Dari Hati ke Hati (03)

3.1K 188 22
                                    

Dengan tangan gemetar aku mulai menendang perut kuda yang ku tunggangi secara perlahan.
Kuda itupun mulai berjalan.
Ternyata sangat mudah.
Aku mencoba membelokkan arah kuda yang ku tunggangi seperti yang kak waldi ajarkan tadi dan ternyata benar.
Akupun mulai menyusul kak waldi.

"cepat juga belajarnya"
Sahut kak waldi melihatku mengikutinya dari belakang.

"hehehe, siapa dulu yang ajarin"
Kataku

Sementara itu kak waldi semakin jauh menunggangi kudanya hingga keluar dari area kandang.
Aku jadi bingung juga khawatir dengan apa yang kak waldi lakukan itu.

"kak, kok keluar?"
Aku bertanya sambil sedikit berteriak

"udah ikut saja, kita bakal mendaki"
Jelasnya

Mendaki?
Dalam kepalaku tiba-tiba timbul banyak pertanyaan.
Kemana kak waldi akan pergi?
Kenapa dia mengajakku ke tempat seperti ini?
Dan kenapa perlakuannya kepadaku terasa sedikit berlebihan untuk hubungan senior dan junior?

Jalur yang kami lalui mulai sedikit terjal dan memasuki area hutan pinus.
Cukup lama kami berkuda hingga akhirnya kak waldi berhenti di sebuah lapangan rumput yang sangat luas.
Lapangan rumput itu berada di ujung tebing.
Dari sini aku bisa melihat pemandangan yang sangat indah, area kandang kuda yang tadi juga terlihat jelas dari ketinggian ini.

"wah.... Ini dimana kak?"
Tanyaku dengan kagum

"sini turun"
Kata kak waldi yang sudah ada di sampingku sambil mengulurkan tangannya untuk membantuku turun.
Akupun menggapai tangannya dan mencoba turun dari kuda.
Namun saat aku hendak turun, kakiku tersangkut dan membuatku terjatuh ke tanah.

"aduh......"
Racauku

Tiba-tiba aku sadar, saat itu aku menindih kak waldi.
Namun yang membuatku terdiam adalah tatapan kak waldi yang sangat dalam menatap mataku.
Cukup lama dalam posisi itu, akhirnya aku segera berdiri agar kak waldi tidak curiga.

"m...maaf kak...."
Ucapku meminta maaf

"t... tidak apa-apa........"
Kata kak waldi sambil berdiri

Kak waldipun berjalan ke tepi tebing.
Aku mengikutinya dari belakang.
Kak waldi duduk di tepian tebing dan aku juga ikut duduk di sampingnya.

Sejenak kami hanya diam....
Hingga kak waldi mulai berbicara.

"kamu.....bagaimana?, kamu suka?"
Tanya kak waldi dengan gugup

"s.. suka..... Abri suka kak..."
Jawabku seadanya

Keadaan kembali hening.
Kak waldi kemudian mulai membuka pembicaraan kembali.

"eh...... Bri..., eh...... Kamu.... Sudah punya... Maksud kakak anu.... Eh.... Kamu......... Sudah punya pacar?"
Tanya kak waldi

"kenapa kakak tanya itu?"
Aku bertanya kembali

"t...tidak apa-apa, hanya.... Kakak hanya ingin tahu saja...."
Serunya

"belum  kak"
Jawabku seadanya.

Tiba-tiba kak waldi langsung memelukku dengan erat.

"kakak tidak tahan lagi bri, kakak mencintai kamu"
Ujarnya

Aku hanya diam dalam pelukannya
Jadi selama ini kebaikannya adalah bentuk rasa sayangnya padaku
Namun apakah ini tidak salah?
Maksudku aku dan kak waldi adalah laki-laki.
Tapi jujur, di sisi lain aku juga sangat menyukai kak waldi.

"maaf, kakak lancang"
Ucapnya sambil melepaskan pelukannya

Aku masih diam, dan memalingkan wajah.

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang