Di seberang sana (86)

356 30 2
                                    

Jauh dari tempat Abri......

****ARSUN POV****

Putraku
Abri.

Aku hanya duduk di meja makan sambil memandangi foto putraku yang kucinta di hadapanku.

Kini dia sudah lulus SMA dan akan menjalani kehidupan yang sesungguhnya.
Kira-kira seperti apa jalan yang akan dia ambil?

Pastinya dia tidak akan ingin seperti bapaknya ini, yang tidak pernah punya waktu cukup dengannya.

"pak"
Seorang anggota kesatuan mendatangiku dan memberi hormat padaku.

"ada apa?"
Tanyaku.

"saya ingin melaporkan, kalau komandan tidak bisa kembali dulu ke Sulawesi Selatan karena kases jalur udara dan laut di tutup karena pandemi"

Sudah kuduga, padahal aku sangat ingin bertemu dengan putraku.

"baiklah, kembali ke posmu"

"siap!"

"ettt.... Kau.... Sudah sahur?"

"siap pak, saya baru saja akan makan"

"ya sudah kalau begitu, kembali ke posmu"

Di sini, di Surabaya....
Aku tinggal di sebuah rumah dinas yang berhadapan langsung dengan Asrama Militer.
Aku tidak tinggal sendiri, tapi di temani 3 orang anggota Militer juga yang bertugas untuk menemaniku dan selalu siap untuk menjalankan semua perintah dariku.

"Kira-kira Abri dan Nima sedang makan apa?, Ani juga......., kasihan mereka jika ku tinggal terlalu lama"

Sebuah pesan masuk kedalam hpku.

"pak, jangan lupa sahur"
Sebuah pesan dari Abri.

kebetulan sekali dia mengirimkan pesan padaku.
Biasanya nomornya selalu sibuk bila mau di hubungi.

"siap komandan"
Balasku.

"Bapak tidak bisa pulang ya?"

"belum bisa nak, Gara2 pandemi jadinya Bandara di tutup"

"ya sudah, bapak jaga kesehatan di sana, jangan lupa makan yang banyak biar kuat puasanya"

"kamu juga, jangan menyusahkan abang-abangmu"

"tidak kok pak, malah Abri yang di susahkan"

"bisa saja kamu bercandanya"

"hehehe, ya sudah Abri lanjut sahur lagi ya pak, Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Rasanya sangat senang saat Abri mengirimkan pesan padaku.
Aku memahami sikapnya itu, dia dalam masa remaja sekarang dan pastinya dia sudah punya pasangan.

Aku semakin tenang saat tahu Abri menjalin hubungan dengan Fahmi, anak dari Darwis.

Seingatku Fahmi adalah anak yang baik dan juga bisa di andalkan.
Aku hanya khawatir jika nasib hubungan mereka harus seperti nasib hubunganku dengan ayah Fahmi.

.
.
.
.

****ABRI POV****

"chat sama siapa bri?"
Tanya bang Said.

"paling sama Pammi Bucin"
Ledek bang Ridwan.

"bang Ridwan ngintip WA Abri ya?!,kok tahu nama kontak Fahmi?!"
Tanyaku curiga.

"salah sendiri tidur Hpnya tidak di kunci"

"tapi tadi bukan Fahmi, aku lagi chat sama Bapak"

"HAH?!"
Mereka bertiga langsung terlihat panik.

"kamu tidak ngadu yang bukan-bukan kan bri?!"
Tanya bang Ridwan serius.

Hehehe
Akal bulusku muncul lagi....

"Abri..... Bilang ke bapak kalau bang Ridwan suka ngintip HP Abri, terus bang Ridwan kalau di bangunin kayak bangunin raksasa"

"terus?! Bapakmu bilang apa?!"
Bang Ridwan semakin panik.

"bapak bilang, kok kamu yang bangunin Ridwan?! Jangan-jangan abang-abangmu tidak becus"

"Abri adikku sayang, maaf ya kalau kita bikin kamu kecewa......, abang janji akan lebih perhatian sama kamu"
Ucap bang Akbar.

"terlambat, sudah Abri aduin sama bapak, sudah! Makan saja Cepat!"

.
.
.
.

****FAHMI POV****

"kalian harus makan yang banyak, biar puasanya kuat"

"iya yah... "
Ucap Izal.

"Ayah...... "

"hmm...?"

"aku ingat foto lama ayah itu, di situ ada aku dan Abri yang masih bayi, artinya kami sudah pernah bertemu sebelumnya, tapi......... Kenapa saat mulai beranjak besar kami tidak pernah di pertemukan?, apa ayah..... "

"sudahlah tidak perlu membahas itu"
Kata Ayahku.

"tapi yah....  Aku mau ta...... "

"Fahmi! Diam dan makan"
Ucap ayahku dengan tegas.

Aku jadi terdiam, tidak berani untuk melanjutkan ataupun mengajukan pertanyaan tadi.
Tapi, itu justru membuatku semakin penasaran, perasaanku mengatakan ayah menutupi sesuatu dariku.

"maafkan Ayah"
Ayah memegang tanganku.
"sebenarnya..... Ayah cuma tidak mau hubungan kalian...... "
Ayah terdiam sejenak.

Aku menatap ayah yang sepertinya sangat berat untuk mengungkapkan apa yang ingin ia katakan.

"yah, tidak apa-apa, Aku tidak memaksa ayah untuk mengatakan sesuatu"

"tidak, kalian berdua harus tahu sesuatu"
Ucap ayahku dengan serius.
"ayah..... Dan bapaknya Abri sebenarnya pernah menjalin hubungan sama seperti kalian"

Aku kembali terdiam mendengar ayahku mengatakan itu.
Jadi hubungan kami menurun dari ayah kami berdua.....
Hebat.....

"kayaknya masa SMA sulit ya!, Ayah sama Kakak sepertinya tidak menemukan perempuan saat SMA"
Kata izal.

"jadi ayah....... Ayah pasti mengerti perasaanku, ayah pasti setujukan jika aku dan Abri bisa bersama selamanya?! Tolong yah jangan pisahkan aku dari Abri"
Aku memohon.

"kenapa kamu tiba-tiba memohon seperti itu?"

"soalnya, waktu ayah bilang aku wajib untuk menikah..... Pikiranku jadi tidak tenang sejak saat itu, aku terus kepikiran, bagaimana jika itu terjadi?, aku tidak akan bisa...... "

"Fahmi, akan ada waktu untuk kita membahas ini, tapi tidak sekarang, ayah mau kamu fokus dulu dengan cita-citamu"

"jadi pilot saja kak! Biar pergi jauh"

"kurang ajar"

"jadi kamu mau jadi apa?"
Tanya Ayah.

"hmm......, Fahmi.............. "

*****

Ayah dan anak sama saja

Jangan lupa vote :D

SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang