Chapter 22 (Putus?)

703 49 13
                                    

****

Barra meraba sisi sebelahnya, kosong. Membuatnya seketika terbangun dari tidur nyenyaknya. Kemudian dia baru ingat jika Farez semalam pulang ke rumahnya. Barra mencoba mengecek ponselnya.

Nihil.

Tidak ada balasan apapun dari Farez, bahkan pesannya juga tidak dibaca.

"Apa masih tidur ya?" Gumam Barra. Meskipun hatinya sedikit terusik, Farez selalu mengabari apapun keadaannya.

Daripada pikirannya semakin tidak jernih, akhirnya Barra memutuskan untuk mandi dan bersiap pergi ke kampus. Ini masih pagi, dia tidak ingin jika memiliki mood yang buruk sekarang. Dia ada kuis pagi.

Ponselnya tiba-tiba berdering, Barra sudah bersemangat. Namun bahunya sedikit lunglai saat mengetahui siapa yang menelepon.

"Halo?"

"Bar, udah bangun belom?"

"Udah ini barusan, napa Kris?"

"Aku mau pinjem buku kalkulus kamu, kamu pake nggak?"

"Nggak sih, ambil aja ke kamar. Aku mau mandi dulu."

"Ah, oke-oke. Mandi aja, ntar aku ambil sendiri. Makasih ya."

"Hmm, oke Kris."

Barra meletakkan ponselnya, menghela nafas pelan. Kemudian memutuskan untuk mengirim pesan pada Farez. Setelahnya ia melanjutkan langkah ke kamar mandi.

Sedangkan di sisi lain, Farez menatap ponselnya dengan pandangan sedih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedangkan di sisi lain, Farez menatap ponselnya dengan pandangan sedih. Tidak berniat membuka pesan Barra.

"Sorry, Bar," gumamnya. Ia terduduk di atas kasur, mengusap wajahnya kasar. Semalaman dia tidak bisa tidur. Pikirannya bercabang ke sana ke mari. Hatinya sakit, pikirannya berkabut, tapi dia semakin sakit melihat Barra yang pasti juga menunggunya. Dia harus bagaimana?

Suara ketukan pintu terdengar, "Kakak?"

Itu suara Ibunya, "Iya Ma?"

"Ayo sarapan dulu ya."

"Iya Ma bentar, habis ini Farez turun."

Suara ibunya menghilang, semalam saat dia pulang. Ibunya sudah mencecarnya dengan banyak pertanyaan, mengapa dia tiba-tiba pulang dan tidak mengajak Barra.

Farez hanya berusaha terlihat baik-baik saja, merespon dengan candaan jika keduanya banyak memiliki kuis Minggu ini, tinggal bersama malah membuat mereka tidak fokus. Ibunya seperti tidak curiga, dan hanya ikut tertawa.

Menghela nafas pelan, akhirnya Farez memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Hari ini dia tidak ada jadwal kelas.

Kembali ke kampus, Barra memasuki koridor dengan pandangan yang fokus pada ponsel. Farez tetap belum membalas pesannya, Barra mulai menerawang. Ada apa dengan kekasihnya ini? Apa sebelumnya Barra melakukan kesalahan? Bukankah seharusnya Farez mengatakan jika memang ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.

OH! MY SEDUCTIVE NERD! (FORCEBOOK Lokal Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang