******
Farez masih terus berusaha menenangkan Barra yang menangis sesenggukan di pelukannya, "Sayang, udah ya. Jangan nangis terus, Ayah pasti baik-baik aja.""Hiks, aku takut Rez. Aku ngetuk kamar Ayah lama banget dan nggak ada jawaban sama sekali, pas aku buka Ayah udah pingsan di lantai deket kamar mandi. Aku nggak tau Ayah pingsan udah berapa lama," lirih Barra.
Farez mengeratkan peluk, keduanya tengah menunggu di depan ruang IGD. Dokter masih memberikan tindakan medis pada Bram di dalam sana, Farez ikut menatap ke arah samping, dimana Bibi Tam juga tengah berdiri gusar. Farez menatap ponselnya selama beberapa saat, sebelum akhirnya kembali menoleh ke arah wanita paruh baya itu, "Bi..."
Bibi Tam menoleh, "Iya Den?"
Farez menunduk dan kembali mengusap lengan Barra, "Bibi pulang aja, nggak papa jagain rumah. Biar Farez jagain Barra di sini."
"Tapi Den..."
Farez tersenyum, "Nggak papa Bi, Barra aman sama Farez. Bibi pulang aja, jagain rumah ya, ini tadi udah Farez pesenin taksi di depan."
Setelah berpikir sesaat, akhirnya Bibi Tam mengangguk, "Baik Den, tapi... Maaf, apa boleh minta tolong kabarin Bibi kalau ada kabar tentang Tuan Besar."
Bagaimanapun ia sudah bekerja bertahun-tahun dengan keluarga Bram, bahkan saat Bram dan Karina baru saja menikah. Dirinya seperti ikut masuk dalam setiap perjalanan keluarga ini. Meskipun umur Bram jauh lebih muda darinya, ia tetap menghormati majikannya itu.
Bram sangat baik padanya dan keluarganya di desa, bahkan terakhir membantu biaya pendidikan anak sulungnya. Melihat kondisi Bram yang seperti ini, tak pelak ia ikut merasa khawatir.
Farez kembali mengangguk, "Pasti Bi, nanti Farez kabarin ya." Setelahnya Farez memberikan ciri-ciri mobil taksi yang ia pesankan untuk Bibi Tam, sampai akhirnya menyisakan dirinya dan Barra yang masih duduk di sana berdua.
"Aku nggak punya siapa-siapa lagi Rez, aku nggak mau Ayah pergi...." Isak Barra lirih.
Farez tertegun, ia kembali menunduk dan mengelus kepala Barra pelan, "Hey, nggak boleh ngomong gitu, pasti Ayah bakal baik-baik aja Barra. Lagipula kamu masih punya aku hmmm, kamu nggak sendirian sayang."
Barra hanya menggeleng lemah, entah mengapa sikap Mama Farez membuatnya kembali tidak percaya diri dengan hubungannya dan Farez. Barra sedang takut akan banyaknya hal dan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi di hidupnya. Sedangkan Farez mencelos menatap respon Barra, ia sendiri belum menceritakan kejadian yang terjadi di butik pagi ini. Ia hanya merasa ini bukan saat yang tepat untuk membahas itu semua, saat ini mereka harus fokus pada kondisi Bram.
Farez yakin, jika Barra tengah tidak percaya diri dengan hubungan mereka.
"Semuanya baik-baik aja sayang, semuanya baik-baik aja," lirih Farez lalu mengecup puncak kepala Barra.
Bersamaan dengan itu, pintu ruangan di depannya terbuka. Seorang Dokter terlihat keluar dari sana, "Keluarga Tuan Bram?"
Farez dan Barra sontak bangkit, Farez memilih untuk maju karena melihat kondisi Barra yang kurang stabil, "Saya keluarganya, Dok. Gimana kondisinya?"
"Tuan Bram sudah melewati masa kritisnya, kondisinya bisa dikatakan baik-baik saja," ucap Dokter itu pelan. Helaan nafas lega terdengar dari Barra, ia memejamkan matanya erat, air matanya kembali jatuh. Farez ikut tersenyum, bersyukur kondisi calon mertuanya itu baik-baik saja.
"Sebenarnya ada masalah kesehatan apa?"
"Detak jantung Tuan Bram sempat melemah tiba-tiba, banyak faktor. Dilihat dari riwayat kesehatan beliau yang memiliki Hipertensi, faktor pertambahan usia juga pola hidup ikut berpengaruh. Kelelahan, pola makan tidak teratur, stress. Jika dibiarkan terlalu sering, bisa menimbulkan gangguan jantung dan penyakit kronis lainnya, lebih parahnya serangan jantung. Jadi untuk sekarang, kamu menghimbau agar Tuan Bram bisa lebih memperhatikan poin-poin yang saya sebutkan tadi," jelas Dokter tersebut membuat Barra terdiam, ia menatap ke arah ruangan itu sendu.

KAMU SEDANG MEMBACA
OH! MY SEDUCTIVE NERD! (FORCEBOOK Lokal Ver.)
RomanceMenceritakan seorang pria player yang sayangnya berwajah cantik, bernama Barra dan dikenal suka berganti pasangan di setiap minggunya, tak peduli pria atau wanita. Namun suatu hari, dirinya terpaku dengan sosok pria berkacamata yang tengah duduk di...