Jujur Atau Berani? (42)

595 50 1
                                    

****ABRI POV****

Teriakan itu.....

"AKU MENYUKAI ABRI!"

Aku tahu betul itu suara Ivan.
Dan suaranya terus terngiang-ngiang di kepalaku.

"mi........"
Fahmi hanya diam sambil memelukku, kemudian dia berbisik di telingaku...
"Ivan mengalah hanya untuk kita"

Jadi.......
Selama ini Ivan harus merasakan rasa sakit saat bersama kami?

"tenang saja bri, dia sudah menemukan orang lain yang baik untuknya, seseorang untuk dia lindungi"
Sambung Fahmi.
"udah ya, aku mau bawa berkas ini dulu ke ruang rapat Osis"
Kata Fahmi sambil mengangkat berkas di atas meja.

"terus mi rebusnya? Aku sudah bikinin....... "
Fahmi langsung mengambil semangkuk mi yang aku buatkan di atas meja.

"aku makan di ruang rapat saja ya, kau sebaiknya tidur saja sudah larut, oh iya, kalau bisa tidurnya jangan dekat Akbar ya"

"lho? Kenapa?"

"takut khilaf sayang, ya sudah aku bawa ini dulu ya"
Fahmipun pergi.

Takut khilaf?
Apa Fahmi cemburu?
Hihihi, kok jadi salah tingkah begini ya?

Aku juga segera pergi meninggalkan ruang TU dan kembali ke kelasku.
Di kelasku rata-rata temanku sudah tidur semua, dengan beralaskan tikar dan di selimuti sarung.
Tapi aku tidak mendapati Akbar dimanapun...

"kenapa bri? Kayak nyari sesuatu"
Tanya Gusti tiba-tiba datang.

"oh, kau lihat Akbar?"

"di teras, ini juga aku mau memanggilmu kumpul dengan dia di teras"

"oh gaskeun lah!"

Aku lalu mengikuti Gusti keluar ke teras dan ikut duduk dengan Akbar yang sudah ada di situ.

"nih sudah tambah satu pemain"
Kata Gusti.

"pemain? Memangnya mau main apa?"
Tanyaku.

"Kita main Jujur Berani!, kalau ujung botol akua ini mengarah padamu, kau harus memilih Jujur atau Berani, kalau kau pilih Jujur, kau harus menjawab semua pertanyaan yang di ajukan secara jujur, lalu kalau kau pilih berani, kau harus melaksanakan tantangan yang di berikan! Bagaimana?"
Jelas Akbar.

"yah aku tahu permainan itu bar, maksudku apa kalian tidak punya permainan lain?"

"ini saja bri, seru, ayo ikut ajalah, tidak seru tadi yang main hanya kami saja"
Gusti memaksaku untuk ikut bermain.

"ya sudah, ayo putar botolnya!"
Kataku.
Akbar langsung memutar botol akua sedang itu dan........

"sial"
Ucap Gusti, saat botol itu mengarah padanya.

"oke gus, jujur atau berani?"
Tanya Akbar.

"hmm.... Jujur sajalah"
Jawab Gusti.

"oke aku yang tanya! Sebelum dengan Rajab........ Apa kau pernah punya pasangan lain?"
Aku mengajukan pertanyaan pada Gusti.

"aduhhhh, tapi jangan beritahu Rajab ya, aku punya mantan perempuan namanya Iki waktu aku dulu di Poso"
Gusti menjawab pertanyaan yang aku ajukan padanya.

"cie! Kalau begitu aku mau kau menelpon dia sekarang!"
Akbar menyuruh Gusti.

"apaan! Akukan pilih jujur! Bukannya berani!"
Gusti berteriak.

"hehehe bercanda, baiklah, aku mau tanya, apa saja yang kau dan Rajab sudah lakukan?"
Tanya Akbar pada Gusti.

"nah! Jangan-jangan Rajab sudah kau apa-apain......."

"gaklah bri, paling cuma pelukan.... Ciuman...... "

"tunggu dulu! Ciuman? Kapan? Aku dan yang lain belum pernah melihat kalian ciuman selama ini!"
Kataku.

"nah! Kalau begitu cari Rajab sekarang dan cium dia!"
Akbar kembali menyuruh Gusti.

"Woy! Sudah kubilang aku pilih jujur bukan berani!, lagi pula kami ciumannya sembunyi-sembunyi, kau sendiri dengan Fahmi pasti tidak mau melakukannya di tempat terbuka, sudah! Ayo putar lagi!"
Gusti mengambil botol akua tadi kemudian memutarnya.

"yap! Abri!!!"
Ucap Akbar saat botol itu berhenti tepat di depanku.

"huhhhh.... Aku pilih..... Jujur juga"
Soalnya kalau aku pilih berani jangan sampai mereka menyuruhku melakukan hal yang tidak-tidak hehehe.

"nah! Sekarang aku akan tanya, apa kau sudah pernah Bisitaharidamdam dengan Fahmi?"
Tanya Gusti padaku.

"WOY! BISITAHARIDAMDAM APAAN?!"
Tanyaku dan Akbar emosi.

"masa tidak tahu...... Itu......... Nganu..."

"ohh, tidak pernah aku"
Jawabku datar.

"yakin?"

"iya gus, kalau tidak percaya cek saja"

"ya sudah sini aku cek"
Gusti sontak menarik kakiku dan membuatku kaget.

"woy! Maksudku tanya ke Fahmi bukan cek itu! Arghhhhhh"
Sementara Akbar hanya bisa tertawa terbahak-bahak menyaksikan tingkah Gusti.

"hahahaha, oke oke, sekarang aku yang tanya, siapa orang kedua yang kau sukai setelah Fahmi?"
Tanya Akbar.

"hmm.... Yang kedua ya..... Ah! Ubim!"
Jawabku.

"orang bri, bukan kucing"
Ucap Gusti.

"tapi memang aku hanya suka Fahmi, Fahmi it's the best! Setelah itu orang tuaku lalu kalian teman-temanku"

"nah, itu sudah kau jawab.... Haduhhh, baiklah kita putar lagi"
Akbar kembali memutar botol itu dan kini botol itu berhenti tepat di depannya.
Awokawokawok, senjata makan tuan :v

"aku pilih jujur juga"
Ucap Akbar.

"baiklah, jadi apakah sejauh ini kau sudah menyukai seseorang?"
Gusti bertanya sambil memberikan tatapan tajam dan juga tersenyum pada Akbar.

"hmm...... Sejauh ini aku....... Aku menyukai seseorang di sini"

"hah! Siapa?!"
Gusti semakin penasaran.

"ada, menurutku dia itu orang yang baik, perhatian, juga setia, aku benar-benar iri dengan orang yang sekarang bersamanya"
Jelas Akbar sambil tersenyum.

"owh... Jadi dia sudah punya pasangan ya?, sabar ya, tunggu saja dia putus!"
Gusti memberikan semangat pada Akbar.

"sepertinya mereka tidak akan putus, ah sudahlah lupakan saja, bri, kau mau tanya apa?"

"a...aku.....aku mau tanya, kenapa kau bisa nyaman dengan kami? Padahal kami itu............ Saling menyukai"
Entah darimana datangnya pertanyaan itu, tiba-tiba saja keluar dari mulutku.

Akbar kembali tersenyum.

"untuk apa aku harus risih dengan kalian kalau kita sama?"

*****

Hah?! Kita sama?
Kira-kira ada apa dengan Akbar?

Jangan lupa V-O-T-E ya :0

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang