⏱️ COUNTDOWN 92 ⏱️

50 9 0
                                    

Perjalanan singa kecil

Pada dasarnya masa kanak-kanak merupakan masa di mana seorang anak kecil dapat bermain sepuasnya dan mendapatkan apapun yang mereka inginkan. Akan tetapi itu hanya didapatkan oleh seorang anak yang memiliki keluarga berada dan berada di ruang lingkup yang aman. Bagi sebagain anak-anak yang tidak berkecukupan, mereka harus berjuang keras untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Tidak jarang mereka juga berada di dalam ruang lingkup yang tidak semestinya anak-anak berada di sana. Banyak dari mereka yang harus menjalani hidup dengan kesengsaraan, ketakutan, mimpi buruk tanpa merasakan bagaimana indahnya kesenangan di masa kecil seperti anak-anak yang lainnya.

Itulah yang dirasakan oleh seorang gadis kecil dari keturunan bangsa Singa yang di mana gadis itu tinggal di sebuah permukiman yang sangat kumuh. Bahkan ruang lingkup di sana begitu keras bagaikan tidak ada hukum yang mengatur di sana. Pencurian di mana-mana bahkan banyak terjadi perdagangan manusia dan tidak jarang anak-anak menjadi korban dari perdagangan itu.

Gadis itu sudah tinggal di sana sejak dia dilahirkan dari rahim seorang Ibu yang juga memiliki sifat lumayan keras. Karena hal itu gadis tersebut tidak berani mengatakan kalau dia sedang lapar di saat Ibunya sedang memikirkan soal keuangan mereka. Ayah dari gadis itu merupakan seorang pria yang selalu menghabiskan uangnya untum berjudi bahkan dia mengambil paksa uang Istrinya yang membuatnya melampiaskan amarah pada anaknya sendiri.

Meski tinggal di dalam ruang lingkup keras seperti itu, gadis tersebut tidak pernah berniat untuk kabur menuju dunia luar yang lebih baik. Suatu hari dia pergi menuju bangunan tua dan duduk ditepi atap bangunan sambil menyaksikan bagaimana suasana permukiman tempat dia tinggal. Saat sedang melamun di sana, tiba-tiba saja saja sebuah pesawat kertas melintas di sebelahnya.

Melihat itu gadis tersebut langsung menoleh ke belakang dan dia melihat seorang gadis yang seumuran dengannya sedang berdiri sambil melambaikan tangannya.

“Kau sedang apa melamun di sini?” tanya gadis itu.

“Aku hanya ingin merasakan ketenangan saja,” jawabnya.

“Kalau begitu, bagaimana kalau kita berteman? aku Silvia,” gadis bernama Silvia itu mengulurkan tangannya.

Dia tidak langsung menjawab ajakan berteman dari Silvia dan malah kembali memperhatikan permukiman di sana.

“Kau tidak mau berteman?” tanya Silvia yang perlahan berhenti mengulurkan tangannya.

“Apa berteman itu dapat memperbaiki kehidupan yang sekarang?” gadis itu balik bertanya.

Mendengar itu Silvia terdiam dan tidak dapat menjawab pertanyaan darinya.

“Jika kau belum mau berteman, apa aku boleh mengetahui namamu?” tanya Silvia.

“Shishiro, Shishiro Botan,” jawab gadis itu.

“Senang bisa berkenalan denganmu, Botan,” ujar Silvia.

•°•°•

Suatu hari terjadi peledakan yang diakibatkan oleh pihak luar yang menginginkan tempat tersebut. Tidak hanya ledakan, para penduduk yang tetap bersikeras untuk tinggal malah ditembak oleh para tentara hingga perang tidak dapat terelakkan. Setiap hari terjadi baku tembak dan itu berlangsung selama beberapa bulan hingga para penduduk mengalami kesulitan pangan karena perang yang terjadi.

Keluarga Botan juga menjadi salah satu keluarga yang terdampak bahkan Ayahnya sering menyakiti Ibunya karena tidak memiliki uang. Botan yang sudah tidak kuat meminta Ayahnya untuk berhenti menyakiti Ibunya, namun Ayahnya malah memukulnya hingga Botan tersungkur di lantai.

CountdownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang