1 - 2 - 3 (36)

666 53 0
                                    

"masih lama ya mi?"
Tanya Abri padaku.

"lumayan bri, Kira-kira masih ada sekitar sejam lebih"
Aku merangkul Abri dan dia merebahkan kepalanya di bahuku.

"dari pada gabut, bagaimana kalau kita main kembang api yang kecil dulu saja?"
Usul bang Ridwan.

Abri langsung berdiri dan berjalan ke arah kotak kembang api.
"bang, koreknya mana?"

.
.

Kami pun bermain kembang api...

"mi liat, warna warni ya"
Abri memegang dua kembang api di tangannya.

"hahaha, iya bri"
Berkat bang Ridwan, suasananya jadi benar-benar menyenangkan.

****IVAN POV****

"van?"
Bang Said menghampiriku yang sedang duduk termenung.

"ah? Iya bang hehehe"

"tidak ikut main?"
Tanya bang Said padaku.

"hehehe, nanti aku ikut bang, cuma lagi mau duduk saja sekarang"
Jawabku seadanya.

"kenapa?, ada masalah?"
Bang Said tiba-tiba menatapku dengan intens.

"m...masalah? Hahaha tidak bang"

"jangan bohong, abang tahu mana orang yang lelah, dan mana yang sedang ada pikiran"

Aku hanya terdiam mendengar bang Said.

"abang tahu, rasanya berbeda dengan yang lain, abang pernah merasakan itu, saat itu.... Abang pertama masuk SMA, tapi wajah abang sudah di penuhi bulu, bahkan tangan dan kaki abang juga, itu karena abang punya darah timur tengah begitu"
Bang Said curhat atau apa ya?
"karena itu, abang jadi dapat banyak julukan, ada yang manggil abamg Antum, Unta, Om om, bahkan anak-anak berandalan biasanya manggil abang simpanse hahaha"

"lalu... Apa yang abang lakukan?, tentu abang tidak akan tinggal diam kan?!"
Responku terhadap pembicaraannya.

"tentu abang tidak tinggal diam, kau tahu apa yang abang lakukan?"
Bang Said menatapku.
"abang berusaha untuk bergaul tanpa merubah jati diri abang"

"tapi bang...... Ivan tidak yakin soalnya....... "

"Abri dan Fahmi, lalu Gusti dan Rajab, begitu?, jadi kau kurang percaya diri dengan keberadaanmu di antara mereka"

Aku hanya mengangguk pelan.

"tapi.... Abang lihat mereka berempat tidak merasa terganggu dengan keberadaanmu, sekarang abang tanya, apakah pernah mereka mengatakan mereka tidak nyaman jika kau ada?, apa mereka pernah melakukan sesuatu tanpa melibatkanmu?"

Bang Said benar.....
Bukannya aku sudah mengakui bahwa aku bahagia bersama mereka?
Jadi, kenapa sekarang aku harus murung?

"van! Ayo main sini"

"iya, jangan hanya duduk saja"
Abri dan Rajab memanggilku.

"lihat, mereka menyukaimu"
Ucap bang Said.

"hm! Abang benar, aku tidak boleh hanya tinggal diam saja seperti ini!, terima kasih bang!"
Aku langsung beranjak dan menghampiri yang lain.

****RIDWAN POV****

Aku duduk di sebelah Said yang sepertinya baru saja habis berbicara dengan Ivan.

"ada apa?"
Tanyaku.

"bukan apa-apa wan, hanya habis menyelesaikan masalah remaja hahaha"

"memangnya kau sudah setua itu? Hahahaha"

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang