“Pertarungan teman lama”
Risu yang beradu serangan dengan Ollie harus terhempas karena kekuatan Ollie yang lebih kuat darinya. Reine memegangi tubuh Risu untuk membantunya berdiri sambil menutupi luka yang dia terima. Keberadaan Ollie semakin lama semakin tidak nyaman setelah kegelapan yang terasa semakin pekat. Reine dan Risu benar-benar kesulitan menghadapinya karena Ollie memiliki pemikiran sehingga mengincar jantungnya untuk dihancurkan sangat sulit bagi mereka.
Ollie bersiap dengan pedangnya untuk kembali menyerang mereka berdua. Reine dengan cepat menahan pergerakkan Ollie dengan beberapa bulu ekor merak lalu Risu menggerakan bebatuan dan pepohonan yang rusak untuk mengurangi pergerakan dari Ollie.
“Reine, biarkan aku saja yang menangani ini, kau sebaiknya pergi ke pohon raksasa itu,” ujar Risu yang masih berusaha menahan sihirnya.
“Apa maksudmu? kita harus bersama untuk mengalahkannya," Reine yang menolak.
“Aku merasakan firasat yang buruk, kau percayakan saja kepadaku, aku akan menahannya di sini,” ujar Risu.
Meski terasa berat meninggalkan Risu yang masih terluka sendirian bertarung, Reine mencoba mengikuti apa yang dia katakan. Sebelum pergi, Reine memberikan beberapa bulu ekor merak yang melayang di sekitar tubuh Risu.
“Gunakan itu jika kau terluka lagi, aku pergi,” Reine pun segera pergi menuju pohon raksasa.
Terlihat Reine mengambil rute yang sedikit jauh dengan pertarungan Nene dan Rosemi yang masih berlangsung. Kini Risu akan segera bertarung satu lawan satu dengan Ollie untuk mencegahnya mendekati Moona. Sekuat tenaga Risu menahan sihirnya di saat Ollie sedang memberontak melepaskan diri dari cengkeraman bebatuan dan pepohonan yang menahannya.
Asap hitam terlihat semakin banyak memasuk tubuh Ollie lalu terjadi ledakan yang menghempaskan semua bebatuan dan pepohonan yang menahannya. Risu melindungi matanya dari debu dan begitu dia melihat ke depan, Ollie melepaskan sebuah serangan yang tepat mengenai tubuh Risu. Karena serangan itu Risu terhempas hingga jatuh terguling karenanya.
“Kau sama menyebalkannya dengan rambut merah itu,” ujar Risu yang berusaha berdiri kembali.
•°•°•
Pertarungan Selen dan Lui berlangsung begitu sengit hingga pada akhirnya mereka berdua sama-sama terhempas akibat benturan kedua serangan yang kuat. Lui terlihat mengusap darah di sekitar bibirnya dan mulai menghemat tenaga dengan mengistirahatkan matanya sementara. Sementara Selen mengatur nafasnya lalu menatap Lui dengan tatapan tajam.
“Jangan pikir ini akan selesai dengan mudah, Takane,” ujar Selen.
“Kau tenang saja Tatsuchi, aku yang akan menang,” sahut Lui.
Mereka mengambil ancang-ancang lalu melesat ke arah satu sama lain. Kini mereka saling beradu pukulan dan tendangan yang saking cepatnya sulit diikuti oleh mata. Pertarungan mereka berdua tidak memperlihatkan siapa yang unggul dan berlangsung dengan imbang sepanjang waktu. Saat mereka beradu pukulan, mereka berdua terhempas ke belakang lalu Selen terlihat menyuntikkan sesuatu di tubuhnya.
Seketika tubuh Selen terlihat sesuatu seperti rambatan akar yang memperkuat dirinya. Selen melesat dengan sangat cepat dan kini serangannya jauh lebih cepat dari sebelumnya, Lui yang tidak menggunakan kemampuan matanya mulai kesulitan mengikuti pergerakan dari Selen. Beberapa kali dia terkena pukulan dan tendangan kuat darinya lalu di saat Lui terhempas cukup jauh, Selen langsung menembakinya yang membuat Lui terkena satu peluru di pahanya.
Dengan cepat Lui menggunakan cambuknya untuk menepis semua tembakan dari Selen. Sambil berlari mendekatinya, Lui terus menepis tembakan darinya lalu saat posisinya sudah dekat dia langsung melompat dan mencambuk senjata Selen hingga hancur. Setelahnya Lui meraih tangan Selen yang di mana cengkeraman tangannya sangatlah kuat lalu dengan mudahnya Lui melempar tubuh Selen hingga terbentur dengan pohon raksasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Countdown
Historical FictionBagaimana jadinya jika seorang gadis keturunan terakhir bangsa Bulan harus mencegah kehancuran dunia yang di mana dia harus berpacu dengan hitungan mundur jam raksasa yang menjadi batas baginya menghentikan kehancuran tersebut. Moona Hoshinova tela...