Om Darwis (84)

462 33 0
                                    

****FLASHBACK****

****DARWIS POV****

Pertama kali melihat orang itu saat aku SD.
Kami bersekolah di sekolah yang sama, bahkan saat SMP hingga SMA.

Aku sangat menyukai Arsun sahabatku.
Pria yang tinggi berotot, juga sangat pandai.

"wis! Ayok berenang!"
Taka membuyarkan lamunanku.

Kami sekarang sedang bermain di sungai di kampung kami.
Aku, Arsun, Taka, La Ode dan Reski adalah sahabat dari kecil.
Kami besar di perkampungan ini, setiap harinya kami di besarkan dengan didikan keras dari orang tua kami.

Kampung ini dekat dengan asrama militer, tempat dimana teman-teman ku dan aku lahir dan di besarkan.

Jalanan berbatu menghiasi setiap bagian depan rumah bagi para perwira yang sudah menikah dan berkeluarga. Di sinilah tepatnya kami tinggal.

Kembali ke cerita, walaupun sudah menginjak masa SMA, tapi kami selalu menghabiskan waktu pulang sekolah kami di sungai ini.
Airnya sangat segar, seketika semua beban di otak kami setelah seharian menuntut ilmu langsung hanyut bersama dengan air yang mengalir.

Kami semua hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada.
"Minggir!"
Suara dari sosok yang aku kagumi.
Arsun, dia berdiri tegap di atas batu besar di tengah sungai lalu....

Byuuuur.....

Diapun melompat masuk kedalam air.
Namun dia tidak kunjung muncul di permukaan.
Kamipun mulai panik dan mencari keberadaan Arsun.

"Bwa!!!!"

"wui! Ahh kau mengagetkanku"
Aku sangat kaget karena Arsun tiba-tiba muncul dari dalam air tepat di belakangku.

"hahaha, makanya fokus, jangan sampai kau hanyut"

.
.
.

Saat di sekolah, kami menghabiskan waktu untuk belajar, kadang juga membolos seperti anak-anak nakal lainnya.

"ayo cepat keluar!"
Taka bersusah payah untuk merangkak melewati pagar kawat pembatas sekolah.

"tunggu dulu, ini susah sekali"
Kata Taka.

"Hei! Kalian sedang apa?!"
Seorang personil TNI menangkap basah kami sedang mencoba membolos.
Sekolah kami ini binaan langsung dari TNI angkatan Darat dan Udara, jadi rata-rata tenaga pengajar di sini adalah para prajurit TNI dan tentu saja didikan mereka juga sangat keras.

Karena ketahuan bolos, rambut kami di cukur hingga plontos.

"ini gara-gara kau!"

"kau!"

"kenapa aku?! Kan kau yang mau bolos!"

Kami semua saling menuduh.

"jangan saling menuduh, kita semua yang mau bolos jadi kita semua yang salah"
Kata Arsun.

Kamipun terdiam menyesal.
Tapi itu tidak membuat kami jera.
Berikutnya kami mencoba hal serupa dan itulah kali pertama dan terakhir kami tertangkap basah, selebihnya kami bisa keluar dari sekolah tanpa ketahuan.

(jangan tiru adegan ini)

.
.

Di antara kami semua, Arsunlah yang paling bijak, tapi dia juga yang paling berandalan.

"oke pasang taruhannya!"
Arsun, Taka dan Reski bermain judi di rumah-rumahan sawah warga.

"nih!"
Taka mengeluarkan uang sebesar 3 ribu rupiah.

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang