“Kau tidak sendiri”
Fubuki yang ingin bertarung satu lawan satu dengan Ayame ditentang oleh anggota didalam divisinya. Mereka semua mengatakan akan menghalanginya kalau memaksa untuk melakukannya. Fubuki mengancam akan menghabisi mereka jika menghalangi namun mereka tidak peduli dengan ancaman tersebut karena tidak hanya Fubuki yang memiliki dendam dengan Ayame.
Mereka semua merasakan hal yang sama, terjadi perbedaan pendapat yang dimana Fubuki hanya tidak ingin mereka bernasib seperti Mio. Namun mereka tidak peduli dan akan tetap untuk membantunya dalam bertarung melawan Ayame. Amaya pun mengingatkan Fubuki kalau dia jangan bertindak gegabah karena saat ini dia adalah pemimpin negeri Kyouku dan kalau Fubuki tewas dalam pertarungan maka itu akan menjadi kehancuran negeri ini.
Moona yang mendengar percakapan mereka sedari tadi menghampiri setelah menyandarkan tubuh Risu ketembok dengan posisi menyamping. Moona mengatakan kalau tindakan Fubuki tidak ada salahnya, hal itu juga pernah terjadi pada dirinya saat berhadapan dengan Calli. Namun Moona diingatkan oleh seseorang yang dia anggap berharga saat ini, orang itu bersedia membantu dan menanggung beban bersama. Dia juga mengingatkan kalau perasaan dendam yang terus disimpan hanya akan menyakiti diri sendiri.
“Aku juga memiliki dendam dengannya, dia sudah melukai Risu, jadi izinkan aku ikut membantu.”
Mendengar semua itu pada akhirnya Fubuki mengizinkannya namun dengan satu syarat yakni dia yang akan mengakhiri Ayame sedangkan mereka hanya akan membantu dalam pertarungan saja. Setelah itu mereka semua mulai membicarakan tentang strategi saat berhadapan dengan bangsa iblis jika mereka muncul kembali.
Watarai dan Elipha bersedia untuk membantu. Sebelum itu mereka khawatir dengan Tenma yang memutuskan untuk ikut saat kondisinya masih seperti itu terlebih akan bertarung bersama komandannya.
“Lalu kenapa kalian juga bertarung dengan komandan kalian hah?” tanya Kanae.
“Makanya nona Botan memilih kami berdua, jika suatu saat situasinya mulai memburuk maka dengan berat hati salah satu dari kami harus segera mundur.”
Dalam perbincangan itu Moona juga mengetahui kalau ternyata selama ini dia adalah wakil dari Amane. Fubuki menjelaskan kalau dalam satu divisi hanya ada komandan dan satu orang anggota maka dia otomatis menjadi wakil dari komandannya. Tentu saja hal itu membuatnya terkejut karena Moona merasa belum pantas untuk jadi seorang wakil dari komandan.
Saat sedang menyusun strategi, tablet Watarai yang masih menampilkan foto aksara kuno terjatuh dan tergelincir dan mengenai kaki Moona. Moona meraih tablet tersebut untuk memberikannya kepada Watarai.
“Bangsa Rubah merupakan penjaga artefak kuno.”
Mendengar itu sontak membuat mereka semua terdiam seketika dan menoleh kearah Moona. Saking terkejutnya mereka menjatuhkan benda yang sedang mereka pegang karena tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.
“Kau bisa membacanya?” tanya Elipha yang masih tidak percaya.
“Hm, ini dipelajari bangsa bulan.”
Seketika Fubuki teringat dengan pertemuan yang membahas soal Moona. Dalam pertemuan itu mereka sempat menyinggung kalau Moona bisa menjadi kunci untuk menghentikan hitungan mundur dan kini mereka mendapatkan secercah harapan. Fubuki berkata kepada Moona untuk tetap hidup.
Karena masih tidak percaya, Watarai menunjukkan foto aksara kuno yang pernah diterjemahkan oleh Hyona pertama kali.
“Apa kau tau arti dari itu?” tanya Watarai.
“Amarah seseorang bisa membawa kehancuran semakin dekat.”
Mendengar jawaban itu membuat Watarai dan Elipha yakin kalau Moona tidak sedang main-main. Sebelumnya mereka berpikir kalau Moona sempat mendengar kata bangsa Rubah namun kali ini mereka belum memberitahu kalau sepenggal aksara tersebut berartikan amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Countdown
Ficción históricaBagaimana jadinya jika seorang gadis keturunan terakhir bangsa Bulan harus mencegah kehancuran dunia yang di mana dia harus berpacu dengan hitungan mundur jam raksasa yang menjadi batas baginya menghentikan kehancuran tersebut. Moona Hoshinova tela...