Di dalam Mobil (98)

470 32 9
                                    

Orang ini.....

"hah! Mungkinkah...... "
Aku berjalan mendekati orang itu.

Dia masih tetap diam menatapku.

"kau....... "
Aku menyentuh wajahnya.
"kau... k...ka...kau"

"i...iya! Ini aku! Ini aku mi!!!"

"Abri! Abriku!"
Aku langsung memeluk Abri dengan erat.
"Abriku.............."
Air mataku mengalir sangat deras.

"aku pergi terlalu lama ya?"

"tidak! Kau pergi hanya sebentar, 4 tahun bukan apa-apa buatku hiks...."

"hiks..hiks..... Jadi kau benar-benar menungguku?"

"aku akan selalu menunggumu sayang, sejauh apapun, dan selama apapun kau akan pergi aku akan selalu menunggumu pulang di sini"

"maafkan aku sudah membuatmu kecewa"

"tidak, kau tidak pernah membuatku kecewa, kau akan selalu....... Selalu ada di dalam hatiku.... "

Abri menangis tersedu-sedu di dalam pelukanku.
Dia sudah tidak dapat mengucapkan apapun.

****ABRI POV****

Dia bucinku
Dia Fahmi yang selama beberapa tahun ini harus aku tinggalkan hanya demi meraih impianku.

Kini aku bertemu dengannya.
Di tengah hujan yang amat deras.....
Kami berpelukan...
Dan saling melepas rasa rindu.

Aku menangis sejadi-jadinya.
Namun aku tidak peduli.
Hujan menutupi air mataku ini.
Yang aku inginkan sekarang hanyalah menghabiskan waktu bersama dia selagi aku masih punya dan bisa.

"sayang....."
Ucap Fahmi.

"hm..."

"kita masuk ke mobil dulu, nanti kau sakit terlalu lama hujan-hujanan begini"
Kata Fahmi seraya menarik tanganku masuk kedalam mobilnya.

.
.
.
.

Rumah Fahmi.....

****FAIZAL POV****

"ayah kenapa liat-liat parkiran kosong begitu?"
Tanyaku pada ayah yang sepertinya sibuk mencari sesuatu.

"mobil kita mana?! Ayah baru mau telpon orang bengkel! Sudah hilang saja"

"ada apa ini?"
Ibu datang, mungkin karena mendengar sedikit keributan dari halaman luar.

"ini, ibu lihat mobil kita?"
Tanya ayah pada ibu.

"sepertinya di pake Fahmi deh pak, soalnya Fahmi yang lagi keluar"
Jawab ibu.

"wadduh!"
Ayah menepuk jidatnya.

"kenapa pak?"
Tanya ibu heran.

"itu mobil mesinnya lagi rusak, belum sempat di perbaiki"
Jelas ayah.

"hahaha, mana lagi hujan, rasain!"
Kataku.

"eh! Izal jangan begitu, kasihan kakakmu kalau sampai dia kenapa-napa di jalanan"
Ibu menegurku.

"ya kalau dia sampai kenapa-napa berarti izal jadi anak pertama"
Kataku sambil berjalan masuk ke rumah.

"huffff, untung sikapmu ibu maklumi zal"

.
.
.
.

****ABRI POV****

"kebetulan ada satu handuk di kursi belakang, nih bri"
Fahmi memberikanku sebuah handuk untuk mengeringkan diri.

"terima kasih ya, kebetulan sekali"
Kataku sambil mengambil handuk itu.
Kami berdua lalu membuka pakaian kami hingga tersisa celana pendek dan kaos dalam saja.

"tidak di buka semuanya saja bri?"

"buka ndas mu!"

"hehehe bercanda sayang, jadi bagaimana kehidupanmu selama 3 tahun itu?"

"yah biasa, kau sendirikan juga sudah pernah mengalami masa pendidikan"

"mungkin saja ada yang beda"

"paling cuma beda kesatuan saja mi, tapi tetap di latih dan di ajar untuk membela negara, itu saja"

"tapi kau tidak akan pergi kan?! Kau tidak akan di tugaskan di tempat yang jauh kan?!"

"tidak kok, jangan khawatir, aku di tugaskan di sini sesuai domisiliku jadi kau..... Tidak perlu takut aku kemana-mana"

"syukurlah..... "

"kau sendiri?"

"tidak, lagi berdua sama sayangku"

"maksudku kau sendiri bagaimana kehidupanmu selama ini?"
Pertanyaanku itu tiba-tiba merubah suasana.
Fahmi menatapku sangat dalam.

"aku terus menanti bri, hari-hariku penuh penantian, tapi hari ini penantianku sudah berakhir karena apa yang aku nantikan selama bertahun-tahun sudah ada di depan mataku"

"bucinmu belum sembuh ya?"

"aku akan terus jadi budak cintamu bri, kalau bucinku sembuh artinya aku sudah tidak sayang lagi denganmu..... Tapi itu tidak akan terjadi!"

"hehehe, Makasih ya mi atas kesetiaanmu itu, aku hargai"

"sama-sama sayang"
Fahmi kembali memelukku.

"pelukan lagi? Ini mobilmu bagaimana?!"

Akhirnya setelah hujannya lumayan reda (walaupun masih gerimis) aku mengantar Fahmi pulang kerumahnya.

"Assalamualaikum...."
Ucapku dan Fahmi saat memasuki rumahnya.

"Wa'alaikumussalam!, akhirnya kau pulang, mobilnya dimana?"

"ayah bukannya tanya kabarku malah langsung tanya soal mobil, mobilnya di jalanan mogok"

"kamu sendiri mobil mesinnya rusak di bawa"

"ayah tidak bilang-bilang dulu kalau mesinnya rusak"

"kamu mau pake tapi tidak izin"

"ehhh Fahmi sudah izin kok, ayah saja yang mungkin tidak dengar.... "

"eh eh eh ada apa ini ribut-ribut?, sudah larut jangan sampai tetangga terganggu"
Ibu Fahmi juga ikut muncul.

"maaf yah, bu, oh iya ini ada..... "

"Abri!!!!"

"hehehe iya om, tante"
Sapaku di iringi dengan senyuman.

"sini duduk dulu, kita bincang-bincang"
Ayah Fahmi menarikku untuk duduk di sofa.

"tunggu dulu ya, tante buatkan minum"

"ah tidak perlu tante, Abri juga tidak bisa lama-lama, soalnya bapak Abri juga dari tadi sudah menelpon"

"sudah bilang saja kalau kamu main dulu ke sini pasti di maklumi"

"oh gitu ya om hehehe"

"aku ikut duduk ya"
Kata Fahmi sambil duduk di sebelahku.
"yah..."
Fahmi tiba-tiba menjabat tangan ayahnya yang duduk di depan kami.
"saya terima nikah dan adedehhhh!!!!"
Dan satu cubitanku pun mendarat di pinggangnya.

"bercandanya jangan kelewatan"
Kataku.

"maaf maaf"

*****
Akhirnya ketemu juga pasangan aneh ini.

Jangan lupa vote :D

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang