“Gadis yang bermimpi menjadi Raja Bajak Laut”
Sebuah daerah yang di mana berdampingan langsung dengan laut lalu terdapat jangkar raksasa yang terpajang di sana memiliki kehidupan para warga yang begitu damai. Mereka semua memiliki pekerjaan utama yakni pembuat kapal dan juga pencari ikan di laut. Tidak jarang mereka mendapatkan tangkapan ikan yang sangat banyak karena kondisi laut di sana kaya akan biota laut.
Di sana juga terdapat Bar yang menjadi tempat utama para warga menggelar pesta untuk merayakan tangkapan mereka. Tidak jauh dari Bar, terdapat sebuah taman berpasir yang di mana terlihat para anak-anak sedang bermain di sana. Di saat anak-anak yang lain sedang membangun istana pasir bersama-sama, ada seorang gadis kecil yang mengenakan penutup mata kirinya lalu memegang sebilah kayu kecil sebagai pedangnya.
“Ho ho ho ho,” gadis kecil itu tertawa.
Perhatian semua anak-anak langsung tertuju padanya.
“Bajak laut Houshou tiba, serahkan harta karun kalian atau kalian akan bekerja di bawah bajak laut Houshou!” gadis itu mendeklarasikan kedatangan.
Banyak anak-anak di sana yang tertawa melihat gadis kecil yang berpenampilan seperti seorang bajak laut. Tidak hanya anak-anak, para Ibu juga tertawa melihat kelakukan darinya. Tidak merasa malu karena ditertawakan, gadis itu berjalan melewati mereka sambil memegang sebilah kayu kecil itu.
“Marine, sampai kapan kau mau bermimpi jadi bajak laut?” tanya salah seorang anak di sana.
“Hah?! apa yang kau katakan?! aku adalah bajak laut dan akan menjadi Raja Bajak laut,” jawab gadis itu yang bernama Marine.
Setelah itu Marine berlari seolah-olah akan menghadapi musuh, namun belum jauh berlari Marine tersandung sesuatu hingga membuatnya jatuh tengkurap di atas pasir. Mereka semua lantas tertawa melihat Marine yang terjatuh itu.
Begitu berada di rumah, Ibu Marine memarahinya sambil mengobati lukanya. Meski terjatuh dan mendapatkan luka, Marine tidak semerta-merta menangis karena hal itu.
“Kamu itu anak perempuan dan kamu harus tau batasannya, jangan pernah bertingkah seperti anak laki-laki lagi,” tegur Ibunya yang juga mencubit hidung Marine.
Marine menggoyangkan kepalanya supaya Ibunya berhenti mencubit hidungnya.
“Marine tidak akan pernah berhenti sebelum menjadi bajak laut,” ujarnya.
Ayahnya yang mendengar itu hanya tertawa lalu kakinya dipukul oleh Istrinya.
“Ayah bukannya mencegah anaknya supaya tidak menjadi bajak laut malah tertawa seperti itu,” tegur Ibunya Marine.
“Marine, apa kamu tau tentang bajak laut itu?” tanya Ayahnya.
Dengan percaya dirinya Marine mengatakan kalau dia mengetahui banyak tentang bajak laut. Saat Ayahnya memintanya untuk menceritakan apa itu bajak laut, Marine bingung harus bercerita tentang apa. Ayahnya pun tertawa karena Marine tidak bisa menjawabnya.
“Kamu belum sepenuhnya siap menjadi bajak laut," ujar Ayahnya.
“Tidak! Marine sudah siap menjadi bajak laut! Ibu dan Ayah harus melihat Marine memiliki kapal besar dengan orang-orang yang memanggil Marine kapten,” sanggah Marine.
Ayahnya mengelus kepalanya.
“Kamu harus banyak berjuang, tidak ada hal yang bisa kamu raih dengan mudah. Berjuanglah sampai Marine bisa menjadi apa yang Marine inginkan,” Ayahnya menyemangatinya.
Marine seketika senang lalu dia menari putaran sambil memegang boneka bajak laut miliknya.
“Kenapa Ayah malah mengatakan itu?” Ibu Marine yang tidak setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Countdown
Historical FictionBagaimana jadinya jika seorang gadis keturunan terakhir bangsa Bulan harus mencegah kehancuran dunia yang di mana dia harus berpacu dengan hitungan mundur jam raksasa yang menjadi batas baginya menghentikan kehancuran tersebut. Moona Hoshinova tela...