Pesan (09)

1.6K 106 29
                                    

5 Hari kemudian....

Sehari setelah jenazah Kak Waldi di makamkan.....

Sudah 3 hari aku tidak masuk sekolah setelah mendengar kabar itu.
Kabar mengenai seseorang yang sangat aku cintai harus pergi....
Untuk selamanya.

Aku sendiri tidak hadir saat pemakaman kak waldi.
Hatiku terlalu sakit untuk melihatnya.
Kini aku kembali sendiri.....
Kesepian....
Tanpa seseorang yang menyayangiku.

"sayang.... Jangan sedih......., kakak tidak bisa tidur kalau kamu terus mikirin kakak"
Suaranya terngiang-ngiang di telingaku.
Ingin rasanya aku potong telinga ini agar bisa melupakannya.
Namun melupakannya sangat sulit.

"kakak sudah janji akan pulang untuk abri..... Tapi kenapa kakak pulang seperti itu?! Kenapa kak?! Kenapa.... Hiks.... Hiks....... Dasar bodoh!!!! Kak waldi jangan tinggalin abri kak....."
Aku hanya bisa berteriak di dalam kamarku
Tentu saja di sertai tangisan.

.
.
.

"eh.... Maaf bri......., tapi ibuku khawatir dengan kondisimu...... Jadi... Aku membawakan makanan ini untukmu"
Suara rajab dari luar rumah.
Memang sedari tadi dia sudah mengetuk pintu tapi tidak aku tanggapi.
"m..... Bri...., aku bukannya bermaksud ingin ikut campur, tapi aku harap kau bisa melupakan kak waldi....."

"itu sulit jab"
Kataku dari balik pintu.

"tidak bri, akan ada saatnya kau bisa menemukan pengganti yang tepat untuk kak waldi"
Aku tetap tidak membuka pintu dan rajab juga tetap berbicara denganku dari balik pintu.

"tapi...... Aku tidak yakin jab.... Hiks..."
Aku kembali menangia dan terduduk bersandar pada pintu.
"kak waldi sudah berjanji padaku untuk kembali...... Tapi......"

"ia menepati janjinya bri, yang ku ketahui...... Kak waldi adalah senior yang menepati janji, ia tahu tidak dapat melawan tugas yang di berikan padanya..... Jadi........ "

"tapi apa harus seperti itu?, apakah kak waldi harus pulang seperti itu?!"

Aku merasakan pintu terdorong dan rajabpun masuk kedalam rumahku.
Ia ikut duduk di hadapanku dan memelukku dengan erat.

"kalau kau takut kesepian.... Aku ada bri, aku sahabatmu"
Kata rajab menenangkanku.

Tangiskupun semakin pecah
Aku sadar bahwa aku selama ini punya rajab yang benar-benar selalu ada untukku.
"kau belum melihat kak waldi semenjak ia pulang kan?"
Rajab menatap mataku.

.
.
.
.

Kami berduapun bergegas pergi ke pemakaman umum.

"aku tidak yakin jab......"
Kataku sambil turun dari motor rajab.
"kan kau belum pergi melayat, nanti kak waldi marah padamu dan mendatangimu di mimpimu nanti malam"
Rajab mulai bercanda

"hm... Apaansih......"
Aku mulai tersenyum.

Tapi saat kami baru saja berjalan masuk ke area pemakaman....
Kami berpapasan dengan fahmi.

"mi!"
Sahut rajab

"hei jab.... Bri........."
Sapa Fahmi
Aku hanya memberikan senyuman dan anggukan padanya.

Soal kejadian di lomba?
Aku benar-benar tidak ingin mengingat kejadian itu.
Bahkan sebenarnya aku masih ingin menghindar darinya.
Aku benar-benar malu bertatap muka dengannya.

"kau habis melayat?"
Tanya rajab

"iya"
Jawab fahmi singkat

"kak waldi?"
Rajab kembali bertanya

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang