ivan akan kehilangan wajahnya!"

"tidak perlu sampai begitu mi"

****

Malam minggunya.....
Di sebuah Restoran.

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang