⏱️ COUNTDOWN 83 ⏱️

51 9 0
                                    

Menuju Perang

Saat mereka sedang berbincang di sana, terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat. Mendengar itu mereka langsung menoleh lalu seseorang mulai menampakkan diri dan Fuma cukup terkejut dengan identitas orang tersebut. Kaisar Renz tidak begitu terkejut melihatnya meski ini merupakan pertemuan pertamanya dengan orang tersebut.

Orang itu memberitahukan tentang perang yang sebentar lagi akan terjadi. Dia mengetahui rencana perang Kerajaan Zestro untuk menghentikan orang-orang Militer dan juga menyelamatkan Fuma. Mengetahui itu, Uyu terlihat senang karena pesannya bisa tersampaikan pada Zestro.

“Apa yang membuatku harus mempercayai ucapanmu, hah?!” tanya Fuma yang kesal.

“Terserah kau ingin mempercayainya atau tidak, yang pasti mereka datang untukmu. Kau harus ingat itu,” jawab orang itu.

“Ada yang ingin aku tanyakan, kenapa kau menolong kami dari eksekusi?” tanya Uyu.

Orang itu berbalik membelakangi mereka berempat lalu menghela nafasnya.

“Aku tidak menyelamatkan kalian, jangan berpikir kalau kalian selamat hanya dengan aku tempatkan di sini,” jawabnya.

“Bagaimana keadaan Hex dan yang lainnya di atas sana?” tanya Kaisar.

“Mereka itu musuh kalian, bukan? lebih baik tidak perlu menanyakan kabarnya. Kalian hanya harus menunggu waktu yang tepat, besok saat kedatangan Komandan Zestro ke Kerajaan,” jawab orang itu.

Setelah itu dia berjalan pergi meninggalkan mereka dari sana. Fuma yang kesal memukul jeruji penjara dengan keras dan hal itu membuat kedua anggotanya khawatir karena tangan Fuma yang masih terluka digunakan memukul seperti itu.

“Ck, Kaisar, jika anda ke luar dari sini, apa yang akan anda lakukan?” tanya Fuma.

“Menyelesaikan semua yang sudah terjadi, bagaimana denganmu?” tanya balik Kaisar.

“Menghabisi mereka semua dan menyeret Noel menuju Kerajaan Zestro!” jawab Fuma.

•°•°•

Sebelumnya, Amelia dan Zeta bertemu dengan seorang pria yang bernama Yakushiji Suzaku yang di mana merupakan salah satu dari pelanggan di bar mewah dengan keamanan luar biasa di pusat kota dunia. Kedatangan mereka di sana untuk membuat semua kesepakatan yang diajukan oleh Amelia.

“Apa keuntungan bagiku untuk menerima kesepakatan itu?” tanya Suzaku.

“Apa yang kau inginkan?” tanya balik Amelia.

Zeta sedikit gelisah karena Amelia berani untuk membuat kesepakatan itu dan hal yang membuatnya gelisah ialah jika mereka tidak bisa memenuhi apa yang diinginkan oleh Suzaku.

“Apa kau bisa membawakan minuman langka yang tersimpan di sana?” tanya Suzaku.

“Minuman? baiklah itu tidak masalah, kami akan menghancurkannya dan membawakan minuman itu untukmu,” jawab Amelia yang menyanggupi syarat dari Suzaku.

Zeta menarik-narik jubah Amelia karena dia kurang yakin bisa menyanggupinya.

“Apa kau serius, Ame?" tanya Zeta yang ragu.

“Oh iya Suzaku, bagaimana kalau kita gagal?” tanya Amelia.

“Kalian harus pilih antara tangan atau kaki sebagai gantinya,” jawab Suzaku sambil memegang pedangnya.

Mendengar itu Zeta hanya bisa pasrah akibat kelakuan dari Amelia yang seenaknya saja.

“Kau tidak perlu khawatir, aku tidak mungkin gagal, tidak ada kasus yang pernah gagal di tanganku,” ujar Amelia dengan yakinnya.

CountdownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang