Keesokan Harinya....
Rumah Abri...
Aku menceritakan kenapa Louis mengalah pada yang lain, dan hasilnya malah......
"terus.... Kau tergoda begitu?"
"tidak mi, kau lihat sendiri aku marah dan menyundulnya"
"nyundul apa mau mau nyium?"
"mi...... "
Baru kali ini Fahmi terlihat cemburu. Tapi aku jadi tersenyum.
"kau cemburu ya?'
Godaku."cemburu? Dih.... Untuk apa?"
"jadi kau rela kalau misalnya Abri dekat dengan orang lain?"
Tanya Ivan."tidak!"
Jawab Fahmi."nah kan, itu artinya kau cemburu"
Kata Rajab."hei hei hei, kita mau membahas pertandingan nanti malam"
Ujar Gusti."benar! Ayo gus bahas!"
Sahut Fahmi."oke, jadi sudah pasti siapa yang akan menjadi lawan Abri, Winda"
"apa kau menemukan sesuatu yang mungkin bisa membantu Abri?"
Tanya Akbar."aku hanya punya saran saja, jadi Winda itu petarung yang mengandalkan sikunya dalam serangan jarak dekat, dari hasil pertandingannya dengan Zudy dan Ari, keduanya kalah dengan Jurus yang sama"
Jelas Gusti."jadi, apa yang harus di lakukan Abri?"
Tanya Fahmi."kalau bisa kau tidak boleh melakukan kesalahan yang sama seperti Zudy atau kau akan kalah dengan mudah, kalau perlu kau harus menjadi yang pertama menyerang, petarung jarak dekat seperti dia akan berusaha untuk terus mencari celah untuk mendekati lawannya, dia akan mudah kelelahan dan kecepatan serangannya juga akan menurun sepanjang pertandingan nanti"
"terima kasih gus, akan aku pastikan aku bisa memenangkan ini, lalu setelah itu kita akan buat Zudy bicara"
Kataku..
.
.Malam Harinya....
"Di sudut biru! Petarung pemula yang berhasil mengalahkan Faisal di babak pertama dan membuat Louis si kaki Ayam menyerah di babak kedua! Abri!!!!!!!!!"
Aku naik ke atas arena."dan di sudut Merah, Jaguar Betina, satu-satunya petarung Wanita di arena! Winda!!!!!!!!!!!"
Dia juga ikut naik dan berjalan ke hadapanku.Perempuan ini sangat berbahaya, dari caranya menatapku saja sudah membuat aku kesulitan menggerakkan kakiku.
Matanya sangat tajam menatapku, seperti seekor Elang yang akan mendarat untuk meraih mangsanya.Ting!
Aku membungkuk dan......
Langsung melancarkan tendangan ke arah Kepalanya.
Berhasil!
Tapi.....Dia tidak bergerak sedikitpun!
Apa dia.......
Dia mengunci total tubuhnya.Dia lalu menatapku dengan tajam, lalu.....
Dia dengan cepat menangkap tangan kiriku dan memukul Wajahku."ugh!"
Aku bisa merasakan sesuatu yang berbeda dengan dirinya di banding lawan-lawanku sebelumnya.Dia mendorong tubuhku ke pagar kawat besi arena.
Dia mengunci tubuhku dengan mudahnya dan..."mati saja kau"
Bisiknya.Dia mengangkat kepalaku dan....
Menghantamkannya berkali-kali ke kawat pagar itu."ABRI!!!!!!!!!!!!!!"
Teriak teman-teman dari luar Arena.Dia tidak berhenti melakukan itu.
Darah segar sudah mengalir dari bibir, hidung dan bahkan pipiku."mati! mati! mati!!!! mati!!!!!! mati!"
Ucapnya sambil terus menghantamkan wajahku ke kawat itu.Lalu kemudian....
Tubuhnya bergetar."kau..... Harus membayar semuanya!"
"uhuk! Ugh......."
Pandanganku sudah sangat kabur."pak! Kenapa pertandingannya tidak di hentikan?!!!!!!"
Bang Ridwan protes pada panitia di luar Arena.Winda melepas kunciannya.
Tubuhku Ambruk ke lantai arena tapi dia dengan mudahnya menganhkat kembali tubuhku."aku tidak akan berhenti sampai kau mati!!!!!"
Bugh!
Satu hantaman ke wajahku dan aku langsung tersungkur di lantai.
Tangannya sudah penuh dengan darahku.
Dia kembali mencoba mengangkat tubuhku.Tapi aku berhasil menangkap tangannya.
Walaupun aku sudah tidak dapat melihat dengan jelas, tapi aku beruntung bisa menangkap tangannya.Dia juga segera mencengkeram tanganku dengan tangannya yang satunya.
Aku bersusah payah untuk bertahan, namun sepertinya aku sudah kehilangan banyak darah.Aku sudah tidak tahan, tangankupun terlepas dan.....
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Bugh!Dia terus menyerangku walaupun aku sudah tidak berdaya.
"ini untuk kakakku! Kakakku yang kalian Bunuh!!!!!! Kuharap kau bertemu dengannya di alam sana!"
****FAHMI POV****
Pintu kawat arenanya di kunci!
Sudah jelas jika ada yang menyabotase pertandingan ini!"ABRI!!!!!!!! HENTIKAN ITU! DIA SUDAH TIDAK BERGERAK!!!!!!"
Aku terus berteriak agar perempuan itu berhenti menghajar Abri."sial! Pintu ini tidak bisa di buka!!! Siapa yang melakukan ini?!"
Bang Ridwan juga terus berusaha membuka pintu itu tapi sia-sia.Sementara itu di dalam sana perempuan itu semakin mengamuk, dia kini menendang Abri.
Wajah Abri yang sudah berlumuran darah terlihat sudah tidak menunjukkan ekspresi apapun.Penonton semakin riuh, mereka semua panik dengan apa yang terjadi di atas arena.
Tiba-tiba perempuan itu berhenti.
Dia berjalan ke arahku dan menarik kerah bajuku dari dalam arena."kau Fahmi kan?! Karena kau...... Ini semua karena kau!!!!! Kakakku mati karena kau! Karena kalian semua!!!! Ingat satu hal, kemanapun kalian pergi, aku tidak akan memaafkan perbuatan kalian setelah membunuh kakakku!"
Aku hanya bisa diam.
Dalam sorot matanya menandakan dia benar-benar sedang sedih dan emosi. Semuanya bercampur dan tidak tahu kemana ia harus melampiaskan."b...bunuh saja aku....., tapi..... Jangan sakiti Abri lagi"
Kataku.Seketika dia tersenyum.
"kau menderita? Kalau begitu biar aku tambah!"
Dia melepaskan tangannya di kerahku dan kembali berjalan ke arah Abri.Dengan brutalnya dia menarik tangan Abri dan menyeretnya.
Darah Abri berceceran di lantai arena itu."Abri! lepaskan dia!"
"daripada membunuhmu, aku lebih suka melihat kau menderita juga"
Tanpa belas kasih dia mengangkat kepala Abri dan menghantamkannya ke lantai dengan keras.
Bahkan dia melakukannya berkali-kali."INI YANG TERAKHIR!!!!!!!!!!!! uh!"
Baru saja dia ingin menghantamkan kepala Abri lagi, tiba-tiba di dalam Arena itu ada seseorang yang entah kapan dia masuk dan bagaimana caranya, sepertinya dia memanjat pagar arena.Seseorang dengan celana, jaket kulit dan helm berwarna hitam.
"cukup sampai di situ"
Kata Orang itu.*****
Orang misterius muncul lagi
Jangan lupa vote :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejenak
RomanceKisah cinta Abri dan Fahmi, duo bucin yang memulai hubungannya dengan penuh liku-liku. Bersama teman-teman mereka, Gusti, Ivan, Rajab dan Akbar, menjalani hari-hari indah yang penuh dengan kekonyolan. Warning.... 18+ Bagi yang Homophobic harap tid...