⏱️ COUNTDOWN 72 ⏱️

68 15 0
                                    

Masa lalu

Setelah cukup beristirahat, kini mereka bersiap untuk pergi menuju ruangan bawah tanah yang pernah didatangi oleh Miyabi. Supaya jumlahnya tidak terlalu banyak, Lui hanya menunjuk Moona, Risu, Miyabi, dan Ollie untuk ikut bersamanya sedang yang lainnya akan menunggu di sana selagi mereka mencari artefak kuno.

Lui meminta Nene untuk menjaga Laplus yang masih tertidur selama dia tidak ada. Begitu dirasa cukup, mereka berlima segera pergi ke mulut goa yang menjadi pintu masuk mereka ke dalam lorong bawah tanah. Axel, Rio, dan Reine pergi memeriksa sekitar untuk menemukan jika ada sebuah petunjuk yang baru, sementara Nene, Regis, Astel, dan Iofi akan tetap berada di sana.

“Senior Nene, apa artefak itu sebegitu pentingnya untuk kita dapatkan?” tanya Iofi yang penasaran.

“Itu satu-satunya cara supaya kita bisa menghentikan hitungan mundur dan berkat kehadiran Moona kita mendapatkan petunjuk menganai jam raksasa,” jawab Nene.

“Aku selalu penasaran, apa benar akan terjadi kehancuran jika hitungan mundur itu selesai?” tanya Iofi.

“Hmm, entahlah, kita belum tau tapi setidaknya kita berusaha untuk menghentikannya,” jawab Nene.

•°•°•

Sesampainya di dalam mulut goa, Miyabi membuat sebuah lentera menggunakan sihirnya sebagai penerangan. Mereka berlima masuk ke dalam sana dan suasana yang lembab sangat terasa ditambah dengan kelelawar bersayap 4 berterbangan di sana.

“Di sini tidak akan ada hewan buas, kan?” tanya Risu yang cemas sambil memeluk lengan Moona.

“Setauku di sini tidak pernah ada hewan buas, satu-satunya hewan yang bisa bertahan di hutan ini hanya kelelawar dan beberapa burung saja,” jelas Olivia.

“Hutan ini bukan cuma menelan cahaya tapi menelan para hewan sampai tak tersisa,” ujar Lui.

Setelah cukup jauh berjalan, mereka sampai di depan pintu yang terhubung dengan lorong menuju bawah tanah. Lui membukanya secara perlahan dan saat dibuka, mereka malah dikagetkan oleh kelelawar yang terbang ke luar. Risu sempat berteriak akibat terkejut dengan kelelawar yang tiba-tiba ke luar seperti itu.

“Tenang Risu, itu hanya kelelawar,” Moona menenangkan Risu.

“Kita masuk dan ingat, jangan sampai ada yang berpisah,” Lui mengingatkan.

Mereka masuk ke dalam sana dan ukiran-ukiran di sepanjang lorong membuat Moona yakin kalau di sana benar tempat yang sempat dia lihat dalam penglihatannya. Banyak sekali ruangan-ruangan kosong yang mereka lewati dan tidak jarang kalau ruangan tersebut dikerumuni banyak sekali sarang laba-laba. Setelah cukup jauh berjalan, mereka tiba-tiba saja merasakan hawa keberadaan sesuatu yang membuat mereka berhenti seketika.

“Kalian waspadalah,” ujar Lui.

Mereka langsung menyiapkan senjata masing-masing dan saat sesuatu terasa mendekat, mereka langsung bersiap untuk menyerang. Akan tetapi semua itu tidak jadi dilakukan karena sesuatu yang mendekat itu merupakan monster tua yang pernah ditemui Miyabi dan yang ada di dalam penglihatan Moona.

“Seharusnya aku tidak mempercayaimu, kau membawa yang lainnya untuk masuk ke dalam sini,” ujar Monster itu.

“Dia tidak langsung menatap kita,” Moona yang heran.

“Monster itu tidak bisa melihat dan sepertinya hanya bisa merasakan keberadaan kita,” jelas Miyabi.

Saat Monster itu ingin menyerang, niatannya langsung batal begitu merasakan keberadaan seseorang salah satu dari mereka berlima.

CountdownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang