Chapter 87 (Beruntung)

373 32 4
                                    

*****

Barra memencet bel rumah Farez, ia merapihkan penampilannya dan kembali memencet bel. Beberapa saat kemudian, pintu di depannya terbuka menampakkan wajah Ayah Farez.

"Barra," sapa Jo ramah.

"Pa," jawab Barra dengan senyum.

"Mau jemput Farez ya?" Tanya Jo yang diangguki Barra, namun ekspresi Jo sangat mencurigakan untuk Barra.

"Ehmmm, ada apa Pa?" Tanya Barra sopan.

Jo berpikir sejenak, "Mending ayo ikut masuk Papa." Jo kemudian mengajak Barra untuk segera masuk, sedangkan Barra mengikuti langkah Jo dengan rasa penasarannya.

"Barra masuk ke kamarnya Farez aja ya," ucap Jo pelan.

"Nggak papa Pa?" Tanya Barra tak enak.

Jo tersenyum, "Nggak papa son."

Barra Akhirnya menurut, ia bergegas naik ke atas dan pergi ke kamar Farez meskipun diliputi kebingungan. Saat hampir mendekati kamar kekasihnya itu, Barra bisa mendengar suara gaduh Sang Mama dan juga Dareen. Ia akhirnya mempercepat langkah, terkejut melihat pintu kamar terbuka. Farez terlihat duduk sambil memijit keningnya sendiri di tepi tempat tidur, jangan lupakan wajahnya yang pucat pasi, begitu juga Sang Mama yang seperti tengah mengompres tengkuk dan wajah kekasihnya itu. Sedangkan Dareen berdiri terdiam di sebelah Sang Mama dengan membawa baskom.

"Farez kenapa?" Tanya Barra panik membuat ketiga orang itu terkejut.

"Barra," panggil Kirana terlebih dulu.

"Babe, kamu kok udah ke sini?" Tanya Farez terkejut, sedangkan Barra melangkah masuk dengan cepat dan meletakkan barang bawaannya di nakas. Memang ini masih sangat pagi, bahkan jadwal Farez ke kampus masih 4 jam lagi. Namun Barra memang sengaja tidak mengatakan pada Farez jika ia akan datang pagi begini.

"Farez kenapa Ma?" Tanya Barra tak menggubris pertanyaan Farez.

"Tadi itu Mama bangunin, Mama suruh sarapan apa siap-siap dulu gitu, katanya jadwalnya hari ini kan. Ternyata udah bangun, tapi muntah-muntah di kamar mandi," ucap Kirana khawatir. "Mama bawa ke dokter nggak mau," lanjutnya.

Barra memperhatikan ucapan Sang Mama, lalu menatap Farez yang pucat.

"Kamu kenapa Rez?" Tanya Barra khawatir, ia meletakkan telapak tangannya di kening dan leher kekasihnya itu. Bukan hangat, yang ia rasakan malah dingin.

Farez menggeleng, entahlah dirinya juga bingung. Perutnya terasa diaduk, kepalanya juga terasa berputar, tubuhnya juga berkeringat dingin.

"Ehmmm, paham gue sekarang. Kakak nih kena kecemasan berlebih," celetuk Dareen membuat Barra dan Sang Mama menoleh.

Barra memejamkan matanya erat, kemudian menatap Farez lagi, "Cemas gara-gara sidang nanti kamu? Kamu overthinking Rez?"

Farez terdiam sesaat dan menunduk, kemudian mengangguk. Barra menghela nafas, sedangkan Kirana sendiri mengelus kepala Farez pelan, "Bentar Mama buatin teh ya."

Barra mengangguk, sesaat setelah Sang Mama pergi, Dareen meletakkan ember berisi air hangat tadi di atas meja, "Gue tinggal keluar dulu ya Kak," ucapnya yang diiyakan oleh Barra.

Barra kemudian kembali menatap Farez, menangkup pipi kekasihnya itu, "Kenapa nggak bilang ke aku kalau sampai kayak gini, tadi pagi chat kayak nggak ada apa-apa. Hmm?" Tanya Barra sedikit kesal. Tak tega juga melihat kekasihnya itu bermandi peluh dengan nafas yang tidak beraturan. "Atur nafas dulu Farez," lanjut Barra dengan suara lembut.

Farez mencoba menuruti perintah Barra, sebelum akhirnya menarik tubuh kekasihnya itu dan menenggelamkan wajahnya di dada Barra.

"Eh!" Pekik Barra terkejut, namun sedetik kemudian ia memeluk leher kekasihnya itu dan mengelus rambut Farez pelan.

OH! MY SEDUCTIVE NERD! (FORCEBOOK Lokal Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang