Kuncian (75)

379 41 2
                                    

"di sudut Biru! Seorang petarung yang di babak sebelumnya membuat kita semua terkejut! Abri!!!!!!"
Aku segera naik ke atas arena.

"lalu di sudut merah, dengan julukan si kaki Ayam, Louis!!!!!"
Lawankupun ikut naik ke atas arena.

Posturnya memang pendek, tapi seperti yang Gusti bilang, di lihat dari otot kakinya sepertinya dia memang khusus melatihnya.

Ting!

"uh... "
Dia merangkulku?
Bukan!
Aku lengah!

Louis merangkulku lalu dengan cepat lututnya menyerang ke arah pinggangku.
Rasanya benar-benar sakit, pandanganku tiba-tiba jadi agak kabur tapi aku segera menghindar darinya untuk sementara kebelakang.

Aku tidak boleh banyak berpikir saat melawan orang ini. Lengah sedikit saja maka aku bisa kalah telak!

Aku membungkuk untuk memberikan penghormatan pada lawanku.
Setelah itu aku memasang kuda-kuda lalu bergerak maju ke arahnya.

"mau bermain denganku? Abri"

"ah!, ayo kita mulai permainan yang sesungguhnya"

"sebaiknya kau bisa menghiburku cukup lama!"
Tiba-tiba Louis melompat dan selagi belum menyentuh lantai, Dia menggunakan kakinya untuk menendangku.
Aku segera membungkuk dan menghindarinya.

Aku melihat peluang di sini, aku segera menangkap kakinya yang tadi hendak menendangku.
Aku berhasil dan.....

"mencoba membaca gerakanku?"

Bugh!

Aku terhempas ke lantai arena saat kaki kirinya yang tidak aku kira menendang kepalaku.

"karateka memang hebat, kalian bisa membaca gerakan orang lain, sini"
Louis tersenyum menatapku, dia mengangkat tangannya, sepertinya dia akan melancarkan pukulan padaku.

Tapi tidak di sangka, dia malah meraih tanganku dan membantuku berdiri.

"kau masih bisa lebih dari ini, aku ingin melihat semua kemampuanmu, jadi bertahanlah"
Kata Louis dengan senyum.
Louis membungkuk di depanku.
"kau membungkuk sebelum menyerangku, aku hargai kesopananmu itu Master"

"apa yang kau........ "

"mari kita mulai!"

Louis langsung bangkit dan mendorongku hingga aku terjebak di antara tubuhnya dan pagar besi kawat arena.

"uhhhh k...kau........ "

"aku menghargai kesopanan orang lain, tapi aku tentu tidak akan membiarkan itu membuatku kalah"

Bugh!
Bugh!
Bugh!

Pukulan terus ia lancarkan, perut, wajah, kaki dan bahuku semuanya sudah terkena pukulannya.

Aku berusaha melepaskan diri dari kunciannya. Tapi dia kini benar-benar sudah menguasai seluruh tubuhku.

Namun...
Aku merasakan kunciannya mulai sedikit melemah.

"ini kesempatanmu"
Katanya.

Tunggu dulu!
Apa dia....
Memberiku kesempatan?!

"pukul aku"
Bisiknya.

"aku....... Tidak akan memukulmu...... "

"jika kau tidak memukulku ma akhhhhh"
Louis langsung melepaskan kunciannya saat lututku berhasil mengenai dadanya.

"haha, sudah kuduga kau adalah lawan yang sesuai untukku!"
Louis kembali bergerak hendak maju ke arahku lagi, aku kemudian menjatuhkan diriku dan.....

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang