"hei! Kau sudah sadar?"
"mhh.... d...Dimana aku? Siapa kau?"
"namaku Ari, siapa namamu?"
"n...namaku.... Abri"
Ah benar, semalam aku lompat dari jembatan.
Tapi...
Sekarang aku dimana?"maaf, tapi ini dimana?! Kota apa ini masih kota Maros?!"
Tanyaku pada dia."wah, jauh sih, mau aku antar kesana?"
Aku melihat orang ini dengan teliti, nampak dia masih seumuran denganku dan mengenakan seragam putih abu-abu SMA."i...ini masih pagi, apa kau tidak ke....."
"ah! Aku tahu tempat yang tepat untuk bicara, apa kau bisa berdiri?"
Aku menggelengkan kepala, tubuhku rasanya sangat lemas dan dingin."naiklah"
Ari berjongkok membelakangiku, menandakan dia ingin menggendongku di punggungnya.
Akupun berusaha naik ke punggungnya dan dia juga membantuku.Ari segera membawaku entah kemana menjauh dari sungai itu.
Wilayah ini sepertinya jauh di pedalaman Sulawesi Selatan.
Semua jalan yang Ari lalui di penuhi oleh pepohonan dan hanya jalan setapak berbatu yang dapat di lalui."sampai"
Ari menurunkanku di sebuah gubuk."t..terima kasih"
Ucapku."tapi..... Kenapa kau bisa tidur di pinggir sungai itu?, kau tahu itu berbahaya, untung saja kau tidak dimakan buaya"
Aku hanya diam tidak menjawab."lepaskan saja pakaianmu, kau bisa kedinginan dengan pakaian basah di tubuhmu"
"melepasnya..... "
"ah maaf, aku punya seragam olahraga, kau bisa memakainya untuk sementara waktu sampai pakaianmu kering"
Ari mengambil seragam olahraga di tasnya dan memberikannya padaku."tenang saja aku tidak akan lihat"
Kata Ari sambil berbalik ke belakang dan menutup matanya.Rasanya aneh juga, dia belum mengenalku dan kami juga baru bertemu kurang dari 25 menit yang lalu dan dia sudah sangat baik padaku.
"sudah"
Ucapku setelah selesai mengenakan seragam olahraga yang tadi Ari berikan."baiklah! Jadi..... Apa kau mau aku antar pul..... "
"bukannya kau harus ke sekolah?"
Mimik wajah Ari tiba-tiba berubah.
Dia jadi tampak murung."ada apa?"
Tanyaku keheranan."aku tidak suka disana, tidak ada yang mengharapkanku"
Kata Ari.Aku sejenak tertunduk.
Ari sama denganku, yang lain juga sudah tidak membutuhkanku lagi. Akbar, Rajab, Ardi, Ivan....... Fahmi...., mereka sudah tidak membutuhkanku."jadi kau lari?"
Tanyaku."bisa di bilang, gubuk ini juga aku buat sendiri untuk tempat merenungku, kebetulan tadi aku ingin memancing dan melihatmu di pinggir sungai, aku pikir kau sudah mati, tapi saat ku periksa kau masih bernafas. Oh iya, aku minta maaf ya, soalnya tadi aku memberikanmu nafas buatan hehehehe"
"pffft haha, tidak masalah..... Kalau kau tidak melakukannya mungkin aku akan mati"
"hehehe syukurlah kalau begitu, jadi apa kau ingin pulang?"
"hmm.... Mungkin untuk sementara aku tidak akan pulang dulu"
.
.Sementara itu......
****AKBAR POV****
"bar, bagaimana Abri?"
Tanya Gusti."tidak ada kabar gus, Abri hilang, Bang Ridwan, Bang Akbar dan Bang Said juga sudah marah sekarang"
"kita tidak bisa tinggal diam, kita harus mencari Abri bar"
"aku tahu, tapi.... Dimana kita harus mencarinya?! Nomornya tidak bisa di hubungi, tidak ada orang juga yang melihatnya, kita tidak punya petunjuk apapun gus"
"hmm.... Pulang sekolah nanti kita bicarakan, aku akan mengajak yang lain juga"
"yang lain? Ivan juga?"
"tentu saja bar! Ivan kan juga teman kita"
"lebih baik aku mencari Abri sendiri daripada dia harus ikut gus"
"GUSTI! AKBAR! APA YANG KALIAN BICARAKAN?!"
Bu guru berteriak memarahi kami saat sadar kami membicarakan sesuatu di dalam kelas..
.
.Saat pulang sekolah, aku menunggu gusti di parkiran.
Cukup lama, tapi akhirnya dia datang bersama Ardi, Rajab dan....."bukannya sudah kubilang aku tidak mau kau mengajaknya"
Aku jadi kesal saat melihat Ivan juga ikut."bodo"
Ucap Ivan."oke, jadi kita semua sudah di sini, baiklah kita akan mulai mencari Abri di area..... "
"sampai jumpa"
Ivan langsung pergi saat Gusti menjelaskan maksud ia mengumpulkan mereka."m...maaf, van tunggu dulu! Aku akan coba menjelaskannya pada Ivan"
Ardi segera menyusul Ivan."jadi hanya kita bertiga"
Kata Rajab."itu lebih baik daripada dia harus ikut dengan kita"
Kataku."huffff...... Kalian tidak bisa seperti ini terus, Fahmi masih kritis, Abri hilang, sekarang kau dan Ivan bertengkar, besok apa?! Rajab hamil?!"
"hei! Sembarangan Gusti!"
"hehehe maaf jab"
"jadi darimana kita harus mencari Abri?"
Tanyaku."kita akan cari di sekitar kecamatan ini dulu, jika tidak ada, kita bagi tugas dan berpencar mencarinya ke kecamatan lain"
Jelas Gusti.
"Rajab, bisa kau ke rumah Abri untuk membujuk bang Ridwan, bang Akbar dan bang Said?""a...apa?! Jelas tidak mau!"
Rajab langsung menolak."kau hanya perlu meyakinkan mereka kalau kita akan membantu mereka mencari Abri"
"tidak mau gus! Aku takut, kau tahu bang Ridwan bagaimana kan?"
"baiklah, kalau begitu biar aku saja Gusti"
Aku menawarkan diri."baiklah kalau begitu, aku dan Rajab akan ke rumah sakit dulu untuk menjenguk Fahmi, sekalian melaporkan Abri yang hilang pada Ayah Fahmi, mungkin om Darwis bisa membantu"
"jika Fahmi sadar, sebaiknya jangan bilang padanya kalau Abri hilang"
Saranku."tentu saja, itu akan membuat Fahmi semakin stres, apapun yang terjadi kita tidak boleh sampai membuat masalah baru!"
Kata Gusti.Kamipun berpisah di situ, aku pergi ke rumah Abri dan Gusti dengan Rajab ke rumah sakit.
*****
Nyawa Abri berapa sih? :v
Jangan lupa vote :D

KAMU SEDANG MEMBACA
Sejenak
RomanceKisah cinta Abri dan Fahmi, duo bucin yang memulai hubungannya dengan penuh liku-liku. Bersama teman-teman mereka, Gusti, Ivan, Rajab dan Akbar, menjalani hari-hari indah yang penuh dengan kekonyolan. Warning.... 18+ Bagi yang Homophobic harap tid...