Sakit (44)

709 54 2
                                    

****ABRI POV****

"nih minum"
Aku menaruh segelas teh di meja ruang rapat yang Fahmi tempati.

"hmm? Bri?, makasih ya"
Ucap Fahmi.

"yang lain mana? Kenapa kau hanya sendiri?"

"lagi siap-siap..... "
Fahmi meminum teh yang ku buatkan tadi.
"ahh..... Sekali lagi makasih ya sayang"

"hehehe iya, kau tidak usah ikut upacara penutupan ya, aku takut kau kenapa-napa"

"tidak apa-apa bri, aku cuma ngantuk saja kok"

"terus kok kepalamu bau minyak angin?"

"a..anu.....biar fresh aja hehehe"

Rajab tiba-tiba masuk sambil membawa sebuah kotak dan meletakkannya di dalam lemari.
"bohong dia bri, semalam dia tidak tidur sama sekali, terus barusan ngeluh pusing'
Rajab mengadu padaku.

"Tuh kan! Udah ga usah ikut pokoknya! Atau kalau perlu pulang sekarang saja!"
Aku memaksa Fahmi.

"tidak perlu bri, sayangku, kasihku, cintaku padamu..... "

"tuh kan bri, dia benar-benar sakit, sejak kapan Fahmi bucin kayak orang habis minum khamar"
Kata Rajab.

"lo bisa diam ga? Lama lama gua hantam lo banyak bicara"

"nah kan bri! Dia kayak orang mabuk!"

"mi sadar!"

"iya sayang.... Aku sadar kok..... Aku cuma butuh kamu..... "
Fahmi tiba-tiba berdiri dan memelukku dengan erat.
"eh! eh!!!! Mi lepasin!!!!!"
Aku menggeliat agar Fahmi melepaskan pelulannya dariku.

Aku bisa merasakan suhu tubuhnya benar-benar tinggi. Nafasnya juga sangat berat dan keringatnya bercucuran.

"mi kau ini sakit parah! Aku antar pulang ya!"

"kan aku bilang cuma butuh kamu.... "

"ngaco dia bri"

"jab, tolong panggil siapa saja, Gusti, Ardi, Ivan atau Akbar, siapapun yang bisa kau panggil kesini"
Aku meminta Rajab mencari bantuan.
Rajabpun segera keluar dari ruang rapat.

"mi duduk dulu yuk"
Aku berusaha membantu Fahmi untuk duduk di kursi, tapi dia makin erat memelukku.

"mhhhh tidak mau...... Uhhhh bri..... Ahhhh"
LHA KOK MALAH MENDESAH DIANYA?!!!!!!!!!

Ini benar-benar beda.
Fahmi terlihat seperti orang yang sedang ngefly.
Kok tiba-tiba aku jadi takut ya....

"mhhh ohhhh bri.... Mumpung cuma kita bri...... Ayolah........ "
Tangan Fahmi mulai menggerayangi tubuhku.

Ini benar-benar kode merah!
Masalahnya aku juga sudah mulai menikmatinya :v
Tapi tetap saja aku takut jika yang melakukannya KAYAK ORANG MABUK BEGINI!!!!!!!

"kok diem sayanghhh hmm? Uhhh aku suka ini sayang..... Besar sekali..."

"ughhh!"
Fahmi meremas pantatku, sontak aku merasakan kaget dan...... Rasa apa ini ya?
"mi udah, nanti ada yang masuk"

"kok udahan? Kan belum di mulai sayang..... Ummm"
Fahmi mendaratkan bibirnya du bibirku.
Dia begitu ganas menciumku, bahkan selama aku ciuman dengan dia, ini adalah ciuman terganas yang pernah dia berikan padaku.

"FAHMI! ABRI!"
Itu suara Akbar!

"Omaygat!"
Dan itu suara Rajab.

"jadi benar...... Fahmi dan Abri.... "
Dan suara Ardi.

Akbar segera menghampiri kami berdua dan menarik Akbar menjauh dariku.

"mi sadar mi, mi"
Akbar berusaha menyadarkan Fahmi.
"hmm? Kau? Mau apa kau?!!!!! Ahhh aku lepaskan aku! Aku cuma mau berdua sama Abriku...... Abri kamu dimana sayang?!!!!!"
Fahmi terus berontak tapi Akbar sudah mengunci Fahmi dengan kuat.

"memangnya Fahmi habis ngonsumsi narkoba jenis apa?"
Tanya Ardi.

"heh! Bercanda lagi"
Tegurku.

"hehehe, soalnya dia kayak orang kecanduan bri"
Kata Ardi.

"iya sih, aku tidak tahu kalau Fahmi sakit dia seperti ini"
Sumpah, beda banget.
Fahmi jadi sangean.

"bri, mungkin Fahmi kita bius saja dulu"
Kata Akbar.

"memangnya dia harimau?"

"serius bri, manamungkin kita bawa Fahmi pulang sambil berontak begini dianya"

"iya bri, Akbar benar"
Ucap Rajab.

"tapi caranya?"

"ah! Ga perlu di bius!, kita ikat saja!"
Saran Ardi.

.
.
.

Rumah Fahmi....

"jadi begitu tante, kenapa Fahmi kami ikat begini"
Aku menjelaskan alasan kami mengikat Fahmi pada ibunya adalah karena dia terus memberontak.

"oh iya iya, maaf ya bri jadi merepotkan, Fahmi memang kalau sakit begitu, kayak orang kesurupan, bahkan dia biasanya teriak-teriak tidak jelas"
Jelas Ibu Fahmi.
"ini tunggu ayahnya pulang dulu biar bisa bawa dia ke rumah sakit, sekali lagi terima kasih ya"

"iya tante, kalau begitu kami pamit dulu"
Aku berpamitan pada ibu Fahmi.

***

****FAHMI POV****

Aku Membuka mataku.
Kepalaku rasanya masih sangat pusing.

"mmm? Aku dimana?"

"mi"

Suara itu....
Abri?

Benar
Abri duduk di samping ranjang rumah sakit sambil menggenggam tanganku.

"syukurlah, sudah 2 hari kau tidak sadar"
Ucap Abri.

"d..dua hari? Aku sakit ya?"
Tanyaku.
"aku...... Tidak melakukan apapun padamu kan?"
Tanyaku khawatir, soalnya kalau aku terkena demam parah aku bisa lepas Kendali dan kesulitan mengontrol emosiku.
Itu biasanya juga karena aku terlalu banyak fikiran dan stres.

"cuma sedikit, hehehe"

"aku mengamuk ya?, kini kau tahu bagaimana sisi lainku..... "
Aku merasa malu....

"lalu?, mi..... "
Abri kembali menggenggam tanganku.
"saat aku hilang ingatan.... Apa kau tidak mau menerimaku?, tidak kan? Jadi aku....... "

"bri, aku ingin mengatakan sesuatu"
Aku memotong ucapan Abri.
"bri....."
Air mataku tiba-tiba menetes.

"mi?"

"akulah....... Yang membuatmu hilang ingatan!"

*****

Mabok air tahu dia

Jangan lupa tekan tanda ⭐
Oke? :D

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang