“Pemimpin”
Saat mereka semua sedang membicarakan tentang rencana yang akan mereka gunakan, tiba-tiba saja Fubuki mengalami batuk berdarah. Hal itu jelas membuat yang lainnya khawatir lalu Tenma juga mengalami hal yang sama ditambah luka pada kakinya muncul sesuatu seperti akar yang merambat.
Amaya mengatakan kalau itu adalah kutukan dari bangsa iblis, Tenma baru saja terkena sedangkan Fubuki menahan kutukannya dari tiga tahun yang lalu. Dia juga menjelaskan kalau seharusnya Fubuki bisa menggunakan teknik terkuatnya berkali-kali tanpa merasakan sakit namun kalau dia sampai merasakan sakit seperti itu sudah jelas kalau Fubuki masih menahan kutukan dari Ayame.
“Aku baik-baik saja, kita akan tetap menjalankan rencananya jadi jangan khawatir.”
Melihat situasi yang terjadi saat ini membuat Moona khawatir dengan Risu karena dia juga terkena serangan Ayame. Akan tetapi Risu masih baik-baik saja karena tubuhnya yang berbeda dan mengatasi kutukan tersebut sehingga Risu tidak merasakannya. Tetap saja itu tidak membuat kekhawatiran Moona menghilang.
Alasan Fubuki menyembunyikan kutukannya ialah karena dia tidak ingin membuat mereka khawatir. Setelah mendengar alasan itu, Amaya menghampirinya lalu memeluk tubuh Fubuki. Amaya berkata kepadanya kalau Fubuki tidaklah sendirian. Seketika Fubuki teringat akan kenangan masa lalu yang di mana Amaya juga memeluknya disaat Fubuki sedang berpura-pura kuat setelah semua yang dia alami.
Air matanya yang selalu ia pendam itu akhirnya keluar dan Fubuki menangis dipelukan Amaya. Mereka semua kini merasa tenang terutama divisi utama Fubuki karena melihat komandan mereka menangis karena selalu menahan beban di dalam hidupnya selama ini. Mereka sudah lama tidak melihat Fubuki menangis seperti itu setelah kematian Mio yang membuatnya semakin berubah, kini Fubuki melepaskan semua yang selalu dia pendam.
Setelah keadaan mereda, Fubuki memutuskan pergi ke pengungsian untuk melihat secara langsung keadaan warganya. Betapa terpukulnya Fubuki menyaksikan mimpi buruk bagi Kyouku, banyak warganya menjadi menderita, kehilangan akibat insiden yang terjadi.
“Aku akan menghabisimu, Nakiri Ayame!”
Fubuki berjalan melewati tenda-tenda pengungsian dan banyak dari warganya yang menghampiri dirinya. Otoya dan teman-temannya juga menghampiri Fubuki setelah melihat kehadiran di sana. Para warga bertanya kepada Fubuki apa yang akan terjadi kepada mereka kedepannya, apa yang akan Fubuki lakukan untuk mengatasi hal ini.
Dia terus berjalan tanpa mendengarkan semua pertanyaan dari warganya. Fubuki menaiki menara yang berada di sana dan begitu sampai di atas, hujan pun mulai turun membasahi semua orang yang ada di sana. Berkat hujan itu kebakaran yang ada di kota bisa padam bersamaan dalam satu waktu.
Para warga mulai mengerumuni menara tempat Fubuki berdiri supaya dapat terlihat oleh seluruh warga nya. Mereka semua masih terus menanyakan nasib mereka kedepannya dan bertanya apa mimpi buruk tiga tahun yang lalu akan kembali terulang.
“Apa yang harus kita lakukan untuk membantu nona Fubuki, Otoya?” tanya teman Otoya dengan raut wajah yang cemas.
“Para warga pasti akan menyalahkannya terlebih dahulu atas semua ini, kita tidak bisa berbuat apapun selain mendengarkan apa yang akan diucapkan oleh nona Fubuki,” jawabnya.
“Kau bisa juga berkata seperti itu.”
Fubuki menarik nafasnya lalu berteriak menyuruh para warga untuk diam terlebih dahulu. Suasana seketika menjadi hening, hanya terdengar suara air hujan yang menyentuh tanah dan petir di langit malam.
“Aku meminta maaf kalau aku belum bisa melindungi negeri Kyouku, semua ini terjadi atas tindakan ceroboh dariku, aku belum pantas sebagai pemimpin kalian semua.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Countdown
Historical FictionBagaimana jadinya jika seorang gadis keturunan terakhir bangsa Bulan harus mencegah kehancuran dunia yang di mana dia harus berpacu dengan hitungan mundur jam raksasa yang menjadi batas baginya menghentikan kehancuran tersebut. Moona Hoshinova tela...