Sunset (21)

1.2K 75 6
                                    

****ABRI POV****

Ayah dan ibuku sudah pergi...
Kembali ke pekerjaan mereka.
Rasanya bosan juga di rumah

Memang ada trio abang tapi entah kenapa mereka terlalu over protective denganku...

"ah bang! Bagaimana kalau besok hari sabtu kita ke pantai!"
Sahutku tiba-tiba

"pantai? Tidak! Kamu masih belu...."

"abri masih belum sembuh oke kita sudah hapal itu, tapi kan bapak bilang senin nanti abri sudah boleh masuk sekolah..... Boleh lah bang.... Liburan dikit dulu..... Boleh... Boleh....."
Aku memeluk bang ridwan agar dia luluh

"iya iya iya sudah! Oke.... Tapi kalau kenapa-napa abang tidak mau tanggung jawab"

"pantai?! Abang boleh ikut?!"
Bang akbar tiba-tiba muncul

"boleh bang! Kita berempat akan pergi! Ah! Bagaimana kalau kita ajak rajab, ivan, gusti sama fahmi juga!"
Usulku

"TIDAK!"
Teriak bang ridwan
"Boleh dong!"
Kata bang akbar

"yeeee asik!, aku kasih tahu mereka dulu ya bang"

****

Sabtu Sorenya.......

"bang said, pelan-pelan aja nyetirnya"
Pintaku pada bang said yang tengah menyetir.

"kurang pelan apa lagi bri?, kita bahkan gerak 5 centi belum, ini macetnya parah banget, eh ada yang jualan rujak! Ada yang mau?"

"aku bang! Aku!"
Sahut ivan dengan antusias

"semoga sampainya ga malam"
Ucap Fahmi

"iya, Gusti, Rajab, Bang Akbar sama bang Ridwan pasti udah jauh di depan"

"jauh di depan apanya bri?, itu mereka di belakang kita"
Kata bang Said

"hehehe, sekali-kali mencairkan suasana bolehkan bang?"
Candaku, tapi sepertinya bang said sudah geram karena macet

"ini ada apa memangnya?!!!!!!! WOY MOBIL PUNYA BAN BUAT JALAN!"
Baru kali ini aku melihat Bang said sangat marah, dan lagipula aku belum pernah melihatnya marah sebelumnya.
Sementara itu Ivan yang duduk di samping bang Said tangannya sudah gemetar.

"ehh...... m...mungkin.......mungkin abang perlu sedikit penyejuk"
Kata Ivan
"ahh pantas, dari tadi AC nya mati, pantas kalau bang said tadi kayak orang kesurupan hahahahaha"
Bang said hanya memberikan tatapan mata yang sangat tajam dan memperlihatkan gigi pada Ivan.

Ivan dengan tangan yang masih gemetar hebat segera menyalakan AC di dalam Mobil.
Seketika udara di dalam mobil menjadi sedikit lebih sejuk.

Sementara itu, aku melihat Fahmi sepertinya benar-benar canggung.
Apakah karena aku?
Apakah karena sikapku padanya yang terlalu terang-terangan?

"mi"
Ucapku pelan sambil memegang tangannya dan Fahmi langsung menatapku.
Dia benar-benar gugup, aku dapat melihat dengan jelas ia menelan ludah dan tangannya bergetar saat aku menyentuhnya.
Kemudian aku hanya mengatakan......
"Tidak apa-apa"
Sambil tersenyum padanya.
"Maaf kalau aku mungkin terlalu berlebihan padamu, aku tahu kau merasa tidak nyaman dengan itu, jadi aku akan.............."
Tiba-tiba Fahmi memegang pipiku.
Cukup lama dia terus menatapku dan diapun mengatakan.......
"bri, kau berkeringat dingin!, badanmu juga sedikit panas! Kau baik-baik saja kan?!"

"padahal rasanya di sini....... Sangat dingin..........."
Tubuhku mendadak hilang kendali dan terjatuh dalam pelukan Fahmi.
"saat kau memelukku........ Aku merasa nyaman..........., entah kenapa....... Aku merasa pernah merasakan pelukan ini sebelumnya........"
Dan akhirnya aku hilang kesadaran karena AC Mobil.

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang