Provokator (50)

517 47 4
                                    

Keesokan Harinya.....

Kantin...

Para Polisi di bantu petugas Damkar menyusuri area sekitar sungai untuk menemukan Abri.
Apa Abri bisa kami temukan ya?.

Saat ini, Akbar juga terlihat masih sangat syok saat tahu Abri mencoba bunuh diri.
Rajab juga nampaknya sudah kehilangan harapan.

"kalian kenapa?"
Tanyaku.

"tidak apa-apa gus, aku....... "

"jab, Abri pasti masih hidup! Kita harus yakin!"

Tiba-tiba Akbar berdiri dan beranjak dari kantin.

"gus perasaanku tidak enak"
Kata Rajab.

"aku juga, ayo!"
Aku dan Rajab segera mengikuti Akbar dari belakang.
Akbar berjalan menuju area belakang sekolah.

Di situ hanya ada sebuah kelas kosong yang sudah rusak, juga rimbunan pepohonan.
Tidak ada siswa yang berani memasuki area ini di sekolah seorang diri, kabar mengatakan dulu ada siswi yang gantung diri di sini setelah di perkosa oleh teman dari kekasihnya.

"Itu Akbar!"
Aku dan Rajab langsung bersembunyi di balik dinding kelas yang sudah tidak di gunakan itu.
Kami memantau apa yang Akbar akan lakukan, tapi dia ternyata hanya berdiri menyandar di sebuah pohon.

Namun tak lama kemudian Ivan datang seorang diri.
Kami bisa mendengar apa yang mereka bicarakan dari sini.

"kau memanggil orang kesini dan kau sendiri yang datang terlambat"
Kata Akbar saat melihat Ivan datang.

"setidaknya aku bukanlah orang yang lari dari tantangan"
Kata Ivan.

"gus, perasaanku tidak enak".

"tenang dulu jab, kita lihat dulu apa yang mereka akan lakukan"

"lalu..... "
Tangan Akbar mengepal....
"KENAPA KAU MALAH LARI DARI KENYATAAN?! HAH?!!!!"

Bugh!

Akbar memberikan pukulan yang sangat keras di wajah Ivan. Ivan tidak tinggal dan langsung membalas Akbar.

Aku dan Rajab langsung menghampiri mereka berdua dan memisahkan mereka.

"AKBAR! IVAN! HENTIKAN SEMUA INI!"
Teriakku.

"LEPASKAN AKU GUSTI! ORANG INI BENAR-BENAR TIDAK PUNYA HATI! AKU HARUS..........."
Akbar terus menggeliat berusaha melepaskan diri dari kuncianku.
"AKU HARUS MENYINGKIRKAN ORANG INI!"

"MAJU SAJA! GUSTI LEPASKAN DIA! BIARKAN SAJA! COBA KALAU KAU BERANI!, KAU ITU SAMA SAJA DENGAN SI BODOH ITU, DIA PANTAS MATI"

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Ivan.
Rajab sudah mengeluarkan air matanya dan menangis.

"jab..... "
Ucapku.

"ADA APA DENGAN KALIAN SEMUA?! Abri sekarang hilang........., Fahmi dalam kondisi Hidup dan mati! Kedua teman kita sekarang sudah sangat dekat dengan maut dan ini yang kalian lakukan?, bersikap. Seperti anak kecil?!"

Kami bertiga terdiam.

"Hiks... Hiks.... Fahmi dan Abri adalah teman kita..... Kita sudah mengenal mereka sejak kecil, hiks......., van.... Sebenarnya kau kenapa?! Kenapa kau bisa berubah?!"

Ivan hanya diam tidak menjawab.

"aku beritahu sesuatu van, Ardi.... Bukan orang yang baik untukmu dan untuk kita"

****RAJAB POV****

***Flashback.....

"jadi Ivan menyukaiku....., tapi dia itu bukan tipeku! Aku hanya mau Fahmi saja..... Hmmm..... "

Aku tidak sengaja mendengarkan ocehan Ardi saat malam kerja bakti di sekolah beberapa hari yang lalu.
Saat itu dia duduk seorang diri di kursi yang ada di bawah pohon mangga pinggir lapangan.

"Fahmi juga ternyata punya hubungan dengan Abri...., apa mungkin...... Ah! Iya benar!, Ivan bisa aku manfaatkan! Dia kan juga lumayan dekat dengan Fahmi"

Saat itu aku sudah mulai curiga dengan semua gerak-gerik Ardi.
Aku terus mengikutinya dimanapun.
Bahkan saat di Rumah sakit.

"Abri dan Fahmi bertengkar?! Ini kesempatan yang bagus untukku!"

"ard?"
Ivan tiba-tiba muncul dan menghampiri Ardi.

"eh van, baru sampai?"

"iya, Akbar mana? Katanya tadi ada Akbar juga?"

"sudah naik duluan ke kamar Fahmi, tapi tadi Abri lari dan kayak nangis gitu, sepertinya habis bertengkar dengan Fahmi"

"Memangnya Fahmi sudah sadar ard?"

"kayaknya sudah van, bukannya kamu suka dengan Abri.......?"

Aku melihat Ardi seperti menggoda Ivan, dia mengalungkan tangannya di leher Ivan.

"tidak ard, aku cuma sayang sama kamu, Abri itu masa lalu....., ayo naik"

****

"kau tidak tahu van! Orang yang kau sayangi itu tidak benar-benar menyayangimu!"

"Van....... "

Ternyata Ardi sudah ada di sini!.

"Van, jangan percaya padanya!"
Aku berusaha meyakinkan Ivan bahwa Ardi adalah provokator di antara kami.

"van, pilih aku atau dia?! Jangan percaya padanya van!, aku kekasihmu"

"kau diam saja!, van! Aku punya bukti!"
Aku segera mengambil hp Akbar dari dalam saku celananya.
"Bar, Tolong buka hpmu"
Aku menyuruh Akbar membuka kunci layar hpnya.

Setelah itu Aku kembali mengambil hpnya dan membuka WA.

"AKU MENUNGGUMU JAM 10 DI HALAMAN BELAKANG SEKOLAH"
Begitulah isi pesan yang di kirimkan Ivan pada Akbar atau......

"Van, apa benar kau mengirimkan pesan ini pada Akbar?!"
Tanyaku.

"a...aku.......aku tidak pernah mengirimkan pesan padanya! Malah dia yang menyuruhku datang kesini!"
Kata Ivan mulai gugup.

"nah, sekarang bagaimana?"
Tanyaku.

Ivan langsung menatap Ardi.
"k...kenapa?"
Tanya Ardi.

"berikan HPmu padaku"

"Tidak!"

"BERIKAN!"
Ivan mulai marah dan merebut HP milik Ardi.
Ivan kemudian memeriksa HP Ardi dan benar saja, di HP Ardi banyak terinstal Aplikasi khusus untuk Hacking dan juga Aplikasi serupa WA dengan sebuah Chat yang dikirimkan pada Akbar seperti Isi Chat tadi.
"KAU......... PERGI DARI HADAPANKU!"
Ivan menghusir Ardi, Ardi yang terlihat kesal hanya bisa berlari meninggalkan kami berempat di situ.

"m... Ma... Maafkan aku......."
Ucap Ivan tertunduk.
"aku tidak seharusnya menunjukkan wajahku di depan kalian"
Baru saja Ivan berbalik, Akbar sudah menggenggam tangan Ivan untuk menghentikannya.

"van, Abri masih Hilang, kau maukan membantu kami?"
Tanya Akbar.

"t...tapi....... Abri hilang karena..... "

"jangan menyalahkan dirimu sendiri van, Fahmi pasti juga akan mengatakan itu kalau dia di sini"
Kata Gusti.

Ivan langsung menangis dan memeluk kami bertiga.
"Aku menyayangi kalian! Hiks!, maafkan aku! Maafkan aku!"

"sudahlah bodoh...... Kau laki-laki..... "
Akbar yang tertawa berusaha menahan tangisnya.

*****

Ardi Impostor :v

Jangan lupa vote :D

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang