⏱️ COUNTDOWN 64 ⏱️

67 14 0
                                    

Tanaman melawan tanaman

Pertarungan kelompok Risu kini terus memanas. Terlihat Rosemi mengerahkan banyak rambatan akar ke arah Nene yang sedang berlari menghindarinya. Nene berlari sambil menahan luka di punggungnya dan rambatan akan tersebut mulai menancapkan diri ke tanah yang membuat Nene harus melompat ke sana dan ke mari untuk menghindari.

Saat sebuah akar akan menancap di hadapannya, Nene langsung melompat ke belakang namun di belakangnya juga terlihat rambatan akan yang akan menancap di sana. Melihat itu Nene melompat ke samping lalu dia berbalik menghadap Rosemi yang masih terus berniat membunuhnya langsung.

“Kau cukup merepotkan hah, Rosemi!”

Kini sekeliling Nene sudah banyak rambatan akar sehingga sulit baginya untuk pergi dari sana. Saat sebuah rambatan mengarah padanya, Nene dengan cepat mengeluarkan tanamannya yang melilit tangannya lalu menjadikannya sebagai perisai. Rosemi mengira kalau dia sudah menghabisi Nene namun tiba-tiba saja semua rambatan akar tersebut terbelah dan Nene terlihat melesat ke arahnya.

Begitu jarak mereka sudah sangat dekat, Nene menembaki duri tanaman miliknya yang melilit tangannya. Dari jarak se dekat itu membuat Rosemi sulit menghindarinya hingga dia harus terkena beberapa duri tanaman yang menggores tubuhnya. Tidak tinggal diam, Rosemi menggerakan satu buah daun yang di mana daun tersebut menusuk betis Nene.

“Akh!!” Nene pun terjatuh ke permukaan.

Raut wajahnya nampak begitu menahan rasa sakit setelah punggungnya yang masih terluka terbentur cukup keras dengan permukaan. Meski sebelumnya dia memakan teknik terkuatnya namun luka tersebut masih belum sepenuhnya pulih sehingga Nene masih merasakan sedikit rasa sakitnya.

“Nene, kau terlihat sangat menyedihkan, seharusnya kau ikut denganku setelah lulus dari akademi,” ujar Rosemi.

“Sampai kapanpun hal itu tidak akan terjadi, kau yang terlihat sangat menyedihkan, membiarkan jiwamu terhubung dengan hutan ini dan memiliki wujud seperti itu,” ujar Nene sambil berusaha berdiri.

Rosemi tertawa, “HEI! kau harus merasakannya, ini terasa sangat nikmat seperti mendapatkan kehangatan di seluruh tubuh, Zestro memang tidak memiliki nyali untuk melakukan ini.”

“Tutup mulutmu, kau belum melihat Zestro yang sebenarnya!!” kesal Nene yang menatap tajam kepadanya.

•°•°•

Kini Iofi merasa kecewa dengan Moona. Dia tidak menyangka dengan apa yang sudah Moona lakukan, namun di satu sisi Iofi belum mengetahui tentang Moona yang bisa lepas kendali. Karena hal itu Iofi marah dengan Moona dan memutuskan untuk meninggalkannya sendirian di belakang sana. Sambil berlari menuju tempat pertarungan, Iofi kembali mengingat momen di mana dia membentak Moona.

Saat itu emosinya tidak dapat ditahan sehingga dia lepas kendali atas apa yang sudah dilakukan oleh Moona kepada Laplus.

“Apa yang kau lakukan bodoh, karena mu ini semua bisa terjadi, aku tidak menyangka kalau kau akan memiliki sifat yang sama dengan mereka,” batin Iofi.

Sementara itu jauh di belakang, Moona masih terpikirkan tentang penglihatan terbarunya. Dia tidak pernah menyangka kalau dirinya ada di masa lalu, terlebih dia bertemu dengan Laplus yang saat itu baru saja disegel di dalam hutan yang indah dan kini menjadi hutan yang sangat gelap.

“Ibunda, apa maksud penglihatan itu?” Moona yang masih belum mengerti.

Moona mencoba mengingat saat-saat terakhir dia sebelum berpisah dengan sang Ratu. Berapa kali pun Moona mencoba mencoba mengingatnya, hasilnya tetap saja dia tidak bisa mengingat perkataan terakhir Ibunya sebelum berpisah. Beberapa saat kemudian terjadi sebuah getaran dan membuat Moona hampir saja terjatuh.

CountdownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang