Pandemi (82)

388 35 10
                                    

Tengah malamnya.....

****ABRI POV****

****ABRI POV****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ahhh bucin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ahhh bucin......... "
Ucapku sendiri di dalam kamar.
Akhirnya setelah seharian tidak ada kabar dia kirim pesan juga.

Tapi dia sudah Off, apa Kira-kira dia sudah tidur ya?

Pasti lagi Main Game!

.
.
.

****FAHMI POV****

"sudah, terima kasih"

"dasar kakak tidak modal, ngechat pacar pake minta teatring"

"jadi kau tidak ikhlas?"

"ya tidak lah!"

"ya sudah! Sana keluar!"

Faizalpun keluar dari kamarku.
Tapi tidak masalah, hatiku sudah tenang setelah memberikan kabar padanya.

Aku mengambil bantal gulingku yang sudah aku tempeli foto Abri, lalu aku memeluk dan mencium foto Wajah Abri.

"sayang.... Aku rindu........ Kamu jaga kesehatan ya, jangan lupa makan, jaga kebersihan juga biar tetap sehat"
Kataku sambil memandangi Foto Abri di bantal itu.

Tok tok tok

"ayah boleh masuk?"
Tanya Ayahku dari luar kamar.

"masuk saja yah!"
Kataku sambil bangkit dan duduk.

Ayahkupun membuka pintu dan masuk kedalam kamarku, lalu menutupnya kembali.
Ayahku segera berjalan mendekatiku dan duduk di sebelahku.

"habis telponan sama Abri?"
Tanya Ayah.

"tidak yah, kuota Fahmi habis, lampu juga belum nyala, jadi tidak sempat telponan"
Jawabku.

"oh begitu, jadi rindu ya pastinya sama Abri?"

"sangat..... Fahmi sangat rindu yah"

"yah begitulah, yang namanya di mabuk asmara, apalagi yang seusia kalian itu, susah di pisahkan"

"hehehe, ayah tahu saja, oh iya yah, dulu bagaimana ayah dan ibu bertemu? Bukannya ayah pernah bilang kalau ayah satu SMA dengan ibu?"
Lumayan ada bahan ngobrol.

"benar, ibumu itu perempuan yang sangat sabar, dia tetap mau dengan ayah walaupun tahu kalau ayah punya pasangan lain saat itu"

"playboy juga ya ayah ini"

"tidak juga, ayah orangnya setia, cuma ayah harus putus saat kakekmu tahu hubungan ayah dengan orang itu, kakek dan nenekmu pun menjodohkan ayah ke pada ibumu, sebulan sebelum ayah lulus polisi"

"kenapa kakek tidak setuju ayah dengan pacar ayah waktu itu?"
Tanyaku antusias.

"kakekmu tidak mau, dia merasa jika ayah tetap menjalin hubungan dengan orang itu maka itu akan menjadi aib baginya, kamu beruntung, ayah dan ibu mendukung hubungan kalian"
Kata ayahku sambil menatapku dengan tersenyum.
"tapi.... "
Ayah memegang pundakku.
"bagaimanapun juga, secinta apapun kamu dengan Abri, kamu harus menikah dengan seorang wanita mi, suatu saat, ayah dan ibumu tidak akan memaksakanmu untuk melakukan itu secepatnya, tapi setidaknya kamu mau"

Aku diam tertunduk.

"dengarkan ayah, Abri juga pasti akan mengerti, ayah cuma tidak mau kamu sampai lupa kodrat kamu, kamu harus memiliki keturunan, begitu juga dengan Abri, kalian harus melanjutkan hidup kalian"

"yah, mungkin ada baiknya Fahmi yang lebih dulu menikah dari Abri, Fahmi takut yah...... Fahmi takut jika Fahmi harus menyaksikan Abri..... "

"Fahmi, kamu laki-laki, pernikahan tidak akan membuat hatimu menjadi rapuh seperti itu, ayah hanya sekedar mengingatkanmu saja"

"tapi yah, aku.... Sudah terlanjur sangat mencintai Abri"

"ayah mengerti Fahmi, ayah pernah ada posisi kamu, ayah harap kamu bisa mengerti"
Ayahku mengecup keningku lalu berjalan ke araha pintu dan membukanya.
"jangan begadang ya"
Kata ayahku sambil keluar dari kamar.

Aku kembali merenungkan semua perkataan ayah tadi.
Yang ayah katakan itu sangat benar, tapi.....
Aku benar-benar tidak siap melepas Abri dalam waktu yang cepat atau bahkan lama.
Aku ingin seumur hidup bersamanya dan mendampinginya.

.
.
.
.

****GUSTI POV****

"uhuk uhuk! Uhuk uhuk!......  Kenapa... Rasanya kepalaku sangat sakit..... "

Aku kehilangan kendali tubuhku, dan tubuhkupun Ambruk ke lantai.
Aku tidak bisa berkata-kata apapun, seluruh tubuhku terasa lemas dan....

.
.

Aku terbangun, tapi yang membuatku terkejut adalah aku terbangun di sebuah ruangan yang tertutupi banyak plastik.
Aku juga sadar ada infus di tanganku.
Seluruh tubuhku tertutupi selimut dan juga plastik yang sangat tebal.

Aku ingin bergerak dan berbicara, tapi tubuhku rasanya terlalu lemas.
Ada apa denganku....

.
.
.

****ABRI POV****

"bri...... Hiks.... "
Suara Rajab dari telpon terdengar seperti dia sedang menangis

"jab? Kau kenapa?"

"bri..... Heeee..... Bri Gusti...... Gusti masuk rumah sakit bri... Hiks"

"hah?! Kenapa?! Gusti kenapa?!"

"Gusti..... Positif Corona bri.... Semalam kata om Reski dia tiba-tiba pingsan di kamarnya.... Hiks.... Dan tubuhnya sangat panas"

"a...apa..... "

"bri.... Aku takut bri.... Aku khawatir Gusti sampai..... "

"tidak tidak jab, jangan pikirkan sesuatu yang tidak-tidak, kita do'akan saja Gusti bisa sehat lagi"

"i iya bri....."

Tiba-tiba aku jadi kepikiran Fahmi, semoga dia baik-baik saja.
Dia akhir-akhir ini jarang sekali memberikan kabar padaku.

Semoga saja dia sehat di rumahnya.

*****

Sumpah, seminggu pertama Pandemi dulu itu rasnya gabut bat sumpah.

jangan lupa vote :)

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang