******
"Terus musti gimana sih sayang?" Tanya Farez sabar, ia benar-benar mengelus dadanya sore ini. Menatap ke arah Barra yang merengut hampir menangis di atas tempat tidur, bahkan kesayangannya itu membelakangi tubuhnya sambil memeluk guling.
Entah mengapa Barra menjadi seperti balita yang sering tantrum dua hari belakangan, seperti hari ini. Tiba-tiba saja Barra merengek ini itu, dan membuat Farez bingung apa sebenernya keinginan lelaki manis di depannya ini.
"Nggak tau!" Rengek Barra dengan suara bergetar.
Farez menghela nafas pelan, yakin sekali jika Barra mulai menangis. Akhirnya ia menutup laptop yang sedari tadi menjadi fokusnya, lalu berjalan ke arah Barra dan mengintip kecil.
Benar saja.
Air mata mulai turun di pipi kesayangannya itu.
Sedikit banyak Farez mencoba memahami, mungkin beberapa hal telah mempengaruhi mood Barra hingga menjadi buruk seperti ini.
Tidak seperti dirinya yang benar-benar tinggal menunggu tanggal wisuda, fakultas Barra masih memiliki tugas lain. Mereka memang lulus, tapi masih memiliki kewajiban yang harus dikerjakan.
Sebetulnya tidak terlalu berat, Barra hanya harus kembali merevisi laporan akhir dan meminta tanda tangan dosen penguji. Namun kabar lain yang dibawa Sang Ayah, juga Barra yang ternyata lumayan sulit menemui Dosen membuat Barra keki sendiri.
"Kalau emang nggak mau ikut ke desa, bilang aja ke Ayah sayang. Kamu sampein gimana mau kamu," ucap Farez pelan sambil berjongkok di depan Barra yang tidur menyamping.
"Nggak segampang itu, kamu nggak ngerti! Hiks," jawab Barra sambil mengusap matanya pelan.
Farez kembali menghela nafas, benar kan? Kekasihnya ini akhirnya benar-benar menangis. Ia ikut mengusap air mata Barra pelan, "Udah nggak boleh nangis, sayang."
Ia sedikit memutar otak, mencoba mencari cara agar suasana hati Barra bisa kembali baik. Ia menatap ponselnya, "Besok ke kampus lagi?"
Barra mengangguk pelan, "Iya."
Farez mengelus rambut Barra pelan, "Gini aja, besok kan ke kampusnya pagi, cuma sebentar kan? Pulang dari kampus, terus jalan-jalan mau?"
"Ke mana?" Tanya Barra dengan suara serak.
"Ikut aja pokoknya hmmm, nginep dua hari. Mau?" tawar Farez. Ia jadi ingat jika Barra sempat mengajaknya untuk jalan-jalan saat itu dan belum ia turuti hingga sekarang.
Sontak senyum lebar akhirnya terbit dari bibir Barra, lalu mengangguk pelan.
Farez yang melihat senyum Barra pun ikut tersenyum lembut, "Nah gitu dong, senyum ya. Nggak boleh sedih lagi."
Barra kembali tersenyum dan mengangguk, "Eh, Yang?"
"Apa?"
"Kemarin kamu nganterin Kris gimana pas pulang?" Tanya Barra. Pasalnya kemarin sepupunya itu minta tolong untuk diantar ke rumah, namun karena ia harus bolak balik ke kampus membuatnya lagi-lagi harus meminta tolong kepada Farez.
"Sepanjang perjalanan pulang tuh ditelfonin terus sama Sakti, Babe. Aku kasian lihat sepupu kamu tuh sebenernya, jelas banget dia tertekan sana sini. Bingung mau ngapain," ucap Farez.
Barra merengut, "Aku jadi ikut bingung musti bantu gimana Rez, aku nggak tega lihat Kris kayak orang linglung gitu. Hubungan mereka jadi kayak ngegantung gitu."
"Kamu cukup dukung dia aja buat sekarang, sayang. Kita nggak bisa ngelakuin hal yang lebih, urusan mereka berdua udah berhubungan sama keluarganya Sakti juga," jawab Farez.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH! MY SEDUCTIVE NERD! (FORCEBOOK Lokal Ver.)
RomansaMenceritakan seorang pria player yang sayangnya berwajah cantik, bernama Barra dan dikenal suka berganti pasangan di setiap minggunya, tak peduli pria atau wanita. Namun suatu hari, dirinya terpaku dengan sosok pria berkacamata yang tengah duduk di...