****ABRI POV****
"KITA TIDAK BISA DIAM DI SINI! Rajab dalam bahaya! Aku harus menyelamatkannya!"
Gusti sangat Marah saat tahu Rajab sedang dalam Bahaya."tenang dulu gus, kak Rahmat bilang pak Adit itu orang yang berbahaya, saat ini mungkin Rajab sudah jadi sanderanya jadi kita tidak bisa bertindak gegabah"
Fahmi berusaha menenangkan Gusti."ah! Kita tidak punya waktu!"
Gustipun mengambil motornya dan mengendarainya pergi."Gusti! Gusti! Akhhhh bri, tetap di sini, kau nyusul dengan kak Rahmat saja, van ayo"
Fahmi dan Ivan mengikuti Gusti dari belakang."mereka kemana?!"
Tanya kak Rahmat yang baru saja keluar dari rumahnya."mereka pergi duluan kak"
"ahhhh mereka pikir ini film?! Baiklah, kau tetap di sini sampai personel polisi yang aku panggil tiba, kita akan menyergap rumah Pelaku, bisa kau hubungi Gusti, Fahmi atau Ivan agar tidak terburu-buru?"
"tenang kak, Fahmi pasti tahu apa yang harus dia lakukan"
.
.
.****RAJAB POV****
"sekarang kita harus apa bar?"
"kita tidak boleh menyerah! Kita harus kabur dari sini!"
"tapi....... Ini ruang tertutup, jendela saja tidak ada"
"kita mungkin bisa kabur, tapi harus ada yang mengalihkan perhatian Pak Adit"
Kata Ilham."me....ngalihkan perhatian pak Adit?"
Ucapku ragu."Ilham benar, saat ini semua ikatan di tubuh kita juga sudah lepas berkatmu jab, Kita bisa keluar jika ada yang bisa mengalihkan perhatiannya, biar aku saja"
"tidak bar! Kita bertiga harus keluar dari sini bersama-sama!"
"tidak ada cara lain jab, teman-teman dan orang tua kita tidak akan tahu kalau kita di sekap begini jika tidak ada yang memberitahu mereka, setidaknya ada yang berhasil keluar untuk melaporkan semua yang terjadi di rumah ini"
"tidak! Tidak bar! Aku tidak mau! Kau juga harus ikut dengan kami!"
"jab, jika kau masih mau bertemu Gusti..... Maka ikuti aku"
"tidak bar...... Jangan bercanda! Bagaimana jika dia akan membunuhmu sebelum kami datang?!"
"itu resikonya"
"tidak! Aku akan tetap di sini bersamamu!, aku lebih baik ikut mati dari pada meninggalkanmu sendirian di tempat mengerikan ini!"
Tiba-tiba gagang pintu berputar.
"ini kesempatan kita!"
Kata Ilham."Ilham, tarik Rajab!"
Akbar menyuruh Ilham menarikku ke balik pintu, bersamaan dengan pintu itu terbuka.Pak Aditpun masuk kedalam ruangan ini.
"mana mereka?!"
Pak Adit panik saat melihat hanya ada Akbar di dalam situ."Rajab! Ayo"
Ilham menarik tanganku berlari keluar dari pintu ruangan itu."Sialan! JANGAN LARI KALI..."
Akbar segera memegangi kakinya agar dia tidak mengejar Rajab dan Ilham."LARI! DAN LAPORKAN SEMUA INI!!!"
Teriak Akbar dari dalam Ruangan itu.Rasanya sangat berat meninggalkan Akbar sendirian di situ bersama psikopat itu.
Sial sekali...
Saat kami sampai di lantai pertama, pintunya terkunci."ham, bagaimana ini?!"
"kita harus lewat jendela!"
Kamipun mencoba membuka jendela yang ada tapi ternyata bagian luarnya sudah di pasangi jeruji besi.
"ARGHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!"
"bar? Akbar?! AKBAR!!!!!!!!!!!!"
Aku sangat panik saat mendengar suara Akbar berteriak dari lantai atas.
"jab! Di halaman belakang pak Adit hanya ada pagar beton dan itu langsung mengarah ke jalanan! Kita bisa lewat situ!""t...tapi Akbar.... "
"kita akan menyelamatkannya nanti! Kita harus keluar dari sini dulu!, ini satu-satunya kesempatan kita jab!"
Ilham Benar.
Akbar sudah mempertaruhkan nyawanya agar kami bisa kabur, aku harus selamat untuknya."ARGGGGGGHHHHH!!!!! AKHHHHH!!!!!!!!!!"
Suara jeritan Akbar kembali terdengar.
Hatiku semakin berat untuk meninggalkannya di sini seorang diri."jab! Sebelum pak Adit ke sini!"
Teriak Ilham.aku segera berlari menyusul Ilham yang sudah ada di halaman belakang.
Kebetulan sekali ada tangga di situ, kamipun memasang tangga itu di tembok dan menaikinya untuk melewati tembok itu.
.
.Aku dan Ilham terdiam cukup lama.
Aku hanya bisa terduduk sambil mengeluarkan Air mataku.
Kini nasib Akbar tidak aku ketahui.
Semoga saja Akbar tidak di apa-apakan."ham! Kita harus ke melapor ke kantor polisi! Kita harus...... "
"kau saja"
"uh"
Apa yang baru saja dia ucapkan?"aku tidak mau lagi terlibat, jika kau mau aku ikut mati denganmu.... Maaf, aku masih ingin hidup, lebih baik aku pulang"
"kau...... APA KAU TIDAK PEDULI DENGAN AKBAR?!"
Amarahku meledak seketika melihat sikap egois dari orang ini."jab! Kau dengan sendiri kan tadi! Dia pasti sudah di habisi!, memanggil polisi itu sudah sia-sia jab, sebaiknya kau juga pulang dan lupakan Akbar"
"AKBAR MEMPERTARUHKAN NYAWANYA UNTUK KITA BERDUA! TAPI KAU........ "
"sudah kubilang aku tidak peduli, bukannya dia sendiri yang rela menjadi pengalih perhatian?! Dia juga sudah bilang siap menanggung resiko yang ada"
"KAU!!!!!!!!!!!!"
Aku langsung menghampiri Ilham dan menarik kerah bajunya.
"dengar.... Kau tidak lebih dari binatang! KAU SAMA SAJA DENGAN PAK ADIT!""sudah cukup!"
Ilham melepaskan tanganku dari kerahnya dan....Bugh!
Dia meninjuku hingga aku terkapar di tanah.
"uhuk! uhuk!..... k...kau...."
"lebih baik kau mati saja dengan temanmu itu"
Lalu Ilhampun pergi.Akbar....
****AKBAR POV****
"p...pak..... Tolong jangan..... Hentikan ini semua...... "
"tenang sayang.... Uhhh sempit sekali"
"ukhhh, p..pakhhhh...."
Bagaimana aku harus mengatakan ini?
Kini aku sudah ternodai oleh orang bejat dan kejam ini."ahhh ohhhh, mhhhh"
"mpmmm"
Pak Akbar melumat bibirku dengan ganasnya."he...henti...kan..... Pak..... Kumohon..."
"dengar baik-baik, jika kau bersedia mengikuti kemauanku, maka kau akan ku biarkan hidup, kita selesaikan main kita dulu ya sayang... Terus kita siap-siap pindah ke luar kota"
*****
Kok author sedih ya nulis bagian ini? :'(
Btw Author mau tanya pada kalian, menurut kalian author ini orang yang seperti apa?
Jangan lupa....
Vote!

KAMU SEDANG MEMBACA
Sejenak
Lãng mạnKisah cinta Abri dan Fahmi, duo bucin yang memulai hubungannya dengan penuh liku-liku. Bersama teman-teman mereka, Gusti, Ivan, Rajab dan Akbar, menjalani hari-hari indah yang penuh dengan kekonyolan. Warning.... 18+ Bagi yang Homophobic harap tid...