"Rasa terima kasih"
Setelah sebelumnya melihat kebaikan dari Moona yang tulus kepadanya, kini gadis tupai yang bernama Ayunda Risu itu sudah bisa mempercayai Moona sepenuhnya. Berkat Moona dia bisa merasakan kembali makanan yang sudah lama tidak ia rasakan, betapa bahagia dirinya saat ada orang yang bersikap tulus kepadanya.
Moona juga orang yang menolongnya saat ingin dibawa oleh dua pria asing dan berkatnya Risu bisa melarikan diri ke tempat yang aman. Meski sudah merasa aman namun kini mereka terpaksa harus bertarung karena kedua pria itu berhasil menemukan mereka berdua.
"Risu, kau dibelakangku saja, biar aku yang menahan mereka berdua."
Kedua pria itu terlihat berbeda karena mereka sudah mengeluarkan kekuatan penuhnya.
"Hei, kematian kalian akan kami putuskan hari ini."
Saat Moona baru ingin mengalirkan kekuatannya pada pedang, salah satu pria melemparkan bola cahaya yang membuat ledakan hingga menghempaskan Moona dan Risu. Mereka terpisah dan kini Moona sulit untuk melindungi Risu.
Moona yang baru berdiri langsung menebasnya namun tubuh pria itu seperti sebuah besi keras sehingga tidak berpengaruh apapun. Kini gantian dia yang menyerang dengan melayangkan pukulan yang sangat cepat. Moona kesulitan menahan setiap pukulan dan pada akhirnya pria itu berhasil mencekiknya dan mengangkat tubuh Moona.
Dia membenturkan tubuh Moona ke dinding lalu menyeretnya hingga dinding tersebut hancur dan kemudian Moona dilempar dengan sangat jauh.
"Aku belum cukup kuat, aku harus melindungi Risu terlebih dahulu."
Moona teringat kembali dengan kejadian saat kerajaan Bulan yang hancur dan Moona terpikirkan untuk memindahkan Risu sama seperti saat ibunya memindahkan Moona ke bumi. Saat kejadian itu Moona ingat kata-kata yang diucapkan oleh ibunya dan dia langsung berlari menuju tempat Risu.
Meski belum tau bagaimana caranya namun dipikirannya hanya ada Risu dan Moona mulai mengucapkan kata-katanya. Risu yang sedang terpojok itu tidak bisa berbuat apa-apa lalu dari arah Moona bersinar sebuah cahaya ungu dan ledakan energi keluar dari Moona yang malah menghempaskan kedua pria itu.
Moona yang mengeluarkannya juga ikut terhempas dan ternyata caranya tidak berhasil sama sekali. Risu berlari mendekati Moona yang sedang terkapar karena ledakan energi kekuatannya barusan.
"Moona kau tidak apa-apa?"
"Aku baik-baik saja kok."
Risu membantu Moona berdiri lalu kedua pria itu berjalan menghampiri mereka berdua. Karena hempasan tadi pedang Moona terlepas dari tangannya dan kini tidak tau terhempas kemana pedang miliknya.
"Risu, saat ada kesempatan kau harus lari oke."
Moona teringat kalau benda apapun yang ia aliri dengan kekuatan bisa menjadi senjata seperti pedangnya. Begitu mereka mulai menyerang, Moona mengambil batang kayu lalu mengalirkannya dengan kekuatan dan menahan serangan mereka berdua. Moona berusaha menandingi mereka berdua meski harus memaksakan diri supaya Risu bisa selamat.
Mereka bertarung dengan sengit dan Moona mulai terbiasa dengan pola serangan mereka. Kini dia bisa memberikan perlawanan yang cukup signifikan hingga membuat salah satu dari mereka kesakitan. Tidak ingin menjadi penghalang bagi Moona, Risu berusaha mencari pedang Moona dan berhasil menemukannya.
"MOONA!"
Risu melempar pedang tersebut kepada Moona dan begitu ditangkap Moona langsung memberikan tebasan hingga membuatnya terbentur ke dinding disana.
"Aku berhasil."
Saat Moona lengah sesaat, dia terkena serangan balik yang membuatnya terbentur. Pria itu memegang kaki Moona lalu melemparnya hingga masuk kedalam bangunan tua. Kedua pria itu kini mendekati Risu dan salah satu dari mereka mencekik lehernya. Risu berusaha melepaskan diri dengan memukuli lengan pria itu namun apa daya dia tidak sebanding dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Countdown
Ficción históricaBagaimana jadinya jika seorang gadis keturunan terakhir bangsa Bulan harus mencegah kehancuran dunia yang di mana dia harus berpacu dengan hitungan mundur jam raksasa yang menjadi batas baginya menghentikan kehancuran tersebut. Moona Hoshinova tela...