******
Barra keluar dari kamar mandi dengan wajah masam, sedari tadi Farez tidak berani menegur atau sekedar bertanya. Ia hanya mencoba menunggu Barra bercerita sendiri.
Sebenarnya Farez sudah merasa ada yang tidak beres dengan kekasihnya itu sejak pulang dari kampus. Padahal ia ingat jika kekasihnya itu semalam sangat bersemangat, karena hari ini akan mulai menjelaskan keseluruhan proyeknya pada sang Dosen. Farez sedikit khawatir jika ada yang mengganggu pikiran Barra.
Farez menatap Barra yang akhirnya memilih duduk di atas tempat tidur dan memangku laptopnya.
"Sayang?"
Barra menggumam dan menatap Farez sekilas. Farez yang sedari tadi duduk di kursi meja belajar pun segera bangkit dan duduk di sebelah kekasihnya itu.
"Kamu nggak makan dulu hmm? Dari tadi belum makan," tanyanya pelan.
Barra menggeleng, "Aku nggak laper."
Farez mengelus kepala Barra pelan, "Kamu kenapa?"
"Aku nggak papa Rez," ucap Barra lirih. Matanya masih terfokus pada laptop.
"Ada yang ganggu pikiran kamu?" Tanya Farez lagi. Ia sebenarnya tak ingin memaksa, namun ia khawatir dan tak tenang jika Barra seperti ini.
Barra menggeleng lagi, masih memandang laptop di pangkuannya, "Aku beneran nggak papa Rez."
"Kalau diajak ngobrol, biasain lihat orangnya coba," ucap Farez pelan namun tegas. Tak ayal hal itu membuat Barra merengut, jujur saja ia sedikit merasa takut. Akhirnya ia menutup laptopnya, kemudian menoleh kecil ke arah Farez. "Maaf," lirihnya. Ia menunduk dan memainkan bantal di pangkuannya.
Farez menyentuh dagu Barra, membuatnya mendongak dan menatap matanya. "Sekarang coba atur nafas dulu, sini cerita baik-baik. Kenapa? Aku tuh khawatir, dari tadi kamu kayak nggak ada semangat gitu. Lihat, kamu yang biasanya rapih aja sampai kayak gitu," ucap Farez sambil menunjuk tas ransel Barra yang isinya berserakan di atas tempat tidur.
Barra mencebik, meremat bantal yang ia pangku, "Kayaknya dosen nggak setuju sama proyek aku."
"Kenapa mikir gitu hmm?" Tanya Farez.
"Tadi sempet dikasih warning, takutnya ke depan hasilnya jadi nggak oke," jawabnya pelan.
"Disuruh ganti judul?" Tanya Farez.
Barra menggeleng, "Ya nggak, tapi aku jadi ikut pesimis. Kalau beneran hasilnya nggak bagus gimana? Aku nggak mau ngulang."
Bisa Farez lihat mata Barra yang berkaca dan memerah. Ia tahu betul bagaimana usaha kekasihnya itu untuk menyelesaikan proyek akhir, terjadi hal seperti ini di langkah awal pasti membuat Barra sedikit tertekan.
Belum-belum sudah mendapatkan penolakan.
Farez tersenyum kecil, kemudian merangkul pundak Barra dan memeluknya, "Aman dong berarti, nggak sampai ganti judul. Sekarang kamu nggak boleh nyerah gitu dong sayang. Kamu harus usaha buat langkah selanjutnya, kamu buktiin kalau kekhawatiran dosen kamu tuh nggak bener. Kamu harus yakin sama proyek kamu."
"Tapi kalau gagal gimana?" Suara Barra mulai tersendat, ia memeluk tubuh Farez erat.
Uhhhh Barra ingin menangis saja rasanya.
"Bisa sayang, pasti bisa..." ucap Farez lembut kemudian mengecup puncak kepala Barra pelan. "Semangat dong!" Lanjutnya.
Barra akhirnya mendongak, "Makasih ya, Yang."
Farez tersenyum dan mengangguk, mengecup bibir Barra cepat, "Ngeluh aja ke aku kalau emang lagi capek, hmm. Kamu punya aku, sayang."
Barra mengangguk cepat, kemudian kembali memeluk tubuh Farez.

KAMU SEDANG MEMBACA
OH! MY SEDUCTIVE NERD! (FORCEBOOK Lokal Ver.)
RomanceMenceritakan seorang pria player yang sayangnya berwajah cantik, bernama Barra dan dikenal suka berganti pasangan di setiap minggunya, tak peduli pria atau wanita. Namun suatu hari, dirinya terpaku dengan sosok pria berkacamata yang tengah duduk di...