Akhirnya (45)

595 53 4
                                    

"a....apa......"
Abri perlahan melepaskan genggamannya di tanganku.

"karena aku......, kau jadi kecelakaan waktu itu karena aku"

"mi......"

"aku benar-benar menyesal, selama ini aku menutupi sebuah kenyataan!, harusnya..... Hiks.... Hiks..... Harusnya saat kau memanggilku dulu aku langsung berbalik, tapi aku yang bodoh ini benar-benar tidak peduli saat itu!"

"mi, maaf"
Abri langsung berdiri dan berlari keluar dari kamar tempatku di rawat.
"MINGGIR!"
Abri mendorong Akbar yang baru saja akan masuk ke kamar.

"aku benar-benar bodoh....."

"mi, Abri kenapa?"
Tanya Akbar padaku.

"dia sudah tahu.... Kebenarannya"
Jawabku datar.

"ada apa dengan kalian?!"

"aku bukanlah orang yang baik, bar, tolong jaga Abri"

.
.

Sementara itu.....

****ABRI POV****

Taman Rumah sakit.....

"jadi selama ini orang yang aku cintai yang membuatku kehilangan ingatanku! Aku benar-benar bodoh! Aku benar-benar bodoh mencintai orang seperti dia! Hiks...."
Air mataku mengalir.
Air mata penyesalan yang harusnya sedari dulu aku keluarkan.

Jadi sebenarnya siapa aku?!
Apakah aku benar-benar Abri?!
Kenapa Fahmi yang menyebabkanku kecelakaan dan hilang ingatan malah menjadi orang yang berarti dalam hidupku?!.

"bri"
Akbar tiba-tiba muncul dan menghampiriku.
Aku segera mengelap air mataku.

"hei? Kau menangis?"
Tanya Akbar.

"t...tidak, aku tidak menangis.... "

"jangan bohong, aku melihatmu menangis tadi"
Akbar ikut duduk di sampingku.
"maaf, aku juga baru tahu langsung dari Fahmi bagaimana kau bisa kehilangan inga....."

"jangan sebut namanya lagi"
Ucapku memotong perkataan Akbar.

"baiklah, aku tahu kau pasti marah dan syok saat tahu kebenaran seperti itu, tapi kau tahu?, sebelum kecelakaan itu...... Dia sudah berkali-kali menyelamatkanmu"

Tiba-tiba kepalaku terasa sedikit pusing.
"aduh....."

"bri? Kenapa? Kau baik-baik saja?"
Tanya Akbar cemas.

"t...tidak apa-apa bar aku......"
Sebuah kilasan peristiwa tiba-tiba muncul di kepalaku...

"bri..... Kumohon..... Jangan mati!"

Entah kenapa aku merasakan pernah mengalami itu sebelumnya....
Fahmi menggendongku di tengah badai yang mengamuk di antara rimbunan pepohonan.

"bri? Kau baik-baik saja kan?!"
Akbar kembali menyadarkanku.

"bar! Aku butuh bantuanmu!"

"apapun bri, kau ingin aku apa?"

"selain kau aku juga butuh Rajab, bisa kau hubungi dia? Dan kalian segera ke rumahku hari ini juga!"
Aku menyuruh Akbar untuk kerumahku.

.
.
.

20:15 Malam....

Aku tengah sibuk mencari sesuatu di kamarku.
Laci, lemari, sampai saku di pakaianku terus aku periksa untuk menemukan apa yang aku cari.

Selain Fahmi yang menggendongku, aku juga sempat melihat dalam kilas singkat itu, aku dan Fahmi berbaring bersama di dalam tenda dan membahas soal kalung dengan bentuk bulan.

"dimana?! Aku merasa pernah melihat kalung itu! Dimana?!!!!!! BANG!!!!!!!!!!!"
Kamarku sudah seperti kapal pecah, semua barang-barangku sudah berhamburan keluar dari tempatnya.

"Astaga ABRI SYAM! Kamu lagi apa?!!! Kenapa kamarmu kau...... "

"Bang! Bang Ridwan pernah lihat kalung bentuk bulan tidak?!"

"kalung? Bulan?, hmm........... Rasanya Abang pernah lihat....... Kalau tidak salah waktu itu kau mengenakannya di rumah sakit, tapi........ "

"Tapi apa bang?!"

Bang Ridwan menarik sesuatu dari dalam kerah bajunya.
Ternyata dia mengenakan kalung itu.

"LEPAS!"
aku memaksa bang Ridwan melepas kalung itu.

"iya iya tunggu"
Bang Ridwanpun melepaskan kalung itu dari lehernya dan memberikannya padaku.

Aku melihat kalung itu dengan teliti, berusaha mengingat kembali dengan harapan aku bisa melihat apa yang terjadi padaku di masa lalu.

"bri?"

"uhhh kepalaku....."
Tiba-tiba kepalaku terasa sakit lagi, kali ini jauh lebih sakit dari yang sebelumnya.

Sebuah peristiwa kembali muncul di kepalaku.
Aku tengah berbicara dengan seseorang di depan rumahku, lalu aku memberikan salah satu kalung berbentuk bulan padanya.
Aku terus berusaha mengingatnya tapi wajah pria itu benar-benar sulit aku ingat.

"akhhhh"
Tubuhku terasa lemas, rasa sakit di kepalaku juga semakin parah.

"Abri! Sini abang bantu"
Bang Ridwan segera menuntunku ke tempat tidur dan membantuku berbaring.
"bri, kamu sebenarnya kenapa?"
Tanya bang Ridwan cemas.

"aku....... Aku ingat bang..... Aku sudah bisa mulai mengingat beberapa kejadian di masa laluku"

Aku sebelumnya tinggal sendirian di rumah ini.
Aku mengingat masa kecilku dengan bang Ridwan dan yang lain.
Aku bisa mengingat kalau aku dan bang Ridwan pernah mendaki bersama.
Aku ingat Aku dan Fahmi pernah tersesat di gunung dan terjebak Badai.
Aku ingat Fahmi yang menyelamatkanku saat itu.
Aku ingat pernah memperbaiki UKS di sekolah.

Hampir semua ingatanku perlahan kembali, namun aku benar-benar tidak dapat mengingat pria yang ku berikan kalung itu.
Kalung itu juga yang Fahmi kenakan di Gunung dulu!

"FAHMI!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Sebuah kilasan peristiwa kembali muncul di kepalaku, aku berteriak sesaat sebelum aku tertabrak mobil.
BRAK!

"AAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Aku berteriak setelah mengingat kembali saat dimana itu mengambil semua kenanganku di masa lalu.

"bri!"
Bang Ridwan langsung memelukku.

"hahhh....hahhhh.....hahhh...."
Nafasku jadi tidak teratur, keringatku bercucuran.
"b...bang..........bang........ Bukan Fahmi yang membuatku kecelakaan! Fahmi tidak salah! Fahmi tidak salah bang! Aku kecelakaan karena tidak mempedulikan Fahmi sebelumnya! Itu salahku sendiri! Aku harus bicara dengan Fahmi bang!"

"bri bri sadar! Hei sadar! Pelan-pelan.. Tenangkan dulu dirimu, jangan paksakan dirimu untuk mengingat bri"

"tidak bang! Aku sudah ingat! Antar aku kerumah sakit! Aku harus bicara dengan...... "

"bri!, sudah abang bilang.... Tenangkan dirimu"
Bang Ridwan menatapku dengan tatapan marah.
"abang tidak mau kamu sakit lagi, abang akan antar kamu menemui Fahmi, tapi tidak sekarang, tenangkan dulu dirimu"
Bang Ridwan mengecup keningku dengan lembut.
"abang tidak mau terjadi apa-apa denganmu lagi bri"

*****

Akhirnya......
Ini belum selesai lho ya :)
Intinya Wattpad ini masih jauh dari kata selesai, dan untuk kalian yang selalu setia walaupun cuma SEJENAK.......

Jangan lupa vote ya;D

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang