⏱️ COUNTDOWN 06 ⏱️

117 10 0
                                    

"Bangkit"

Beberapa hari sudah berlalu dan kini Moona sudah pulih dan diperbolehkan untuk keluar. Setelah berpamitan dengan dokter dan perawat yang selalu memeriksanya dia pulang menuju rumahnya. Dalam perjalanan Moona hanya diam saja dan terlihat biasa saja hingga sampai dirumahnya. Moona berhenti didepan pintu masuk dan dia ragu untuk masuk atau tidak karena dia akan mengingat kembali kejadian kelam sebelumnya.

Moona akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam rumah.

"Aku pulang."

Jika sebelumnya ada yang menjawab salam darinya kini hanya ada kehampaan dalam rumah tersebut. Namun Moona tidak lagi menangis karena perlahan dia sudah menerima kepergian keluarganya. Moona berjalan melewati ruang keluarga dan dia melihat bayang-bayang saat mereka semua sedang menikmati waktu bersama disana. Moona pergi kedapur dan dia kembali melihat kenangan saat sedang makan bersama, kini sudah tidak akan terjadi lagi.

Moona juga melihat kenangan saat dia sedang membantu ibunya memasak dan mencuci piring. Dalam kenangannya juga terlihat Airi yang mengganggu Moona lalu ibu mereka memarahi mereka karena bisa membuat piring atau gelas pecah.

Saat berada di kamarnya, Moona kembali terbayang akan kenangannya yang selalu bermain dengan adiknya. Meski sudah tidak dapat merasakannya namun Moona tetap tersenyum sambil meletakkan tasnya diatas kasur. Setelah merapikan semuanya Moona pergi ke dapur dan mengambil makanan dari dalam kulkas. Dia menghangatkan makanan itu lalu makan dimeja makan sendirian.

Selesai makan dia teringat dengan tablet yang Amane berikan sebelumnya. Moona kembali ke kamarnya dan mengambil tablet itu yang ia letakkan didalam tasnya. Saat menyalakannya Moona diarahkan tablet itu untuk pergi ke suatu tempat. Moona masih ragu untuk bergabung dengan Zestro atau tidak.

Saat Moona melihat fotonya yang sedang bersama keluarganya dia sudah menentukan keputusannya. Moona memutuskan untuk pergi ketempat yang diarahkan oleh tablet tersebut. Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh akhirnya Moona sampai didepan gerbang suatu kerajaan. Terdapat beberapa penjaga disana dan saat Moona ingin masuk lebih dalam mereka menghentikannya.

"Kau tidak memiliki tanda pengenal, siapa kau?" tanya salah satu penjaga.

Moona bingung harus menjawab apa karena dia datang ketempat ini tanpa informasi sedikitpun.

"Aku ... Aku ... ."

Menyadari kehadiran Moona, Amane pergi menghampirinya di gerbang dan mengatakan sesuatu kepada para penjaga.

"Dia tamuku, jadi jangan menghalanginya."

Mendengar perintah tersebut mereka langsung membukakan jalan untuk Moona. Amane menghampirinya dan menepuk pundaknya Moona.

"Aku tau kau akan datang, ikuti aku."

Amane pergi duluan dan diikuti oleh Moona dibelakangnya. Mereka berdua melewati halaman luar kerajaan yang dimana digunakan sebagai tempat untuk melatih kekuatan sihir. Moona takjub melihat kemampuan mereka semua, Amane menjelaskan kalau disini banyak sekali anggota dengan kemamouan yang beragam.

Tidak hanya pengguna Sihir namun ada anggota yang bukan pengguna Sihir dan ada yang murni kekuatan dari keturunan.

"Mereka juga dilatih sesuai dengan komandan yang menjadi penanggung jawabnya."

Mendengar itu Moona menjadi penasaran akan satu hal.

"Lalu apa aku menjadi tanggung jawabmu mulai sekarang?"

Langkah kaki Amane terhenti lalu menoleh ke belakang dan menjawab kalau itu tergantung pada Moona sendiri. Mendengar jawaban tersebut membuat Moona bingung, Amane melanjutkan langkahnya kembali dan Moona mengikutinya. Begitu memasuki dalam istana Moona teringat kenangan masa lalunya saat masih berada di Kerajaan Bulan.

CountdownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang