“Tempat kegelapan”
Baru saja mereka ingin menyantap makanan yang sudah tersaji, tiba-tiba saja pesawat mereka mendapatkan serangan yang membuat pesawat kehilangan kendali dan menukik ke permukaan. Lui dan Axel berusaha mengaktifkan mesin-mesin pesawat kembali lalu menyuruh mereka semua untuk berpegangan pada apapun yang ada di dekat mereka.
Kepanikan terjadi di dalam sana dan belum sempat mesin pesawat diaktifkan kembali, pesawat sudah menghantam tanah namun berkat tindakan Astel yang membuat sebuah perisai, pesawat tidak mengalami kerusakan yang parah. Akan tetapi mereka semua di dalam sana kini tidak sadarkan diri karena benturan kuat yang baru saja terjadi.
Dapat terlihat suasana di sekitar tempat pesawat terjatuh yang begitu gelap dengan kabut tebal yang menyelimuti. Beberapa saat setelahnya mereka mengalami benturan, perlahan satu persatu dari mereka mulai tersadar. Moona yang tersadar merasakan sakit kepala hingga harus berpegangan pada kursi supaya bisa berdiri.
“Apa yang sudah terjadi?” Moona melihat ke sekitarnya.
Moona melihat teman-temannya masih tak sadarkan diri dan dia tidak menemukan Miyabi, Lui, Axel, dan Regis di sana. Moona menoleh ke arah pintu yang terlihat sudah terbuka, dia pun langsung berjalan menuju pintu untuk melihat keadaan di luar. Begitu sampai di pintu, Moona hanya menemukan kegelapan yang di selimuti oleh kabut tebal.
“Apa ini hutan kegelapan?”
Baru saja Moona melangkahkan kakinya, dia merasakan sesuatu yang membuat jantungnya terasa sakit. Moona jatuh bersimpuh sambil memegangi dadanya yang terasa begitu sakit. Saat Moona menoleh ke depan, dia melihat sosok di balik kabut sedang menatap ke arahnya. Sosok itu berjalan perlahan mendekati Moona yang sedang kesakitan dan tidak dapat bergerak.
“Ini semua salahmu, semuanya adalah salahmu, sebaiknya kau mati dan membusuk di dalam neraka, MOONA!!”
Betapa syoknya Moona mengetahui sosok tersebut adalah sahabatnya dengan perawakan yang mengerikan. Perutnya yang bolong dapat terlihat dengan jelas olehnya ditambah wajah Mishel yang seperti es meleleh sehingga memperlihatkan tengkoraknya. Melihat itu membuat Moona terperangah ketika sahabatnya terlihat dengan wujud seperti itu.
“Matilah kau! Moona!”
Mishel menggunakan kekuatannya dengan menciptakan sebuah es berduri yang kemudian dia menusuk jantung Moona menggunakan itu. Moona yang sedang bersimpuh langsung terkapar setelah jantungnya tertusuk oleh Mishel. Sambil merintih kesakitan, Moona memohon supaya Mishel berhenti.
“Sudah terlambat, selamat tinggal.”
Mishel mengarahkan es tersebut pada wajah Moona lalu...
“MISHEL!!”
Moona terbangun dari mimpi tersebut yang di mana membuat Risu dan Iofi terkejut karena teriakan Moona. Dengan wajah yang berkeringat dan nafas terengah-engah, Moona tidak menyangka kalau dia bermimpi seperti itu.
“Moona, kau kenapa?” tanya Iofi.
“Kau habis bermimpi buruk bukan, Moona?” tanya Risu.
Moona mengatur nafasnya supaya dirinya menjadi lebih tenang.
“Syukurlah itu hanya mimpi, aku harap itu tidak pernah terjadi.”
“Eh?” Risu dan Iofi bingung.
“Lupakan,” Moona melihat ke sekitar, “Yang lainnya ke mana?”
“Mereka berada di luar, kita berdua yang menjagamu saat kau masih tak sadarkan diri.”
Moona memegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing setelah mengalami mimpi buruk tentang sahabatnya. Setelah keadaan Moona sudah membaik, mereka berdua pun mengajak Moona untuk pergi ke luar menemui yang lainnya. Risu mengulurkan tangannya untuk membantu Moona berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Countdown
Historical FictionBagaimana jadinya jika seorang gadis keturunan terakhir bangsa Bulan harus mencegah kehancuran dunia yang di mana dia harus berpacu dengan hitungan mundur jam raksasa yang menjadi batas baginya menghentikan kehancuran tersebut. Moona Hoshinova tela...